Sabtu, 07 Februari 2015

"Family : Where Life Begins And Love Never Ends."

“Kita satu keluarga, saling syukur, saling percaya…kita satu keluarga, saling butuh di dunia ini…”

Sepenggal lirik lagu Satu Keluarga ini tercermin dari kepedulian saya yang pantang absen mengadakan kegiatan sosial. Bukan karena rutinitas, melainkan rasa kekeluargaan yang tumbuh dalam hatiku.

Pernahkah anda menyerumput secangkir teh dikala musim dingin? Nikmat bukan?
Teh yang kita minum membuat seluruh badan kita merasa hangat dan nyaman. Begitu pula dengan hangatnya keluarga, ibarat teh yang menghangatkan tubuh ketika musim dingin. Alangkah indahnya ketika kita dapat merasakan kehangatan dari sebuah keluarga. Hati begitu damai, batin pun penuh dengan ketentraman.

Kamis, 5 Februari 2015 saya menerima pesan singkat via telepon genggam dari salah seorang suster katolik yang merupakan pengurus Panti Asuhan SLB-C Santa Lusia.

“Selamat Siang Erica. Apakah bisa saya minta bantuan? Cairan pembersih lantai dan detergen kami sudah mau habis”. Begitu isi pesan dari suster Gracia.

Tentu tanpa banyak pertimbangan, saya membalas dan menyanggupi permintaan bantuan ini. Dalam batinku, “Saya akan membantu sekuat tenaga yang saya bisa!”

Setelah mengumpulkan sedikit donasi dari beberapa teman dan donatur, saya meminta bantuan salah satu sahabat baik saya untuk mengantarkan saya ke panti asuhan dengan kendaraannya. Kapten HenGun, begitulah panggilan yang kami berikan untuknya. Beruntungnya saya! Kapten mengiyakan permintaan saya dan mengantarkan saya tadi siang ke panti santa lusia.

Sekitar pukul 13.00 wib mobil CR-V hitam yang kami tumpangi tiba di halaman Panti Asuhan SLB-C Santa Lusia Medan. Terlihat sepi sekali, tidak ada kaki-kaki kecil yang berlarian halaman. Mata saya mencari keberadaan anak-anak serta suster-suster disini. Mereka tak terlihat. Kami memberhentikan mobil di ruang pertemuan dan tak lama kemudian salah satu menghampiri kami dan menanyakan maksud kedatangan kami.

“Kami mencari suster Gracia”. Kata ku

Tak lama kemudian, seorang wanita berbaju biru muda selutut lengkap dengan penutup kepala biru khas suster katolik melangkah kearah kami, dia adalah suster Gracia.

Suster langsung menghampiri saya, menyalami saya dan saya sedikit membungkukkan badan pertanda menghormatinya. Kami saling menanyakan kabar satu sama lain, kami terlibat obrolan panjang di ruang pertemuan sambil sesekali tertawa kecil. Setelah menurunkan barang-barang yang saya bawa, saya mengisi buku tamu dan bergegas mencari anak-anak diruang makan. Saya sungguh rindu pada mereka. Sungguh rindu!

Melihat saya melangkah menuju dapur, sebagian anak-anak berhamburan kearah saya. Ada yang menggandeng saya, adapula yang memeluk pinggang saya yang saya balas dengan pelukan. Sebagian lagi mengajak saya berfoto dan sebagian lagi memanggil-manggil saya sambil melambaikan tangan. Saya terharu sekaligus bahagia, karena anak-anak masih mengingat saya dan mereka juga merindukan saya. Belum lagi para suster dan pegawai yang langsung menghampiri dan menyalami saya.

“Halo kak! Apa kabar? Lama tak berjumpa ya..” Sapa salah satus suster pada saya.
“Baik, gimana kabarnya? Udah nyuci baju? Atau kita nyuci bareng lagi?” Goda ku pada suster yang di sambut tawa renyah mereka.
“Kak, yuk makan bareng! Rindu makan bareng nih, walau kami hanya punya lauk ikan asin.” Ucap salah satu pegawai dapur.

Ya! Saya sempat menginap disini bersama anak-anak. Merasakan rasanya mengurus anak-anak berkebutuhan khusus sekaligus membantu pekerjaan para suster termasuk memandikan anak-anak dan mencuci pakaian. Kehadiran saya dan teman-teman beberapa waktu lalu rupanya membekas dihati mereka. Semua orang pernah mengalami pengalaman menyenangkan. Akan tetapi, hanya segelintir orang yang pernah mengalami liburan yang membekas dihati mereka.

Jika kamu ingin tahu teman, rumah keduaku ini berada jauh dari perkotaan. Penuh dengan pepohonan nan rindang yang biasa warga sebut dengan kebun. Di dalamnya tidak ada makanan enak seperti di restoran atau café yang sering kita temui, hanya ada makanan sederhana di dalamnya. Tidak ada tempat tidur yang empuk dengan pendingin ruangan yang ada seperti di perkotaan, yang ada hanya tempat tidur sederhana dengan sebuah kipas angin. Di dalam rumah keduaku ini terdapat 60 anak-anak berkebutuhan khusus, bukan anak-anak normal yang biasa kita temui. Dan di dalam rumah keduaku ini, ada para suster dan pegawai yang berdedikasi dan berjiwa social tinggi , mereka mengurus anak-anak berkebutuhan khusus dengan telaten dan sepenuh hati. Rumah ini adalah rumah yang hangat. Kehangatannya membuat saya selalu membawa saya untuk kembali kemari. Kebahagiaan memiliki besar, penuh kasih, peduli, dekat-terjalin keluarga di rumah lain.

Anda pasti tidak meminta mereka, dan Anda tidak dapat perdagangan mereka, tapi dari miliaran manusia di planet kita, mereka orang-orang yang mengenal Anda terbaik. Mereka orang-orang yang menghargai Anda, dan siapa Anda harus menghargai sebagai imbalan - apakah mereka keluarga biologis Anda atau sebaliknya.

Disinilah rumah keduaku, rumah yang penuh dengan kehangatan. Bersama para suster katolik yang penyayang, pegawai-pegawai yang bertanggung jawab, 60  yang cantik dan pintar serta anak-anak yang memiliki antusias besar untuk belajar.

Berat sekali untuk melangkahkan kaki untuk kembali pulang, karena saya masih ingin disini. Bersama keluargaku yang sudah lama tak ku rasakan kehangatannya. Saya mendapat buah tangan kue kering dari para suster sebagai tanda keluarga! Kami saling menyayangi. Kebahagiaan mereka adalah kebahagiaanku. Jika mereka bersedih, saya akan ikut bersedih..

Terima Kasih..
Terima kasih telah memberiku keluarga lain yang hangatnya sama seperti keluargaku sendiri..


Barang-barang yang disumbangkan untuk PA.SLB-C Santa Lusia

My Family

Ops sorry! We love selfie too much!


Tidak ada komentar: