Akhir Februari lalu,
saya berkunjung ke Jakarta untuk menghadiri sebuah acara penting bagi saya.
Acara ini terselenggara berkat seorang teman yang berusaha mencari keberadaan
kami setelah 10 tahun tak berjumpa. Jika di pikir-pikir, hebat sekali teman
saya ini, ia dapat mengumpulkan teman-teman yang sudah puluhan tahun tak
berjumpa, yang kita pikir sudah hilang ditelan bumi, tiba-tiba dalam hitungan
minggu atau bulan saja, sudah ditemukan,
bahkan sudah bisa kontak lagi. Ini benar-benar sebuah keajaban! Terima kasih
juga kepada kecanggihan dunia maya yang membuat segalanya lebih mudah dari yang
dibayangkan, membuat teman-teman yang lama menghilang bisa ditemukan di dalam
dunia maya hingga akhirnya bertemu secara nyata tepat pada 28 Februari 2015
silam.
Bicara tentang reuni
kelas, biasanya dalam acara reuni ini para alumni akan mengingat kembali atau
bernostalgia tentang hari-hari sekolah mereka dulu, dengan detail mengingat
teman-teman yang suka usil, dan bercerita tentang apa yang terjadi dengan
masing-masing mereka sejak berpisah dan terpencar-pencar. Selalu ada perasaan
yang sama saat kita menghadiri acara reuni, yaitu perasaan bahagia ketika rindu
terobati, saat akhirnya dapat berjumpa lagi dengan sahabat tercinta yang telah
hilang bertahun-tahun. Rasa haru biru yang menyelinap di hati saat menyalami
Bapak dan Ibu Guru yang sudah sepuh, juga suasana nostalgia yang begitu
melenakan.
Saat bertemu dengan
teman-teman SD yang sebagian terlihat sudah menggendong anak, saya merasa sangat
bahagia. Tak butuh waktu yang lama untuk kembali akrab seperti masa-masa
sekolah dulu. Saat pertemuan itu terjadi, Apa yang pertama kali ditanyakan di
acara reuni?
Apakah pertanyaan
seputar : Sekarang tinggal dimana? Sudah married? Anaknya sudah berapa? Udah
punya pacar belum? Kerja apa sekarang? Kuliah sudah kelar, belum? Mungkin
terdengar seperti pertanyaan itu biasa saja, basa-basi normal yang acap kali terlontar dalam setiap
pergaulan.
Saya tidak dalam
kapasitas menilai acara reuni yang sedang saya hadiri, karena saya sangat
menghargai teman-teman yang sudah bersusah payah menyelenggarakan acara ini,
dan saya sangat menghormati teman-teman saya. Di luar, banyak sekali acara
reuni yang digelar dengan megah di hotel mewah berbintang dengan acara yang
luar biasa serta makanan minuman enak melimpah. Namun, kami menggelar acara
reuni ini dengan sederhana. Kami menyelenggarakan di sekolah dimana kami
mengenyam pendidikan dulu. Sederhana namun terasa hangat dan akrab.
Kami memasuki kelas
dimana dulu kami duduk didalamnya, saya sungguh terharu dengan acara reuni
kelas ini walau tidak semua teman-teman hadir dalam reuni ini. Bukan hanya
bertemu dengan teman-teman, saya juga berjumpa dengan Bapak Ibu guru mengajar saya ketika saya masih duduk
dibangku sekolah dasar. Banyak guru yang sudah tidak lagi mengabdi di sekolah
tersebut, adapula sebagian yang telah meninggal dunia. Saya bersyukur masih
bisa bertemu dua orang guru yang masih mengabdi di sekolah ini dan kedua guru
ini juga masih mengingat saya dengan baik.
Beliau adalah Bu Ayat
yang merupakan wali kelas saya ketika saya duduk di kelas 2 SD dan Bu Cucu yang
merupakan guru agama Islam di sekolah ini. Kedua guru ini mengingat nama saya
dengan baik dan mereka cukup tercengang dengan perubahan fisik saya saat ini.
Ketika saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar, saya adalah seorang anak
perempuan yang berbadan besar dan sering diejek oleh teman-teman. Kedua guru
saya ini tercengang melihat saya tumbuh menjadi wanita muda yang jauh berbeda
dari masa kecil saya.
Setelah acara ramah
tamah bersama guru-guru di dalam kelas, kami berfoto-foto bersama guru-guru
sembari bercerita tentang diri kami sekarang ini. Bu Ayat terlihat bangga
ketika saya bercerita bahwa saat ini saya menjadi seorang guru, karena diantara
teman-teman yang lain hanya saya sendiri yang mengambil profesi menjadi
guru. Saya masih ingat betul pesan Bu
Ayat kepada kami, bahwa kami harus menjadi pribadi yang jujur sebagai manusia
yang bermoral. Jikalau kelak kami menjadi seorang aparat Negara, beliau
berharap kami menjadi orang yang ‘bersih’ dan jujur dalam menjalankan tugas
kami. Bu Ayat memberikan kami banyak wejangan penting agar kami menjadi manusia
bermoral dalam kehidupan ini. Saya tersentuh dan terharu karena beliau masih
menyayangi kami dengan memberikan nasehat sembari mengusap-usap bahu kami.
Guru adalah pekerjaan yang
mulia karena menciptakan sumber daya manusia yang hebat. Saya bisa menulis
artikel saat inipun adalah karena jasa guru yang dengan telaten memberikan cara
menulis kepada saya dan juga mengajarkan cara membaca untuk saya. Karena
gurulah saya, anda dan kita semua bisa menjadi seperti sekarang. Ada yang
menjadi pedagang. Pedagang pasti akan selalu berkutat dengan dunia hitung
menghitung. Jadi ingatlah guru Matematika. Merekalah yang mengajarkan anda
bagaimana menjumlah, mengalikan, membagi, mengurangkan dan lain-lain. Maka
karena perhitungan yang tepat di dalam berdagang, maka anda bisa untung.
Kemudian, ada yang menjadi blogger, seperti kita-kita ini. Apa yang patut
diingat dari guru dengan menjadi blogger? Dunia blogger pasti tidak akan terlepas
dari dua aktivitas, yaitu menulis dan membaca. Tidak ingatkah kita bahwa kita
bisa membaca dan menulis karena jasa guru? Waktu itu ketika TK, SD, SMP, SMA
bahkan Kuliah, guru kita dengan telaten mengajarkan bagaimana langkah-langkah
menulis dan membaca. Hingga akhirnya kita bisa membaca dan juga menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar