Siapa
yang tidak mengenal Negara Sri Lanka? Negara ini sebelumnya dikenal sebagai
Ceylon pada zaman penjajahan Britania, di Asia Selatan. Ini adalah sebuah
negara pulau di Samudra Hindia, selatan India. Slogan terkenal Sri Lanka sering
disebut "Permata Samudra
Hindia" karena bentuknya dan juga keindahan alamnya. Hal ini menyiratkan
Sri Lanka sebagai Negara yang diberkati dengan berbagai wisata alam dan budaya.
Untuk wisatawan Asia yang antusias, Sri Lanka adalah pulau bernilai tidak akan
hilang dalam buku harian perjalanan. Sri Lanka datang dengan bangga ke berbagai
rapi pulau highlights sebagai pantai dibedakan, satwa liar berlimpah di hutan
hujan, pegunungan dan hiking trails, warisan budaya, perkebunan teh, Buddhisme
dirayakan lebih berwarna dengan keramahan yang luar biasa di atas semua.
I was lucky to have booked our
flight from North Sumatera, Indonesia to Sri Lanka with Air Asia Airlines. Mungkin
tak banyak orang yang berkeinginan untuk mengunjungi Sri Lanka, dan tak pernah
terbesit sedikitpun dalam benak saya untuk merencanakan perjalanan ke Sri Lanka
apalagi dengan style backpacker
seperti ini. Perjalanan ini sungguh indah dan memberikan kesan tersendiri dalam
benak saya, saya menamainya A week's backpacking in the Ceylon.
Akhirnya
setelah transit dan tidur ngemper di
Kuala Lumpur semalam suntuk, pukul 10.35 tibalah kami di Bandaranaike
International Airport Colombo – Sri Lanka. Perjalanan dari Kuala Lumpur menuju
Sri Lanka adalah 3 jam 5 Menit.
|
Ngemper di Kuala Lumpur International Airport |
|
Sri Lanka, I'm COMINGGGGGG! |
Waktu di Sri Lanka adalah 1,5 jam lebih lambat
dari waktu di Medan. Sesampainya kami di Bandara, kami sudah ditunggu oleh
Sayalay Titikkha dan Venerable Piyaratana yang berasal dari Na Uyana Aranya
Senāsanaya. Na Uyana Aranya Senāsanaya
berarti 'Ironwood Grove Forest Monastery' adalah sebuah Wihara Buddha di hutan
Kurunegala, Sri Lanka. Luas Na Uyana lebih dari 5000 hektar hutan di pegunungan
'Dummiya', dan tinggal sekitar 100 Bhikkhu. Na Uyana dinamakan demikian karena
hutan kayu ulin Ceylon tua yang merupakan bagian dari wihara. Na Uyana juga
memiliki wihara yang menampung kurang lebih 70 wanita yang ingin melatih diri
dan para Sayalay yang disebut Dhammika
Ashramaya. Dhammika terletak 2.5 kilometer dari Na Uyana Monastery.
|
Sayalay Titikkha. Asli orang Medan dan sedang berlatih di Sri Lanka. |
Setelah
menukar uang di Money Changer, saya
pergi ke salah satu counter penjualan
kartu telepon genggam yang ada di Bandara. Saya menggunakan kartu “Dialog” selama berada di Sri Lanka,
harganya cukup bersahabat dan jaringan sinyalnya sangat baik. Harga yang
ditawarkan adalah LKR 1399 atau setara dengan Rp. 145.000. Harga tersebut sudah
termasuk pulsa, paket SMS dan Mobile data
2GB. Murah, kan?
Setelah
mengunjungi Venerable Ariyadhamma Mahathera, kami melanjutkan perjalanan menuju
Na Uyana yang ditempuh selama kurang lebih 4,5 jam. Sesampainya di Na Uyana
sekitar pukul 10.30 malam, kami tidak lagi berkesempatan menemui kepala Wihara
Na Uyana Monastery yaitu Venerable Ariyananda Thera. Bhante Ariyananda Thera
adalah The senior meditation instructor
at Nauyana Meditation Centre sekaligus Murid dari Venerable Ariyadhamma
Mahāthera yang merupakan Ketua Sangha Negara Sri Lanka. Pada Tahun 1999,
bersama dengan 10 Bhante Lainnya, Bhante Ariyananda pergi menuju Nā-Uyana
Forest Monastery untuk mendirikan Yayasan Shrī Kalyāni Yogāsrama. Sejak saat itu,
Beliau juga menjadi Penasehat Spiritual dan Guru Meditasi di Nā-Uyana Forest
Monastery yang pada saat ini mempunyai 100 Bhikhu dan 30 Upasakha. Sejak tahun
2003 pula, Beliau juga menjadi Penasehat Spiritual dan Guru Meditasi di
Dhammika Ashramaya, Sebuah Monastery Bhikhuni di Sri Lanka yang pada saat ini
mempunyai 70 Bhikhuni dan Upasika. Waktu yang sudah snagat larut ini memaksa
kami harus menerima kenyataan bahwa menghadap Bhante Ariyananda tidak bisa kami
realisasikan malam ini, namun kami telah membuat janji akan menghadap beliau
keesokan harinya.
|
Ven, Ariyananda Thera adalah The senior meditation instructor at Nauyana Meditation Centre. |
|
Ramah - Tamah bersama Bhante Ariyananda Thera. |
|
FOTO BERSAMA |
Setelah tak berkesempatan menemui Bhante
Ariyananda malam ini, kami dibawa menuju kamar penginapan yang disediakan oleh
Na Uyana. Untuk bisa tiba di kamar, kami harus memanjat keatas sekitar 10
menit, tidak ada lampu penerangan jalan, kami hanya mengandalkan lampu senter
saja. Kami diberitahu oleh Sayalay Titikkha bahwa kamar yang disediakan untuk
kami adalah kamar terbaik, alias kamar dengan highest standard karena pada umumnya, kamar yang ada di Na Uyana
masih menggunakan tikar, toilet tradisional dan kasur jerami. Bangunan semen di
Na Uyana adalah golongan bangunan yang berkualitas tinggi. Walau kamar kami
tergolong nyaman dan bersih, tapi selama kami menginap, kami selalu kesulitan
untuk mendapatkan air untuk mandi. Setiap pagi, air di penginapan kami tidak
mengalir. Kami terpaksa harus mandi pada malam hari agar tidak perlu mandi lagi
keesokan hari ini. Tak hanya itu, letak penginapan kami yang cukup tinggi dan
berada ditengah hutan, membuat kami harus kedinginan setiap malam walaupun kami
tidak menggunakan kipas angin dan AC karena angin yang menerpa penginapan cukup
kuat. Walau begitu, over all kami
bahagia!
|
TADAAAAA!!! Sederhana namun memberikan kenangan dan kebahagiaan tak terhingga. |
Keesokan
paginya, kami bangun sekitar pukul 04.30 pagi dan turun gunung untuk mengikuti
acara Pindacara. Salah satu cara
kehidupan sebagai seorang pabbajitta/samana
adalah melakukan pindapatta. Para bhikkhu, bhikkhuni, samanera, samaneri
menerima dana makanan dengan cara demikian. Pindapatta
berasal dan dua suku kata, yaitu: Pinda dan
Patta. Pinda berarti
gumpalan/bongkahan (makanan) dan Patta berarti mangkuk makan. Jadi dapat
diartikan pindapata adalah pengumpulan makanan dengan mangkuk oleh para bhikkhu
dari rumah ke rumah penduduk. Kebetulan kami memang telah menyiapkan keperluan
Pindapatta yang kami bawa dari Indonesia. Kami membawa beberapa makanan khas
kota Medan untuk diberikan kepada para Bhikkhu. Sekitar pukul jam 06.00 pagi,
dari kejauhan saya melihat para Bhikkhu sudah berbaris sesuai vassa mereka. Urutan barisan biasanya
dimulai dari vassa / usia kebhikkhuan
tertua hingga termuda. Saya lihat pula masyarakat setempat telah bersiap-siap
membasuh kaki dan mengeringkan kaki para Bhikkhu tersebut sebelum berjalan
diatas jalur pindapatta yang telah
disiapkan. Ada rasa haru dan bahagia yang menyelimuti diri saya. Para Bhikkhu
berjalan untuk menerima derma makanan diiringi dengan lantunan paritta Sanghanussati yang dilantunkan
oleh kami semua. Saya tidak pernah melihat acara pindapata yang se-khidmat ini. Saya sungguh bahagia. Jalur
pindapatta yang dipersiapkan sungguh luar biasa apik, bukan hanya sekedar ada
saja, namun saya melihat jalur pindapatta yang dihiasi oleh bunga-bunga di
tiang bangunan dan disepanjang jalur menuju pengambilan makanan, masyarakat
setempat melakukan semuanya dengan totalitas dan kesungguhan, bukan hanya asal
ada saja. Syukurlah, saya memiliki
kesempatan mengikuti kegiatan pindapatta ini setiap pagi selama menginap di Na
Uyana. Betapa senangnya saya!
|
Rombongan Bhikkhu datang dari kejauhan. |
|
Membasuh dan mengeringkan kaki para Bhikkhu. |
|
Para umat mengisi makanan kedalam mangkuk yang dibawa oleh para Bhikkhu. |
|
Para umat selalu mengenakan kostum putih dan berbaris dengan rapi menunggu datangnya para Bhikkhu. |
|
Tidak hanya Bhikkhu, adapula para Yogi lokal dan mancanegara yang berlatih meditasi di Na Uyana. |
|
Jalur Pindapatta dihias dengan indah oleh umat Sri Lanka pada hari kedua. |
|
Luar Biasa.. |
|
Luar Biasa indah.. |
|
Sangha is my precious guide shows me what is right. |
|
Rapi sekali... |
|
Bhante Piyaratana |
Usai mengikuti acara tersebut, kami dipersilahkan menikmati sarapan oleh pengurus Na Uyana Monastery. Jika ingin jujur, makanan yang disajikan sangat jauh berbeda dengan makanan di Indonesia. Bahkan, saya hampir muntah karena indera perasa saya belum bersahabat dengan makanan tradisional Sri Lanka. Yang saya dengar, Sri Lanka adalah salah satu yang terbaik dalam membuat kari di dunia. Kari yang dibuat tidak sama seperti kari-kari yang ditemukan di Indonesia pada umumnya, kari yang dihidangkan biasanya dengan sayuran, beras, poppadoms, dhal dan berbagai bahan makanan lainnya seperti kacang hijau atau acar. Aneh memang, mamun saya tetap menghabiskannya. Saya termotivasi karena melihat banyaknya Bhikkhu dari luar negeri sudah bertahun-tahun hidup di hutan dan menikmati makanan tradisional di Na Uyana. Makanan asli Sri Lanka, bukanlah makanan yang disediakan di hotel-hotel, karena cita rasa dari makanan hotel pastilah berbeda dengan cita rasa makanan yang dimasak oleh penduduk setempat. Saya menikmati semua makanan yang disediakan walau rasanya tidak sesuai dengan harapan saya, namun ketulusan masyarakat disana dalam melayani kami menjadikan segalanya menjadi nikmat!
|
Sarapan pagi di Na Uyana Monastery. |
|
BANANAAAA... |
Bagi
saya pribadi, masyarakat Sri Lanka memiliki tingkat keramahan yang sangat
tinggi. Setiap pagi ketika saya bertemu mereka diruang makan, menuju toilet
ataupun bertemu mereka dimanapun, semuanya menyambut saya dengan senyum
berseri-seri. Di Sri Lanka, saya belajar bahwa untuk bahagia itu sangat
sederhana, tak perlu rumah mewah ataupun makanan enak ala restoran berbintang.
Masyarakat Sri Lanka menjadi contoh bagi saya untuk lebih mudah mencapai
kebahagiaan tanpa harus membuat syarat kebahagiaan yang terlalu tinggi. Tak
hanya itu, masyarakat Sri Lanka memberikan contoh nyata pada saya mengenai
komitmen dan totalitas dalam mengembangkan ajaran Buddha. Di Sri Lanka, kita akan
menemukan banyak larangan berfoto dengan membelakangi patung Buddha, dan tak
jarang ada tempat yang yang melarang kita berfoto bersama patung Buddha. Kita
pun tidak diperkenankan memakai alas kaki jika memasuki rumah ibadah atau
situs-situs Buddhis sebagai bentuk respect
dan penghormatan kita harus menanggalkan alas kaki kita sebelum memasuki
kawasan ibadah. Sungguh satu kebiasaan yang baik!
2 komentar:
Its cool to leave chaotic life for a while, back to nature, meeting new people in new environment, with different culture, different way of life..
Keep on travelling, keep on sharing, the world is waiting for ur other trips n stories.
You rock!
Its cool to leave chaotic life for a while, back to nature, meeting new people in new environment, with different culture, different way of life..
Keep on travelling, keep on sharing, the world is waiting for ur other trips n stories.
You rock!
Posting Komentar