Hai!
Sudah-kah kita melakukan satu kebajikan hari ini?
Atau kita masih betah menjadi penonton bagi mereka
yang gemar berkebajikan?
Teringat kalimat inspratif dari seorang Menteri
Perhubungan Republik Indonesia Ignasius Jonan yaitu, "Setiap orang berbuat satu
kebaikan saja dalam satu hari maka dalam satu tahun kita akan berubah menjadi
manusia yang lebih baik. Kalau mau aksi untuk Indonesia, berbuat baiklah satu
kali saja sehari".
Sedangkan Dalai Lama mengatakan, “Agama
saya sangat sederhana, agama saya adalah kebaikan”.
Tak peduli apakah kita adalah orang yang religious atau
tidak, kebaikan tidak memandang agama dan dapat membawa kebahagiaan bagi si
pembuat kebaikan. Luar biasa, bukan?
Kali ini saya ingin menceritakan betapa bahagianya
jika kita dapat melakukan kebajikan setiap hari. Bukan besar atau kecil
kebajikan yang membuat saya bahagia, tetapi setiap saya melakukan kebajikan,
saya menyadari bahwa ternyata saya masih memiliki kesempatan untuk memberikan
kebahagiaan bagi orang lain melalui aksi saya.
Dua bulan yang lalu, tepatnya 24 November 2014,
ketika saya sedang duduk menatap sekeliling saya, terlintas dalam benak saya , “Bagaimana saya bisa melakukan kebajikan
setiap hari?” Lalu, terlintas dalam benak saya untuk berdana makanan kepada
Bhikkhu / Bhiksu setiap hari. “Hah?
Setiap hari? Apakah mungkin? Apa nggak terlalu memaksakan diri?”
Sebagai umat Buddha, saya boleh dikatakan sangat religius
dan yakin bahwa dengan melakukan kebaikan, saya akan mendapatkan sesuatu yang
baik, walau sesuatu hal yang baik tak selalu datang dalam bentuk materi atau
fisik, namun saya yakin batin pasti mendapatkan hal yang baik. Saya sangat
memegang teguh prinsip tersebut. Bukan karena keegoisan, saya berniat menyokong
kehidupan para Bhikkhu (Petapa/Ulama/Pendeta Buddhis/Pemuka Agama Buddha)
disebabkan karena Bhikkhu adalah umat Buddha yang melepaskan diri dari
kehidupan berkeluarga agar dapat mencapai kesucian dan sedang berlatih untuk
mencapai kesucian dalam kehidupan sekarang ini. Salah satu aturan / peraturan
para Bhikkhu adalah Bhikkhu tidak boleh makan lewat jam 12 siang karena hal itu
sudah merupakan peraturan latihan yang harus diikuti oleh semua bhikkhu tanpa
kecuali. Salah satu cara yang dianjurkan oleh Sang Buddha kepada umatnya dalam
melakukan kebajikan dan baktinya kepada para Anggota Sangha adalah berdana
makanan kepada Anggota Sangha. Berdana makanan dapat dilakukan oleh umat Buddha
setiap hari yaitu pada pagi hari dan pada siang hari. Para Anggota Sangha /
Bhikhu dalam kehidupannya sudah tidak lagi mencari nafkah untuk keperluan
dirinya. Menjadi kewajiban bagi umat Buddha untuk menyokong kehidupan Anggota
Sangha demi lestarinya Tiratana (Buddha, Dhamma, Sangha). Perlu kita ketahui
tanpa adanya kesadaran dari umat, Anggota Sangha di dunia fana ini tidak akan
dapat terus lestari untuk hidup pada jaman yang terus mengalami kemerosotan
Dharma ini, hendaknya segenap upaya kita berusaha untuk tetap melestarikan
tradisi Dharma yang telah diwariskan oleh Sang Buddha.
Pemberian dana makanan kepada para Bhikkhu/Bhikkhuni
ini tidak sama dengan pemberian sedekah atau berdana kepada seorang pengemis,
peminta-minta, dan sebagainya. Dalam Pindapatta ini seorang Bhikkhu/Bhikkhuni
tidak boleh mengucapkan kata-kata meminta, tetapi umatlah yang secara sadar dan
ikhlas, serta semangat bakti memberikan/ mendanakan makanan demi membantu
kelangsungan kehidupan suci para anggota Sangha dan membantu kelangsungan serta
melestarikan Buddha Dhamma itu sendiri. Bagi para Bhikkhu/ Bhikkhuni sendiri,
pindapatta ini merupakan cara untuk melatih diri hidup sederhana/ prihatin,
belajar menghargai pemberian orang lain, dan melatih Sati (perhatian/kesadaran
murni), serta merenungkan bahwa fungsi utama makanan adalah untuk memenuhi
kebutuhan badan jasmani agar tidak cepat sakit dan lapuk, bukan untuk
kesenangan dan mencari kenikmatan. Sedangkan bagi umat Buddha, pindapatta ini
merupakan ladang yang subur untuk menanam jasa kebajikan sebab berdana kepada
Mereka yang menjalani kehidupan suci merupakan suatu berkah yang utama.
Saya mulai menjalankan tekad baik ini dengan
mengajak beberapa kerabat dan sahabat baik untuk bersama-sama melakukan
kebajikan. Luar biasa! Banyak sahabat-sahabat yang juga turut serta dalam melakukan
kebajikan ini. Kami bersama-sama melakukan kebajikan ini dengan sukacita.
Setiap pukul 10.30 kami datang ke salah satu vihara di kota Medan (Buddhist Meditation Centre) dimana
vihara itu tinggal seorang Bhikkhu yang setiap hari menerima derma makanan dari
umat. Kami membawa lauk dan sayur untuk di dermakan kepada Bhikkhu yang tinggal
disana. Saya merasakan kebahagiaan yang luar biasa ketika melakukan derma ini,
bukan hanya karena dapat berderma kepada Bhikkhu, namun karena teman-teman saya
juga antusias melakukan kebajikan ini dan melihat banyak sekali umat Buddha
yang juga turut serta setiap siang untuk menderma makanan kepada Bhikkhu. Luar
biasa kebahagiaan ini! Merupakan kamma baik bisa menemukan sahabat-sahabat yang
mendukung kita untuk berbuat baik. Sahabat-sahabat yang hadir untuk ikut
berbuat kebajikan dan mendukung kita melakukan kebajikan adalah sahabat yang
sebenarnya. Dalam lubuk hati saya yang terdalam, melihat mereka datang untuk
bersama-sama melakukan kebajikan adalah pemandangan indah yang bisa saya lihat,
bukan hanya ketika bersenang-senang mereka datang menghampiri tetapi ketika
kita berbuat kebajikan pun mereka turut serta melakukannya. Inilah disebut
sahabat.
Saya menyebutnya sebagai 'Sahabat Baik dan Kamma
Baik', mereka adalah kamma baik saya yang berbuah di kehidupan ini, mereka
adalah kebahagiaan yang bisa saya rasakan dikehidupan ini, bukan karena mereka
bisa membuat saya tertawa bahagia namun mereka juga bisa membuat saya bersyukur.
Tidak ada kata-kata yang bisa melukiskan syukur dan bahagia ini. Kehadiran
kalian membawa kebahagiaan dan membuktikan bahwa sahabat baik yang tulus dan
benar itu masih eksis di dunia ini. Mari kita terus melakukan kebajikan
bersama-sama hingga suatu hari nanti kita akan bertemu dan kembali menjalin
jodoh baik ini di kehidupan selanjutnya.
Walau kebajikan yang dilakukan kecil nilainya, saya
yakin bila dilakukan terus menerus lama-lama akan menjadi kebajikan yang besar.
Walau hanya air yang setetes demi setetes namun lama-lama akan penuh juga
gelasnya. Lakukanlah kebajikan setiap hari, tak peduli apakah nilainya besar
atau kecil, banyak atau sedikit, karena jikalau kita menunda mengerjakan suatu
perbuatan baik maka ada kemungkinan kita malahan membatalkan niat melakukan
perbuatan baik itu, pikiran memang mudah berubah. Pikiran yang baik bila
diproses secara lambat malahan hasilnya kita tidak jadi melakukan perbuatan
apa-apa. Oleh karena itu, kapankah kita melakukan perbuatan baik? Pada saat terpikir,
pada saat itu juga! Tidak perlu menunggu waktu lagi, kalau kita masih hidup.
Kalau sudah meninggal? Hilanglah kesempatan kita berbuat baik itu! Kebajikan hendaknya
sering dilakukan. Artinya bukan berdana sekali seumur hidup dalam jumlah
sebesar-besarnya kemudian tidak pernah melaksanakannya lagi. Itu keliru!
Berdana makanan berarti seseorang telah memberikan
kelangsungan hidup, kesehatan dan kekuatan kepada orang lain.Karena itu bagi
mereka yang berdana makanan kelak akan mendapatkan berkah usia panjang,
kesehatan, kekuatan dan kecantikan. Dengan materi yang dimiliki seseorang dapat
melakukan banyak kebajikan tetapi akan lebih baik apabila seseorang mampu
memberikan waktu dan tenaganya untuk melakukan kebajikan. Buddha, Dhamma dan
Sangha adalah ladang yang baik untuk menanam jasa pahala. Sebuah keberuntungan
bagi seseorang yang mampu memberikan ketulusannya tidak hanya dalam bentuk
materi tetapi juga waktu dan tenaga. Bukankah itu luar biasa?
Namun bagi saya pribadi ada hal yang lebih luar
biasa daripada mendapatkan karma baik ataupun di cap sebagai orang baik. Saya menjadi manusia yang lebih baik karena
saya melakukan kebajikan agar bakat untuk berbuat jahat menjadi berkurang. Kita
semua memiliki bakat untuk berbuat jahat tanpa harus di suruh dan dilatih,
bakat berbuat jahat sudah ada dalam diri kita, namun bila kita berusaha untuk
melakukan kebajikan setiap saat, berarti kita telah mencegah bibit berbuat
jahat itu untuk tidak muncul bahkan melenyapkan bibit tersebut. Bukankah itu
adalah hal yang baik?
Saya banyak berubah semenjak sering berderma makanan
karena setiap akan menderma makanan, para Bhikkhu menuntun kami untuk kembali
mengulang sabda-sabda Sang Buddha melalui pembacaan Paritta yang biasanya hanya
say abaca pada hari Minggu saja ketika kebaktian, namun sejak aktif berderma
makanan, kini saya mengulang sabda Buddha setiap hari diikuti dengan
pelaksanaan meditasi yang membuat batin lebih tenang.
Luar biasa, kawan!
Tujuan saya menuliskan artikel ini, bukan untuk
membanggakan diri atau memamerkan kebajikan yang saya lakukan. Namun saya
yakin, setelah anda membaca artikel ini pasti anda tergerak untuk melakukan
kebajikan setiap hari, saya hanya ingin kita sama-sama menjadi orang yang baik,
bukan hanya disebut orang baik saja! Karena Tidak salah dan tujuan mendapatkan
hal yang baik adalah hal yang wajar. Tetapi sebenarnya ada tujuan yang lebih
tinggi, yaitu kita melakukan kebajikan supaya menjadi orang baik!
Berbuat kebajikan apapun bentuknya, baik itu secara
materi, memberikan derma kepada bhikkhu, bakti social, donor darah, menjadi
relawan sosial, membersihkan vihara, gereja, mesjid ataupun pura, lakukanlah
dengan penuh ketulusan agar bakat kita untuk berbuat jahat bisa berkurang. Kita
tidak bisa menghilangkan bakat berbuat jahat dengan mendengar khotbah atau
membaca buku saja. Kita harus praktek! Mempraktekkan apa yang kita dengar dan
kita baca!
Semoga semangat melakukan kebajikan ini tidak pernah
surut dan padam! Lakukanlah kebajikan dengan tulus dan sungguh-sungguh, maka
kita akan menjadi sungguh-sungguh baik!
Ask yourself : “Have you been kind today?”
Buddhist Meditation Centre |
Sharing Dharma Seusai Berderma Makanan |
Buddhist Meditation Centre - Salah satu teman yang mulai aktif melakukan kebajikan! |
Kelas Meditasi setiap hari 19.30 di Buddhist Meditation Centre Medan |
Vihara Buddha Sujata Medan |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar