Saat saya membayangkan akan melakukan perjalanan
ke Sri Lanka, dalam benak yang terbayang adalah negara yang sangat ramai dan
tidak teratur seperti kota-kota di India. Namun bayangnya itu langsung memudar
dengan cepat tatkala saya menjejakkan kaki di negara Sri Lanka yang merupakan
tetangga India tersebut. Ternyata Sri Lanka memiliki kota-kota yang sangat
bersih, bahkan kebersihannya hampir seperti di Singapura, di pasar-pasar
tradisional juga bersih tidak tercium bau busuk yang menyengat berasal dari
tumpukan sampah seperti di Indonesia. Di Sri Lanka hampir seluruh bangunannya
didominasi bangunan kuno era kolonial. Pemerintah dan penduduk setempat
melestarikan dan memanfaatkan bangunan-bangunan kuno tersebut sebagai kantor,
pertokoan, maupun tempat tinggal. Keren!
Seperti
biasa, selesai berpindapatta dan makan pagi, rombongan kami ditemani oleh
Bhante Piyaratana pergi mengunjungi situs-situs Buddhis. Hari ini kami akan
berkunjung ke Polonnaruwa dan Sigiriya. Setiap hari ketika kami memulai perjalanan,
kami selalu melantunkan Paritta suci didalam mobil. Polonnaruwa adalah kota tua
kuno kedua di Sri Lanka. Kota Kuno Polonnaruwa telah dinyatakan sebagai Situs
Warisan Dunia, maka tidak heran jika tiket masuk kedalam Polonnaruwa cukup
mahal, yaitu US $ 25 (atau setara dengan Rp. 300.000) dan biaya ini belum
termasuk biaya guide untuk menemani
serta menceritakan setiap sisi dari Polonnaruwa. Bekas kota kerajaan ini
menyuguhkan banyak taman bersejarah. Saya terbius keindahannya. Tapi Polonnaruwa
tak cuma melayani pencinta masa silam. Sekitar 20 kilometer dari sini, kita
bisa menemukan keajaiban yang masih bergulir hingga kini: ajang reuni gajah.
Tiap akhir tahun, sekitar 200 gajah liar dari penjuru Sri Lanka bersua dan
berkerumun di Taman Nasional Minneriya. “Gajah
bagaikan ikon fauna Sri Lanka, perburuan liar masih terjadi, tapi ada
banyak taman nasional untuk menjaga gajah. Sri Lanka bakal menjadi tempat
tujuan sempurna bagi para pecandu sejarah. Reruntuhan bangunan kuil, istana,
dan ukiran patung atau lukisan tembok kuno menjadi saksi yang mengisahkan zaman
keemasan abad silam. Polonaruwa adalah tujuan pertama kami. Distrik yang
terletak 216 km dari ibu kota negara Colombo ini di abad pertengahan menjadi
pusat pemerintahan kerajaan kedua setelah Anuradhapura.
Kelompok
pertama dari reruntuhan kami temui setelah memasuki tanah Kota Kuno Polonnaruwa
adalah Royal Palace Group. Kelompok bangunan
tanggal dari periode Raja Parakramabahu I (1153-1186). The King’s Royal Palace adalah struktur besar, berukuran 31 m
dengan 13 m, setelah termasuk 50 kamar didukung oleh 30 kolom. Bahkan saat ini
cukup sebuah bangunan yang mengesankan, tapi gambar itu menjadi tujuh lantai
tinggi dengan 3 m dinding tebal. Saat ini hanya beberapa dinding yang tersisa,
dengan lubang untuk menahan balok lantai dua lantai yang lebih tinggi. Lalu
kami beranjak menuju The king’s Audience
Hall yang merupakan salah satu struktur terbaik diawetkan di Royal Palace
Group, dengan batu yang indah diukir gajah di dinding. Kemudian dalam salah
satu sudut istana adalah king's swimming
pool, dengan corot mulut buaya yang digunakan untuk memimpin air tawar ke
dalam kolam. Hari ini air dalam kolam tidak yang menggoda untuk berenang
walaupun cuaca sangat panas. The Sacred
Quadrangle adalah kelompok padat reruntuhan indah dan mengesankan yang dibangkitkan platform yang dibatasi oleh
dinding. Ini adalah koleksi yang paling terkonsentrasi bangunan disepanjang Kota Kuno, dan saya akan mengatakan bahwa ini
suatu keharusan pada setiap daftar pengunjung Polonnaruwa! Di tengah-tengah
segi empat adalah The Vatadage, rumah
peninggalan melingkar khas untuk sejenisnya. Teras terluar sangat mengesankan
18 m dengan diameter, dan memiliki empat pintu masuk semua diapit oleh batu
penjaga sangat bagus dalam kondisi yang indah. Empat pintu masuk semua mengarah
pada dagoba sentral dengan empat Buddha. Rankot
Vihara adalah dagoba besar dalam kondisi besar, mengesankan
tingginya 54 meter! Ini adalah dagoba terbesar di Polonnaruwa. Di antara
reruntuhan dan kuil-kuil, kami juga menemukan jejak hutan yang mencoba untuk
mengambil alih kota kuno ini. Sungguh mengesankan berkeliaran di sekitar
bangunan dalam kondisi baik seperti itu, menakjubkan ketika saya berpikir
tentang keras para arkeolog ketika pertama memasuki Kota Kuno yang ditutupi
dengan pohon-pohon seperti ini.
Lalu
kami beranjak menuju Gal Vihara yang
merupakan kelompok empat Buddha yang indah dalam kondisi sempurna, dipotong dari
satu lempengan panjang granit. Terik sinar Matahari makin menyengat ketika kami
beranjak ke Gal Vihare. Makanya, kami sempat kaget ketika tahu bahwa untuk bisa
masuk ke bagian utama kuil kami harus melepas alas kaki. Itu berarti harus
berjalan bertelanjang kaki di atas pasir panas yang siang itu terasa bak
penggorengan! Lagi-lagi keengganan ini dikalahkan oleh rasa penasaran terhadap
patung Budha “tidur” berukuran panjang 14 meter yang diukir langsung dari
sebongkah batu granit raksasa. Polonnaruwa adalah salah satu situs patung
Buddha paling mempesona. Gal Viharaya adalah vihara batu besar yang didirikan
oleh Parakramabahu Agung pada abad ke-12. Pusat keindahan vihara ini terletak
pada 4 patung Buddha besar yang dipahat di wajah menggunakan batuan granit. Di
antara 4 patung Buddha besar ini terdapat patung Buddha berbaringsepanjang 14
meter dan patung Buddha berdiri yang tingginya 7 meter dan dikatakan sebagai
yang terbaik dari serial ini, dengan posisi yang tidak biasa pada lengan dan
ekspresi wajah sedih. Panjang Buddha tidur adalah 14 m, membayangkan Buddha
memasuki Maha Parinibbana. Kami
benar-benar menikmati hari kami di Kota Kuno Polonnaruwa! What a lovely and peaceful place!
|
Entrance Tickets to Polonnaruwa |
|
The king’s Audience Hall |
|
Tempat Pemandian - King's Swimming Pool. |
|
Royal Place |
|
The
Vatadage |
|
Polonnaruwa |
|
Polonnaruwa |
|
Polonnaruwa |
|
Rankot
Vihara |
|
The Sacred Quadrangle |
|
Rankot
Vihara |
|
Audience's Hall - Polonnaruwa |
|
Audience's Hall - Polonnaruwa |
|
King's Swimming Pool |
|
The
Vatadage |
|
The Sacred Quadrangle |
|
Polonnaruwa |
|
The
Vatadage |
|
The
Vatadage |
|
Rankot
Vihara |
|
Polonnaruwa |
|
Gal Viharaya - Sitting Buddha |
|
Gal Viharaya - Sitting Buddha |
|
Gal Viharaya - Standing Buddhha |
|
Sleep Peacefully... |
|
Gal Viharaya - Sleeping Buddha |
Selanjutnya, Sigiriya. Nama Sigiriya diambil dari kata singha (singa) dan giri (gunung cadas), jadi artinya singa gunung. Kerajaan yang dibangun di atas gunung batu granit setinggi 180 meter ini merupakan peninggalan Raja Kasyapa (477 – 495 AD). Sigiriya adalah salah satu monumen bersejarah yang paling berharga dari Sri Lanka. Disebut oleh penduduk setempat sebagai Kedelapan Keajaiban Dunia karena istana dan benteng kompleks kuno ini memiliki arti penting bagi arkeologi dan menarik ribuan wisatawan setiap tahun. Demi merebut tahta kerajaan, Kasyapa membunuh ayahnya, Raja Dhatusena, dengan menguburnya hidup-hidup di dalam dinding. Saudara tirinya, Moggallan yang mestinya duduk menggantikan raja melarikan diri ke India, untuk kembali lagi demi menuntut balas. Ketakutan dengan ancaman sang kakak, Kasyapa memindahkan istananya ke atas puncak gunung batu. Untuk alasan keamanan, Kasyapa menempatkan beberapa penjaga di hampir setiap kelokan jalan setapak menuju puncak. Mungkin karena karma, kisah raja paranoid ini harus berakhir tragis. Mengira bahwa ia ditinggalkan oleh para prajuritnya di medan perang, Kasyapa mencabut pedang dan mengakhiri hidup. Padahal, para prajuritnya sedang mengambil jalan memutar untuk menghindari rawa!
Mungkin ini adalah alasan mengapa Sigiriya menjadi tujuan wisata yang paling banyak dikunjungi dari Sri Lanka walau harga masuknya tidaklah murah, yakni US $30. Untuk bisa tiba diatas puncak, anda harus memanjat sekitar 1500 anak tangga tanpa pengaman dan alat bantu apapun. Perjuangan panjang yang melelahkan! Istana ini terletak di jantung pulau antara kota Dambulla dan Habarane di dataran tinggi berbatu besar 370 meter di atas permukaan laut. Sigiriya dikelilingi oleh taman yang sangat luas dan merupakan salah satu taman tertua di dunia. Taman tersebut dibagi menjadi tiga bagian; The Water Gardens, The Boulder Gardens, dan The Terraced Gardens. Untuk naik ke bagian atas Sigiriya, kita akan melewati batu berbentuk singa dengan mulutnya sebagai pintu gerbang, sayangnya singa ini sudah runtuh dan tinggal puing-puing dan bagian kakinya saja. Lalu kita akan naik tangga spiral, lalu melewati Mirror Wall, yang merupakan dinding bagian bukit yang dipoles sehingga konon saat Raja melewati dinding bukit tersebut, ia bisa melihat dirinya sendiri, dan kemudian sampai di bagian dinding penuh dengan frescoes. Frescoes ini cukup istimewa karena memiliki gaya lukis yang unik dan asing, sangat besar dan luas, serta sampai sekarang belum diketahui pasti identitas para karakter yang terdapat di frescoes tersebut. Ketika kita sampai di tempat teratas Sigiriya, kita bisa melihat sisa-sisa kejayaan kerajaan Raja Kasyapa. Pun tentunya kita bisa melihat keindahan alam sekitar di tempat yang sangat tinggi ini. Toh konon, Raja Kasyapa memilih tempat ini karena ia juga percaya bahwa tempat yang tinggi berarti dekat dengan surga dimana para dewa berada.
Memasuki kompleks Sigiriya ini kita membutuhkan kebulatan tekad, niat yang nekad, dan kaki yang kuat. Selain karena taman di sekitarnya begitu luas, kita juga harus mendaki dan melalui tangga-tangga spiralnya yang aduhai. Disarankan untuk membawa makanan dan minuman sendiri untuk menemani perjuangan kita menuju ke puncak Sigiriya. Saya sungguh sangat berharap, bisa mengunjungi Sigiriya menggunakan helicopter atau cable car.
Polonnaruwa sungguh memukau dan menakjubkan, sedangkan kalau berdiri di Sigiriya, kamu akan seperti sedang melayang di langit! Benar-benar wisata petualangan yang melelahkan, tetapi sangat mengesankan!
|
Sigiriya |
|
Kingdom of The Lion |
|
View from Sigiriya |
|
Entrace Ticket to Sigiriya |
|
Best Postcard - Venerable Piyaratana. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar