Aku memang keturunan
Tionghoa dengan wajah khas China, oval dengan mata sipit, yang jika tersenyum
maka mataku akan hilang dari penglihatan. Tulisan singkat ini menceritakan kenapa
aku bangga menyebut diriku sebagai warga Indonesia. Buyut, kakek, nenek, ibuku,
ayahku, dan aku juga menjadi salah satu suku di Indonesia, yaitu Tionghoa.
Walaupun aku etnis Tionghoa, tapi jangan tanyakan lagi bagaimana perasaanku
tentang negeri ini, Indonesia. Aku katakan bahwa aku sungguh bangga menjadi
orang Indonesia! Walau tragedi Mei 1998 begitu menyakitkan bagi warga keturunan
Tionghoa, tetapi sungguh sedikitpun aku tidak menyesal menjadi warga Indonesia.
Memang aku tidak akan terharu dan menangis apabila bendera merah putih dinaikkan
ketika upacara bendera, namun yakinlah aku selalu bermimpi untuk bisa
memberikan kontribusi nyata bagi Indonesia.
Banyak permasalahan
yang dihadapi oleh bangsa ini, dan tak mungkin bisa diselesaikan oleh satu
pihak saja. Sekalipun satu pihak itu adalah pemerintah dan segala jajarannya.
Permasalahan bangsa ini diibaratkan seperti benang kusut yang hanya bisa
diperbaiki dengan memotong bagian-bagian yang kusut. Tapi permasalahan negara
tidak mungkin diselesaikan dengan semudah memotong bagian benang yang kusut
tersebut. Sekali lagi Aku katakan bahwa permasalahan negara ini tidak akan
terselesaikan oleh satu pihak, oleh presiden. Kontribusi yang dilakukan seluruh
warga negara itu akan sangat berarti, sekalipun yang dilakukan hanyalah hal
kecil seperti membuang sampah pada tempatnya. Apalagi sampai mampu
berkontribusi nyata dalam lingkup yang lebih luas, seperti apa yang telah
berhasil dilakukan oleh gerakan Indonesia mengajar.
Indonesia Mengajar
adalah program yang digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Bapak
Anies Baswedan. Program ini memberikan kesempatan pada relawan berprestasi
untuk mengajar di daerah pelosok
Indonesia dalam jangka waktu satu tahun. Terus terang, saya sangat
mengaggumi Pak Anies Baswedan, bukan karena pidato-pidatonya yang hebat dan menggetarkan
hati saya untuk berkontribusi, namun ia benar-benar memfasilitasi dan mendukung
siapapun yang ingin turun tangan langsung untuk berkontribusi.
Indonesia Mengajar merupakan
sebuah lembaga nirlaba yang merekrut, melatih, dan mengirim generasi muda
terbaik bangsa ke berbagai daerah di Indonesia untuk mengabdi sebagai Pengajar
Muda di Sekolah Dasar (SD) dan masyarakat selama satu tahun. Ini menjadi lebih
dari sekadar program, ini adalah gerakan untuk mengajak bersama masyarakat untuk
ikut berperan aktif mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai wujud upaya melunasi
janji kemerdekaan. Yakin bahwa pendidikan dasar adalah pondasi pembangunan
masyarakat Indonesia, maka Indonesia Mengajar percaya bahwa pendidikan dasar
untuk anak-anak di seluruh pelosok Indonesia wajib disampaikan dan didampingi
oleh generasi terbaik bangsa. Didasari juga oleh janji kemerdekaan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa, maka Indonesia Mengajar mengambil inisiatif untuk mendampingi
sekolah dasar–sekolah dasar di berbagai pelosok Indonesia dengan merekrut,
membekali, dan menempatkan sarjana-sarjana terbaik bangsa yang memiliki
semangat mengabdi untuk mengajar di sebuah SD selama satu tahun.
Para Pengajar Muda adalah
sarjana-sarjana terbaik dari berbagai penjuru tanah air. Mereka terpanggil
untuk menjadi Pengajar Muda. Ikut membantu mencerdaskan kehidupan bangsa
melalui langkah nyata dibidang pendidikan. Menjadi Pengajar Muda bukanlah
pengorbanan melainkan sebuah kesempatan sekaligus kehormatan besar untuk
mengenal Bangsa Indonesia secara langsung dan utuh. Selama setahun di daerah
penempatan, mereka mengajar, berinteraksi, menginsipirasi dan menjadi teladan
ditempat dimana mereka ditugaskan.
Entah mengapa, ketika saya
mengetahui adanya kehadiran Indonesia Mengajar, saya terpanggil untuk
mengabdikan diri saya menjadi tenaga pendidik di pedalaman Indonesia. Misi saya
sangat sederhana, saya ingin mengamalkan ilmu pengetahuan yang saya miliki
kepada Negara, berjuang mendidik anak bangsa di daerah-daerah terpencil yang
selama ini kurang tersentuh tangan-tangan profesional muda dan saya ingin hidup
bersama mereka. Walau saya berbeda, saya dianggap bukan warga Indonesia karena
saya adalah etnis Tionghoa, tetapi saya juga ingin berkontribusi untuk Negara Indonesia,
Negara yang selama ini telah memberikan perlindungan dan hak yang sama kepada
saya sama seperti warga pribumi lainnya.
Walau saya sudah
melihat beratus-ratus kali video-video sulitnya medan juang dan keterbatasan
infrastruktur yang menjadi tantangan yang berat bagi pengajar muda, namun saya
belum gentar. Ini akan menjadi pengalaman berharga apabila saya ditempatkan di
daerah pedalaman. Paling tidak, saya bersedia berjuang di daerah terpencil dan
menjadi sosok pendidik yang bermental baja. Saya merasa diri saya masih sangat
muda dan memiliki kesempatan untuk bergerak serta berkiprah dalam pemberantasan
buta huruf. Berjuang dalam usaha membuat melek
pendidikan bagi masyarakat daerah pedalaman.
Indonesia, saya siap, sanggup dan ingin sekali menjadi guru di pelosok Negeri.
Aku siap ditempatkan di
pelosok negeri ini yang mungkin sebelumnya tak pernah ku dengar namanya. Aku sanggup
menghadapi berbagai masalah dan
tantangan yang ada di pelosok negeri ini, aku sanggup. Aku ingin sekali datang
ke pelosok negeri dan menjadi role model untuk mereka, mengajar mereka dan
berbagi bersama mereka. Aku ingin mereka tahu bahwa aku sebagai etnis Tionghoa
juga ingin berkontribusi untuk Negara yang sudah memberikan perlindungan dan
kehidupan bagiku. Aku ingin mereka juga bangga dan mencintai Indonesia, sama
sepertiku.
Aku ingin kelak, aku
bisa mengajarkan anak cucuku yang terlahir sebagai etnis Tionghoa untuk memiliki
rasa nasionalisme dan patriotisme melalui apa yang aku lakukan untuk Indonesia,
walau itu hanya terjadi satu tahun seumur hidupku. Aku ingin menjadi guru idaman
siswa-siswinya. Yang bisa berperan sebagai guru, orangtua, teman, sahabat,
maupun saudara untuk mereka, mengajari mereka betapa asyiknya belajar itu. Aku ingin
mengajar dengan tulus dan ikhlas, tanpa memikirkan seberapa besar gaji yang
akan diterima. Aku ingin membuat anak-anak tersenyum dan ingin mengubah negaraku ini menjadi negara
yang berpendidikan tinggi, tidak saling dibodohi dan membodohi. Aku ingin di
negeri ini banyak orang yang bisa jadi penerus bangsa dan membuat bangsa ini
adil , makmur, dan sejahtera.
Di kota besar, kualitas
pendidikan dan gedung sekolah tak lagi diragukan. Bagaimana di pedalaman dan
perbatasan Indonesia? Di Pedalaman dan perbatasan Indonesia, pendidikan adalah
kebutuhan yang sangat mahal. Kualitas pendidikan di pedalaman dan perbatasan
berbanding terbalik dengan di kota besar. Bukankah pendidikan adalah salah satu
pemutus tali kemiskinan? Bagaimana kemiskinan bisa terputus jika sumber daya
manusia tidak memadai? Banyak sekali anak-anak usia sekolah yang tidak bisa
menikmati bangku sekolah karena keterbatasan ekonomi yang dimiliki dan tidak
adanya perhatian pemerintah bagi mereka. Tidak tersedia sekolah terbuka atau
sekolah gratis bagi mereka yang tidak mampu. Kalaupun ada yang iklannya gratis
itu hanya usapan jempol belaka. Belum lagi gedung sekolah di pedalaman dan
perbatasan, hanya gedung sekolahnya yang tersedia, tetapi gurunya tidak ada.
Karena guru yang mengabdi tidak diberikan jaminan kesejahteraan sehingga guru
ogah mengabdi. Belum lagi disebagian
tempat ada anak-anak yang harus rela sekolahnya di jadikan kandang kambing di
malam hari. Tidak hanya masalah kandang
kambing, ada lagi gedung SD yang sudah berusia puluhan tahun sehingga tinggal
nunggu robohnya saja. Sungguh ironis! Kondisi ini mengisyaratkan bahwa
orang-orang dari kelompok ekonomi rendah atau orang-orang di perbatasan dan
pedalaman tidak diberi kesempatan untuk menempuh pendidikan disekolah yang
layak mereka tidak berdaya untuk mengikuti perkembangan pendidikan dan
teknologi yang dinamis karena tereleminasi oleh tidak adanya pemeratan
pendidikan.
Masa depan bangsa dan
negara Indonesia bergantung pada generasi mudanya. Bagaimana indonesia bisa
maju jika banyak anak-anak usia sekolah yang seharusnya sekolah tetapi mereka
tidak bisa merasakan pendidikan dengan semestinya? Melihat hal yang memilukan
itu maka aku bertekad dan bermimpi untuk memperbaiki sistem pendidikan di
Indonesia terutama didaerah pedalaman dan perbatasan Indonesia. Salah satunya
membuat bangunan sekolah yang layak serta nyaman, mengembangakan tenaga pengajar
dan menjadi guru terbaik untuk anak-anak di pedalaman dan perbatasan,
bekerjasama dengan PLN untuk menyalurkan aliran listrik secara merata di daerah
pedalaman, dan membebaskan mereka dari segala biaya pendidikan.
Tanpa kehadiran guru,
profesi – profesi lain tidak akan berkembang. Istilah kerennya, “Teaching is the one profession that creates
all other professions! Teachers touch the future!”. Dengan kondisi yang
demikian memotivasi saya untuk mengabdikan diri sebagai guru karena pengabdian
guru didasari semangat pengabdian memanusiakan manusia yang merupakan pondasi
pendidikan kita. Kualitas guru adalah bagaimana guru mengabdi, bagaimana cara guru
mencintai profesinya. Ketika guru mencintai profesinya, maka pengabdiannya akan
seluruhnya diberikan pada siswa – siswanya, akan dilakukan yang terbaik yang
mampu dilakukan oleh guru tersebut. Guru hidup untuk memberi dan tidak meminta
apapun sebagai ganti dari apa yang telah diberikannya kepada kita, kepada anak
didiknya, mereka hanya ingin kita menerima, mengingat dan memanfaatkan apa yang
ia berikan kepada kita agar kita menjadi pribadi-pribadi yang berguna bagi
bangsa dan negara.
“Engkau
patriot pahlawan bangsa, Tanpa tanda jasa.."
Kutipan diatas adalah
lyrik terakhir pada lagu 'Hymne Guru'. Sebuah lagu yang dipopulerkan oleh R
Sartono dan menjadi lagu Wajib Nasional. Dipersembahkan untuk para guru karena
dipandang sebagai sosok pahlawan yang tak pernah dihargai perjuangannya. Sosok
guru adalah figur yang mengajar tanpa kenal lelah, berjalan kaki, naik turun
gunung, kadang naik sepeda, tanpa minta dihargai dan tanpa berharap lebih.
Semua dilakukan dengan hati yang tulus dan ikhlas. Keinginan-nya hanya satu
mencerdaskan setiap anak didik yang diajarnya. Mengabdi untuk masyarakat,
bangsa dan negara tanpa pamrih. Bukankah keinginan mereka ini sungguh mulia dan
hebat? Layaknya para superhero dalam The Avangers, para pahlawan tanpa tanda
jasa ini pun tersebar dimana-mana, tanpa terlihat oleh masyarakat umum.
Sebentar lagi, kita
sebagai warga Indonesia akan memperingati hari kemederkaan Negara Republik
Indonesia pada tanggal 17 Agustus ini. 70 tahun yang lalu, Indonesia yang
dulunya hanyalah bangsa yang terjajah sejak adanya proklamasi bangsa terjajah
itu mengaku telah merdeka dan mengangkat harkat martabat bangsa sebagai bangsa
yang merdeka dan bebas dari penjajahan oleh kolonial dan Jepang. Namun
nyatanya, hingga saat ini janji kemederkaan yakni mencerdaskan kehidupan
bangsa, belum bisa terpenuhi dengan
maksimal. Masih banyak warga Indonesia yang terjajah oleh kebodohan dan buta
huruf namun tidak pernah diperhatikan.
Di tahun ke-70 merdekanya
Indonesia ini, aku selalu berdoa dan berterimakasih telah diizinkan untuk lahir
dan tinggal di Negara Indonesia ini. Aku menikmati hasil alam dan kekayaan
alamnya. Aku dilindungi oleh Negaranya. Aku diberikan kesemapatan untuk
menikmati hak yang sama walau aku adalah etnis Tionghoa. Aku bersyukur terlahir
di Indonesia karena aku dapat mengenal sifat gotong royong, musyawarah da
tenggang rasanya. Suatu hari nanti, aku akan balas apa yang telah diberikan Indonesia
kepada etnisku.
Indonesia, izinkan aku mengajar dipelosok negeri agar orang dipelosok negeri sana memiliki rasa bangga, nasionalisme dan patriotisme yang sama sepertiku. Izinkan aku menjadi inspirasi bagi mereka. Aku ingin mengajar, Indonesia.
Bambu Runcing - Indonesiaku.. |
Walau aku bukan penggemar pelajaran Sejarah disekolah, namun museum Negara adalah favoritku. |
Berkibarlah Merah Putih ~ |
Merah putih
teruslah kau berkibar,
merah putih
teruslah kau berkibar,
di ujung tiang
tertinggi di indonesiaku ini,
merah putih
teruslah kau berkibar,
ku akan selalu
menjagamu. (Bendera-Cokelat)
Padamu negeri kami berjanji,
Padamu negeri kami berbakti,
Padamu negeri kami mengabdi,
Bagimu negeri jiwa raga kami. (Bagimu Negeri)
Indonesia tanah air
beta,
Pusaka abadi nan jaya,
Indonesia sejak dulu
kala,
Tetap di puja-puja
bangsa,
Di sana tempat lahir
beta,
Dibuai dibesarkan bunda,
Tempat berlindung di
hari tua,
Tempat akhir menutup
mata. (Indonesia Pusaka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar