Ya! Lumbini menjadi salah satu situs Buddha yang wajib kita kunjungi apabila menginjakkan kaki di India, dan betapa beruntungnya saya hari ini dapat menginjakkan kaki di Nepal! Yuhuuuuu!
Berhubung kemarin malam kami tiba di hotel terlalu larut, yaitu sekitar pukul 20.30, maka saya memutuskan untuk istirahat lebih awal agar bisa melanjutkan perjalanan esok hari menuju lumbini, dan beruntungnya saya adalah kami semua diberikan waktu istirahat lebih lama, dan kami berangkat menuju lumbini sekitar pukul 08.00 pagi setelah sarapan! Jarak dari hotel menuju Lumbini tidaklah jauh, hanya sekitar 30 menit perjalanan saja. Tiba di parkiran yang amat luas, mata saya langsung celingak-celinguk mencari situs Lumbini.
"Where's the Lumbini?" Saya sama sekali tak menemukan keberadaan Lumbini, mungkinkah kami tersesat? atau salah tempat pemberhentian???
NO, NO, NO!
"Where's the Lumbini? I can't see Lumbini here" Tanyaku pada Mr. Deepak yang merupakan Tour Guide Kami.
"Lumbini is over there! of course you can't see it from here, too far girl!" Jawb Mr. Deepak sambil menunjuk kearah kiri ku..
Tenang para pembaca, kami rupanya tidak tersesat ataupun salah tempat pemberhentian..
Kami hanya harus memutuskan akan menggunakan transportasi apa untuk menuju ke dalam sana.. Ada tiga transportasi untuk masuk menuju Lumbini, yang pertama adalah : kapal boat, yang kedua adalah becak roda tiga dan yang terakhir adalah dengan berjalan kaki! Sebenarnya saya mulai was-was, karena ternyata jauhnya sekitar 1,5 - 2 kilometer, bayangkan apabila berjalan kaki, mungkin sesampainya di dalam sudah tak punya tenaga lagi untuk foto-foto. Wakakakakaka! Dan lagi-lagi saya bersyukur, berhubung rombongan kali ini banyak terdapat ibu-ibu yang lanjut usia dan bapak-bapak yang lanjut usia, maka kami akan naik becak! Cihuy!
Seteah nego harga dengan para supir becak itu, Mr. Deepak mempersilahkan kami untuk masing-masing naik ke becak untuk di angkut menuju pintu masuk Lumbini, dan saya tak percaya bahwa saya harus naik becak yang super mengerikan buat saya!
Gimana nggak ngeri, becak tersebut tanpa pegangan, tidak tahu harus pegang bagian yang mana supaya tidak jatuh atau terlempar, tapi kami semua tertawa dengan gembira karena ini adalah pengalaman yang tak terlupakan buat kami semua. Celakanya, selama perjalanan masuk menggunakan becak, saya begitu tegang bahkan sesekali menjerit karena kaget, si tukang becak hanya tertawa melihat sikap saya.
"Slowly please sir.." Ucapku pada tukang becak berulang-ulang dengan mimik wajah menderita
"Don't worry mam! Enjoy this trip" Jawab tukang becak sambil cekikikan dan malah mengendarai becaknya semakin kencang..
Okay.. sekitar 15 menit saya menghadapi penderitaan diatas becak, maka tibalah kami di gerbang masuk pintu Lumbini.. Saya di sambut oleh sebuah papan yang bertuliskan
"Welcome to the birth place of Lord Buddha" Senang sekali perasaan saya.. Setelah bernarsis ria dengan rombongan di pintu masuk, maka kami pun saatnya masuk ke dalam situs tersebut.. Kami masih harus melewati gerbang pemeriksaan (security) dan diperiksa satu-persatu. Penjagaan cukup ketat diterapkan di dalam Lumbini. Sandal/Sepatu haruslah dilepas saat akan memasuki Lumbini. Setelah melewati
security check maka kami jalan masuk ke dalam Lumbini, di tengah perjalanan saya menemukan 3 orang pria yang berjalan sambil bernamaskara setiap 3 langkah atau yang dikenal dengan istilah Aliran Mahayana sebagai "San Bu Yi Pai" (3 langkah sujud sekali), jadi yang dimaksudkan disini adalah setelah berjalan tiga langkah, lalu seseorang akan bersujud/bernamaskara sebagai tanda hormat kepada Buddha, Dhamma dan Sangha. Saya sungguh kagum pada kesungguhan ketiga pria yang saya lihat itu.
Taaaa-Daaaa....
Tibalah kami di dalam Lumbini, yang pertama saya lihat adalah sebuah bangunan berwarna putih yang berdiri kokoh di tengah taman yang luas tersebut, itulah Vihara Mayadevi tempat Pangeran Siddharta dilahirkan. Di dalam Vihara Mayadevi kita dapat melihat sebuah tapak kaki Buddha saat ia lahir dan berjalan 7 langkah ke utara. Tentu teman-teman masih ingat bukan riwayat kelahiran Buddha? Kalaupun sudah lupa, coba buka kembali buku Riwayat Hidup Buddha yang anda miliki atau akses bacaan di Internet agar anda dapat mengingat kembali cerita tersebut.
Di dalam Vihara Mayadevi hanya tersisa satu jejak kaki Buddha saja, dan itupun sudah sangat samar-samar alias tak jelas. Sebelum kami masuk kedalam Vihara Mayadevi, kami melakukan pembacaan paritta dan meditasi di sisi sebelah kanan dari bangunan Vihara tersebut sebagai wujud bakti dan hormat kami kepada Buddha, Dhamma dan Sangha. Setelah meditasi, kami masuk kedalam Vihara tersebut dan saya tidak tahu mengapa saat pertama kali kaki menginjak di dalam vihara tersebut, airmata saya mengalir terus tak berhenti. Ada rasa haru dan bahagia dalam batin, saya sungguh merasa bersyukur dapat menginjakkan kaki di India. Penjagaan di dalam vihara juga sangat ketat, penggunaan kamera tidak diperbolehkan di dalam vihara tersebut. Di dalam vihara hanya terdapat bebatuan kuno yang sudah berabad-abad dan jejak kaki Buddha juga hanya bisa dilihat dalam jarak 1 meter saja, Jejak kaki itu dimasukkan di dalam kotak kaca. Walau hanya jejak kaki, saya sudah sangat bahagia tak terkira. Karena antrian begitu panjang, maka setelah melihat jejak kaki itu, kami segera meninggalkan vihara dan menuju ke bagian belakang vihara, disana terdapat Puskarni Pond, kolam tersebut digunakan oleh Ratu Mahamaya sebelum melahirkan Pangeran Siddharta untuk membersihkan diri.
Saya merasakan kebahagiaan yang luar biasa saat berada di Lumbini, perasaan itu bagaikan perasaan bahagia menyambut kelahiran Pangeran Siddharta, sama seperti perasaan bahagia yang dirasakan oleh semesta pada 623 SM. Setelah selesai berfoto-foto, kami memutuskan untuk kembali ke hotel untuk makan siang, karena kami akan melanjutkan perjalanan menuju ke Kusinara hari ini. Namun lagi-lagi, saya tak ingin secepat itu meninggalkan Lumbini.. Tapi, karena tak punya pilihan dan tak diberi piliha, maka dengan perasaan sedikit kecewa saya harus meninggalkan Lumbini saat itu juga. Hiksss..
Oh ya, di depan pintu masuk Lumbini, kita akan menemukan Fire of Peace (Api Perdamaian) yang menjadi simbol perdamaian dunia. Tak hanya bahagia, tapi juga rasa bangga menghampiri saya sebagai seorang umat Buddha, dimana tempat kelahiran Pangeran Siddharta ini telah diakui oleh dunia membawa misi perdamaian.
Fiuh... Kini penderitaan tiba kembali, apa itu? Naik Becak.. Ohhh, TIDAKKKKKK!!!
Jantung seperti mau copot saat menaiki becak tersebut, selain jantung mau copot, saya juga merasakan pengalaman yang tak terlupakan ini bersama rombongan Dhammayatra, dan sekarang apabilamengingat kejadian itu, malah rasanya ingin diulang kembali dan seringkali tersenyum sendiri..
Ya.. Saya sedang tersenyum saat menulis cerita ini, semoga para pembaca juga tersenyum yaa!
Salam,
Erica Yin
|
Welcome to the birth place of Lord Buddha |
|
Welcome! |
|
Excuse Me :P |
|
Buddha was born here.. |
|
Puskarni Pond |
|
Mayadevi Monastery Behind Me |
|
Pengalaman tak terlupakan |
|
Becak! BEcak! Tolong pelan-pelan! Wakakaka |
|
World Heritage Site Lumbini! |
|
Fire of Peace |
|
Public Toilet - 10 Rupee |
|
Helooo |
|
Fire of Peace Description |
|
Boat, salah satu transportasi menuju pintu gerbang Lumbini
|
|
Jalan yang ditempuh untuk masuk ke gerbang Lumbini |
|
Ven. Thithayanno Thera and Ven. Upasamo |
|
Chanting dan Meditasi di Lumbini |
|
San Bu Yi Pai |
|
San Bu Yi Pai menuju Security Check Lumbini |