Setelah menikmati keheningan di Kandy, kami ingin juga mencicipi udara pegunungan di Nuwara Eliya, maka dari itu kami berkunjung ke Nuwara Eliya dan menghabiskan waktu satu malam disana. Kami menginap disebuah Guest House yang cukup apik dan menyenangkan. Tapi, kabar buruknya adalah saya mendapatkan lima teman sekamar malam ini. Artinya, mari bersempit-sempit ria di Nuwara Eliya!
Nuwara adalah kota yang terletak 6200 kaki di atas permukaan laut, Nuwara Eliya memiliki keindahan alam yang asri dan iklim yang sejuk seperti di inggris. Tempat ini mendapat julukan 'Little England'. Dahulu kota ini dijadikan kota peristirahatan oleh pegawai-pegawai Inggris sekedar untuk berburu, berkuda, bermain polo, golf ataupun kriket. Tidak heran jika banyak rumah dan gedung bergaya arsitektur Inggris yang cantik dan masih terawat dengan baik disini.
Pemandangannya tidak jauh berbeda daripada apa yang ada di Cameron Highlands, Pahang dengan ladang teh yang indah dari satu bukit ke bukit lainnya. Terperosok di celah-celahnya akan ada sebuah kilang pemprosesan daun teh menjadi bahan minuman.
Boleh dikatakan semua pengeluar teh terkemuka dunia yang berasal dari England memiliki ladang di Nuwara Eliya.
Sebelum mengunjugi pabrik teh di Nuwara Eliya, kami terlebih dulu mengunjungi Botanic Gardens - Hakgala. Sesuai dengan namanya, Botanic Gardens ini menawarkan pemandangan jenis-jenis bunga yang indah sampai pinus plantation. Luar biasa. Kami menelusuri Botanic Gardens dengan diiringi payung karena cuaca pada hari tersebut kurang bersahabat.
Setelah puas berkeliling, kami mengunjungi rumah dari Bhante Dhammananda untuk makan siang. Keluarga Bhante Dhammananda menyambut kehadiran kami dengan suka cita bahkan memasakan sup ayam untuk kami agar tidak kedinginan. Cuaca di Nuwara Eliya memang amat sangat dingin dan sesekali membuat kami gemetaran. Seusai makan, kami diajak mengunjungi air terjun yang letaknya tidak jauh dari kediaman keluarga Bhante Dhammananda. Namun untuk dapat tiba diatas, kami harus melakukan trekking selama 45 menit dan saya memutuskan tidak ingin melakukannya lalu memilih istirahat didalam mobil.
Nuwara Eliya adalah kampung halaman Bhante Dhammananda dan banyak sekali anggota keluarganya yang tinggal disini. Saya menikmati waktu santai didalam mobil sementara Bhante Dhammananda yang juga memilih tidak ikut ke air terjun, ia memilih untuk duduk mengobrol dengan anggota keluarganya yang ternyata jarak rumahnya hanya sekitar 50 meter dari parkiran mobil.
Tak berapa lama Bhante Dhammananda menghampiri saya, ia berpesan bahwa apabila saya kedinginan, saya boleh mampir ke rumah keluarganya untuk menyerumput secangkir teh hangat. Saya tentu tidak akan melakukannya karena saya merasa tidak enak merepotkan orang lain. Maka saya memilih tetap didalam mobil. Namun hujan makin deras dan tak lama kemudian seorang pria dan wanita tua datang dengan membawa satu teko teh hangat dan beberapa gelas. Saya kaget bukan main. Ternyata itu adalah sanak keluarga Bhante Dhammananda. Mereka menyuruh saya untuk menikmati secangkir teh sembari menunggu teman-teman yang lain turun dari air terjun. Wah, saya sangat terharu atas kebaikan mereka.
Setelah minum, saya mengangkut kembali teko dan gelas-gelas tersebut ke rumahnya dan meminjam toilet untuk membuang air kecil. Saya tak punya barang bagus dan baru untuk diberikan kepada mereka sebagai bentuk terima kasih mendalam atas kebaikan mereka. Hingga pada akhirnya saya melihat sebuah gantungan kunci kecil yang tergantung di tas saya. Gantungan bergambar Buddha yang merupakan gantungan favorit saya. Saya membuka gantungkan itu dari tas saya dan memberikan gantungan tersebut kepada anak laki-laki dari wanita yang merupakan bibi dari Bhante Dhammananda. Pria itu nampak gembira ketika saya berikan cinderamata itu. Kegembiraan serta merta menyelimuti diri saya.
Sebelum meninggalkan Nuwara Eliya, kami membeli oleh-oleh khas Sri Lanka. Kami mengunjungi pabrik teh yang cukup besar di Sri Lanka dan diajak masuk kedalam pabrik tersebut untuk melihat proses pembuatan teh. Setelah puas mendengar dan melihat proses pembuatan teh, maka kami memutuskan untuk membeli beberapa teh sebagai buah tangan untuk dibawa ke Medan.
My roommates at nuwara eliya |
breakfast cantik di nuwara eliya |
tiga serangkai yang kompak! |
Nuwara Elita di Pagi hari. |
Botanical Garden di nuwara eliya |
waterfall di Nuwara Eliya dari kejauhan. |
little england behind me. |
Nuwara Eliya di pagi hari. |
botanical garden. |
Bhante Sirijayo |
Sungguh perjalanan di Nuwara Eliya meninggalkan kesan mendalam pada saya. Namun sayang kami harus meninggalkan Nuwara Eliya begitu cepat. Esok hari kami akan kembali ke Negara tercinta, yakni Indonesia. Lalu kami melanjutkan perjalanan menuju kota didekat Bandaranaike International Airport. Kami menginap semalam dan keesokan harinya kami harus kembali ke Medan via Kuala Lumpur.
Keesokan harinya, sebelum kembali pulang, kami melakukan ritual mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf kepada Bhante Piyaratana, Bhante Sirijayo dan Bhante Dhammananda apabila selama perjalanan ini kami melakukan hal yang tidak baik melalui pikiran, ucapan maupun tindakan jasmani kami. Saya merasakan haru mendalam ketika ritual ini dilakukan. Kami memberikan donasi kepada Na Uyana Monastery yang kami titipkan melalui Bhante Piyaratana dan Bhante Dhammananda. Saya tidak merasa bahwa Sri Lanka adalah tempat wisata bagi saya. Namun saya merasakan Sri Lanka bagai rumah saya sendiri. Namun apa daya, saya harus kembali ke tanah air.
setelah selesai sarapan pagi di hotel, kami bersujud kepada mereka yang patut dihormati. |
prosesi berdana |
left : Bhante Dhammananda middle : Bhante Sirijayo Right : Bhante Piyaratana |
Pesawat air asia terbang semakin tinggi meninggalkan Sri Lanka. Saya menatap Sri Lanka dari ketinggian dengan sedikit perasaan sedih dan tekad bahwa kelak saya akan kembali untuk lebih lama lagi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar