Dikala waktu senggang,
biasanya saya memanfaatkan waktu untuk browsing
internet entah itu membaca berita online
atau menonton youtube. Saya senang mencari inspirasi dari media-media online yang sedang up to date. Ketika sedang asyik
mencari bahan tontonan via youtube, saya
tertarik pada satu video yang bercerita tentang orangutan keeper atau
penjaga orangutan disebuah organisasi di Kalimantan, tempatnya di Samboja
Lestari.
Video berdurasi 22
menit itu menceritakan kehidupan orangutan
keeper yang bekerja di pusat rehabilitasi orangutan. Video ini membuka
wawasan baru bagi saya yang baru saja pergi ke hutan demi bertemu hewan yang
sudah sangat langka ini. Siapa sangka saya berjodoh mempelajari mengenai
orangutan lebih dalam melalui video tersebut.
Menurut Wikipedia, Orangutan adalah sejenis kera besar dengan lengan panjang dan
berbulu kemerahan atau cokelat, yang hidup di hutan tropika Indonesia dan
Malaysia, khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Orangutan adalah spesies
kera besar satu-satunya di Asia. Saat ini orangutan hanya hidup di Pulau
Kalimantan dan Sumatera yang terbagi dalam dua spesies generik, Pongo pygmaeus
dan Pongo abelii. 90% dari populasi orangutan ini hidup di Indonesia, sementara
10% sisanya dapat ditemukan di Sabah dan Sarawak, Malaysia. Di Sumatera,
populasi terbesar ditemukan di ekosistem Leuser, sedangkan orangutan Borneo
dapat ditemukan di Kalimantan Barat, Tengah dan Timur. Dalam video yang saya
tonton itu, diceritakan kehidupan orangutan di Borneo. Seorang wanita yang bekerja sebagai orangutan keeper ini setiap harinya mengurusi puluhan orangutan
yang direhabilitasi. Orangutan tersebut datang dari latar belakang yang
berbeda-beda, ada yang direhabilitasi karena ditinggalkan oleh ibunya, ada yang
ditarik dari sirkus atau kebun binatang, ada yang korban pemburuan hingga menderita
trauma, dan masih banyak lagi.
Di Samboja Lestari,
tempat orangutan ini direhabilitasi, Kegiatan utama tidak hanya berupa penyelamatan
orangutan, translokasi orangutan dari daerah-daerah konflik ke daerah-daerah
habitat yang aman dan dilindungi, tetapi juga perawatan dan pelayanan
kesehatan, rehabilitasi, reintroduksi dan kegiatan restorasi hutan. Didalam
video itu juga diceritakan mengenai ‘Sekolah
Hutan’, Selama rehabilitasi, orangutan diajarkan dan dibimbing untuk membangun
sarang, memilih pakan alami yang tepat dan mengenali predator alami mereka.
Proses ini dimulai di ‘Sekolah Bayi’ dan berlangsung melalui berbagai tingkat
di ‘Sekolah Hutan’, di mana setiap hari dihabiskan di hutan untuk belajar
keterampilan baru. Keterampilan yang diperoleh setiap individu akan dinilai
sebelum mereka boleh naik ke tingkat selanjutnya. Orangutan kemudian masuk ke
Karantina Kesehatan atau Sekolah Hutan 3, yang merupakan hutan singgah untuk
menuju tahap akhir rehabilitasi. Tergantung pada usia dan keterampilan yang
dimiliki masing-masing orangutan, rehabilitasi bisa memakan waktu hingga 7
tahun.
Saya melihat para orangutan keeper tidak hanya mengajari
orangutan, tetapi juga memberi makan tambahan karena pada umumnya orangutan
yang bersekolah di Sekolah Hutan belum mahir mencari makanan, sehingga gizi
tidak tercukupi apabila tidak diberi makanan tambahan oleh para keeper. Makanan yang diberikan berupa
susu formula sebelum berangkat sekolah, lalu suplemen untuk menjaga kesehatan
orangutan yang berupa oats yang
dicampur dengan tempe lalu dihancurkan lalu dimasukkan kedalam bambu dan
diberikan kepada orangutan. Selesai bersekolah, orangutan diberikan buah-buahan
seperti pepaya dan semangka juga! Para keeper
tak hanya membawa bayi orangutan bersekolah dan memberi makan saja, tetapi juga
menulis laporan tentang peningkatan orangutan yang bersekolah, semacam rapor
sekolah. Hahahaha! Rapor inilah yang
menentukan apakah orangutan bisa naik kelas/naik level atau tidak. Sungguh luar biasa para keeper ini!
Setelah puas
melihat video tersebut, saya melanjutkan sesi browsing informasi mengenai orangutan dan dimana saya bisa
mendaftarkan diri menjadi relawan untuk membantu orangutan keeper. Saya tertarik untuk meluangkan liburan saya
ditahun mendatang untuk merawat orangutan, saya rasa ini bukan ide yang buruk.
Lalu, saya membuka sebuah website di
Borneo dan membaca dengan seksama. Tidak tercantum cara mendaftar sebagai
relawan, tetapi tercantum cara lain untuk mendukung kegiatan mereka melalui
program adopsi orangutan. Wow, its sounds
great!!! Saya mulai membaca satu persatu biodata orangutan yang boleh
diadopsi. Ada berbagai usia dengan beragam latar belakang yang dicantumkan
disana. Saya juga diberikan pilihan apakah hanya akan mengadopsi selama 1
bulan, 6 bulan atau 1 tahun. Setelah melirik-lirik semua orangutan yang ada di website tersebut, akhirnya saya
menjatuhkan pilihan untuk mengadopsi bayi orangutan bernama Sura.
Pada usia 4
bulan, Sura kehilangan ibunya dan tiga jari ditangan kirinya. Dia dikonfirmasi
berada di sekitar 4 bulan usia berdasarkan kondisi gigi nya. Tim Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF)
juga menemukan fakta menyakitkan memilukan: Tiga jari di tangan kirinya telah
dipotong. Luka-luka yang terbuka dan tampak seolah-olah mereka berasal dari
pisau atau parang pukulan. Jari-jari bengkak dan tidak lagi pendarahan. Sura
kemudian dimasukkan ke dalam kelompok bayi karantina, menerima sekitar
perawatan intensif jam dari tiga babysitter.
Dia tidak
menunjukkan perilaku liar apapun. Dia masih terlalu kecil dan terlalu lemah. Ia
hanya akan memegang erat babysitter-nya.
Seringkali ia melihat jari-potong, seakan mempertanyakan bagaimana hal ini
terjadi. Rumah hutannya telah hancur dan ia kejam dan brutal dipisahkan dari
kasih ibunya.
Setelah membaca
kisah yang memilukan itu, saya menyatakan diri akan menjadi ibu asuh untuk Sura
selama 1 tahun kedepan. Adapun biaya yang harus saya bayar adalah
Rp.1.000.000,00 untuk satu tahun. Biaya tersebut telah termasuk biaya sekolah,
vaksin, perawatan, kesehatan dan makanan untuk Sura selama setahun. Setelah
mengirim donasi melalui bank transfer,
lalu saya dikirimin via email oleh
pihak BOSF beberapa foto Sura, cerita-cerita perkembangan Sura selama
direhabilitasi dan sertifikat ucapan terima kasih. Setelah perawatan medis
intensif dan perawatan, Sura akhirnya membuat pemulihan penuh. Luka di
jari-jarinya kini sembuh, flu-nya hilang, bahkan meskipun kadang-kadang
tenggorokannya terdengar sedikit tegang saat cuaca dingin atau lembab. Beberapa
teman saya menertawakan saya ketika mereka tahu saya baru saja mengadopsi bayi
orangutan. Saya sadar, ini bukanlah hal yang umum dan biasa. Melihat Sura telah
sehat dan aktif seperti orangutan pada umumnya membawa begitu banyak sukacita
untuk saya dan para babysitter/orangutan keeper
karena semua kerja keras mereka telah terbayar. Sura sekarang sehat lagi dan
mudah-mudahan ia akan tetap sehat dan bahagia saat ia mulai periode panjang
rehabilitasi untuk mempersiapkan dia untuk hidup di alam liar!
Saya berharap
Sura akan mulai mendapatkan kekuatan ditempat ia direhabilitasi. Kelimpahan
cinta dan perawatan dari babysitter/orangutan
keeper yang mungkin tidak dapat menggantikan ibunya hilang. Saya hanya berusaha
memberinya begitu banyak cinta dan perawatan terbaik yang saya bisa melalui
donasi saya. Suatu hari, saya akan melihat Sura sebagai orangutan laki-laki dewasa yang siap untuk menjelajahi
hutan nyata Kalimantan, tangguh dan berani, seperti namanya yang diberikan.
Officially
Adopted Baby Orangutan.
Call Me Mommy,
Sura!
Love you!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar