Niko Eka Putra - My Journey Keeps Inspiring!
Sosok Niko Eka Putra yang lebih akrab di panggil Okin mulai aktif bergerak dibidang sosial sejak 3 tahun silam. Pria muda berusia 20 tahun ini saat ini berdomisili di Bandung untuk melanjutkan pendidikan S1 dibidang Teknik Fisika di Institut Teknologi Bandung.
Ya! Ia adalah pria muda biasa, benar-benar pria biasa yang memiliki hal luar biasa dan berbeda dari pria-pria biasa seusianya. Mengenai akademis, saya tentu tidak meragukan pria yang satu ini! Untuk menjadi pemuda yang produktif, ternyata tidak cukup hanya menjadi kutu buku yang hanya belajar terus di kelas. Selain itu, juga perlu membentuk kepribadian dengan belajar bersosialisasi dengan orang lain.
Ada yang membuat saya terkagum-kagum saat bertemu dengan Niko sekitar 4 tahun silam. Saya bertemu dengan Niko saat melakukan pengabdian sebagai seorang pengurus di salah satu vihara di Medan. Kami bertemu dan kami banyak berbincang-bincang seputar ajaran agama dan vihara. Luar biasanya, tak butuh banyak waktu untuk kami agar bisa menjalin kedekatan. Sekejap saja, kami dekat dan menjadi sahabat baik yang saling membantu, saling mendukung dan saling berbagi.
Hingga akhirnya jalinan persahabatan itu keluar dari lingkungan vihara dan berlanjut di lingkungan sosial. Saya senang mengajak teman-teman untuk turut serta dalam kegiatan-kegiatan baik yang saya selenggarakan. Saya mengajak Niko untuk bergabung bersama saya dalam misi-misi sosial yang saya selenggarakan.
Hari ini saya diminta untuk menuliskan sesuatu tentang dirinya. Niko meminta saya untuk menuliskan sebuah cerita tentangnya. Saya agak sedikit ragu tentang kemampuan saya mendeskripsikan seorang Niko Eka Putra yang saya kenal belum lama ini, belum lagi jarak yang memisahkan kami 3 tahun belakangan ini serta keterbatasan kami untuk bertemu dan bercerita.
Saya tidak tahu apa yang membuat saya betah berlama-lama mengobrol dengan 'anak kecil' yang satu ini, bahkan kami selalu kekurangan waktu bercerita ketika sudah bertemu. Kami menjadi sepasang saudara yang tidak diragukan lagi kesamaan dan kekompakannya.
Dimata saya, Niko adalah seorang pria muda yang energik, cerdas, ceria dan menginspirasi. Di usianya yang muda, ia tak menghabiskan waktu yang ia miliki seperti pria-pria seusianya. Bagi saya, Niko adalah Orang yang bersedia mengabdi secara ikhlas dan tanpa pamrih, tidak digaji atau diberikan imbalan, rendah hati, dan rela berkorban serta meringankan beban penderitaan makhluk lain, inilah yang saya sebut sebagai relawan. Ya! Niko adalah relawan! Ada banyak nilai positif yang bisa dia dapatkan dengan menjadi seorang relawan dan melayani sesama, karena bahagia bukan hanya tentang uang.
Dia bukanlah seorang dokter yang mampu menyembuhkan penderitaan jasmani dan fisik makhluk lain, tapi saya yakin dia telah meringankan bahkan menyembuhkan luka serta penderitaan batin yang dialami banyak makhluk disekitarnya. Niko juga telah membantu menjembatani berbagai perbedaan menuju “rasa percaya” dan “penghormatan” antar manusia yang mungkin belum pernah bertemu sebelumnya.
Membantu sesama manusia sungguh menyenangkan! Niko meluangkan waktu, tenaga, pikiran, bahkan uangnya untuk mendukung kegiatan-kegiatan sosial. Ia adalah pahlawan di masa kini, karena rela mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan orang banyak.
Menjadi seorang relawan sosial, mengabdi dan melayani sesama adalah perbuatan mulia, itulah yang Niko jalani setiap hari dan setiap saat. Ia memberikan penghiburan bagi anak-anak yang terlantar, memberikan pengetahuan dengan mengedukasi anak-anak yang membutuhkan, menggoreskan senyum dan membawa kebahagiaan bagi mereka yang kesulitan. Itulah yang ia lakukan, sebuah tindakan kecil yang nyata dan tindakan itu dapat membawa dampak perubahan yang baik untuk sekelilingnya. Luar biasa!
Wajah Niko membuktikan betapa bahagianya dengan apa yang ia jalani saat ini selain menjadi manusia pada umumnya yang harus melanjutkan pendidikan dan bekerja. Sinar kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya serta senyum lebar yang menjadi trademark seorang Niko Eka Putra menjelaskan dengan sangat jelas bahwa ia adalah pemuda yang bahagia! Wajah itu diakibatkan dari rasa bahagia dan ketulusan yang dihasilkan dari perasaan positif saat membantu oranglain.
Dengan menjadi relawan, saya yakin Niko belajar, bahwa terkadang bahagia itu bukan hanya soal uang, tapi bagaimana rasanya bahagia membantu orang lain, melindungi binatang dari kepunahan, menolong orang lain yang kesusahan. Niko telah berkomitmen dalam diri sendiri untuk mengabdi dan berkontribusi dengan merelakan waktu, tenaga, pikiran, dan jasanya tanpa dibayar apa-apa. Semua itu bukan karena ia tidak berharga, tapi karena ia terlalu berharga untuk dibayar dengan sejumlah uang.
Selamat berkontribusi, Niko! Tetaplah menjaga ketulusan dan menjunjung tinggi nilai-nilai pengabdian! Janganlah lelah membantu dan melayani sesama! Berjanjilah pada semesta bahwa dirimu akan selalu mengabdi dan memberi tanpa pamrih.. Teruslah melayani dengan usaha terbaik yang bisa kamu lakukan juga memberikan hal terbaik yang bisa kamu berikan sebagai seorang relawan. Karena dengan melayani dan memberi dengan tanpa pamrih dan tuluslah hidup akan menjadi lebih menarik dan indah.
Berjanjilah pada setiap matahari yang akan terbit, berjanji pada diri sendiri bahwa kamu tidak akan membiarkan kebajikan yang ada di depan matamu dikalahkan begitu saja. Pada setiap mentari yang terbit berjanjilah untuk bangkit dan menebar cinta kasih di sepanjang jalan raya kehidupanmu..
Ingat, karena kamu terlalu berharga untuk dibayar dengan uang.
1 komentar:
Tambahan testi, saya juga bukan penulis dan belum tau cara menulis yang baik itu seperti apa.
Tetapi setelah membaca artikel dari Sdri. Erica saya menjadi 'terpanggil' untuk menambahkan sepintas mengenai yang saya alami sewaktu mengikuti salah satu acaranya beberapa bulan yang lalu.
Niko ini adalah sosok yang murah senyum, murah hati, wajahnya yang bulat, pribadi yang ramah dan sering melakukan amal, bukan karena pencitraan, melainkan sebuah 'panggilan'.
#Hidden story before charity
Pernah sekali saya mengikuti acara baksos yang diadakannya sewaktu di Bandung, Ketika tiba di Bandung kami beramai naik angkot menuju hotel, kemudian saya dan Niko pulang bersama di kosannya. Kebetulan sebelum pulang ada titipan kue/roti dari Sdri. Erica untuk dibawa pulang ke kosan.
Sepulang sampai kosan, Niko ini mengetuk2 pintu 'tetangganya' dan mereka satu persatu keluar. Rupanya si Niko ini membagi-bagi makanan pemberiannya ke para tetangganya. Hal ini membuat saya berpikir 'masih ada ya? orang yang baik hati begini?' (Saya tinggal di jakarta, setiap hari melihat orang-orang dengan kesibukannya sendiri, bahkan tetangga pun tidak saling kenal)
Teman-teman Niko ini juga cukup akrab dengannya, bahkan orang-orang di lingkungan sekitar kosannya juga semuanya mengenal Niko.
Setelahnya kami pun istirahat. Saya diizinkan tinggal di kosannya yang walaupun tidak besar tetapi nyaman. Setelah selesai sikat gigi dll dan siap-siap tidur, kebetulan tempat tidur hanya 1, saya malah di'paksa' tidur di tempat tidurnya dan dianya sendiri tidur di lantai beralaskan selimut. (sungguh terharu..)
Keesokan harinya sewaktu persiapan baksos, untuk membawakan paket-paket yang jumlahnya sebanyak 57 bungkus. dari kosannya di lantai 2 kebawah dan harus berjalan kaki lagi ke luar untuk ditempatkan di angkot. Ketika paket-paket kami bawa melewati lingkungan tempat tinggal tetangga sekitar, beberapa tetangga yang murah senyum tersebut malah bantu kami untuk mengangkat-angkat, sebagian diantara mereka malah anak kecil.
Dari hal inilah saya menangkap bahwa Niko sudah dikenal para tetangganya sering melakukan bakti sosial.
Mungkin itu saja sekilas yang kira-kira dapat saya ceritakan mengenai yang terjadi 'di belakang layar'
Thank you Niko. Jika jodoh timing cocok saya akan bantu dokumentasi lagi untuk kegiatannya, semoga kegiatan seperti ini dapat ditiru teman-teman lainnya.
-APH-
Bukan penulis, bukan siapa siapa, tidak diminta untuk menulis apalagi dibayar untuk ini..
Posting Komentar