Dunia pendidikan saat
ini sudah jauh berbeda dengan zaman dahulu, zaman dulu banyak orang yang tidak mau jadi guru, karena guru zaman dulu adalah
pengabdian yang sebenarnya. Banyak guru yang hidupnya serba tidak berkecukupan
tapi mereka tetap bertahan dengan profesinya sebagai guru, karena tugas guru
dianggap sebagai tugas mulia yang tidak bisa diukur dengan uang. Apresiasi
terhadap peran guru masih sangat rendah pada zaman dahulu. Profil guru melulu
dikenal sebagai sosok yang serba sederhana. Pakaian sederhana, rumah sederhana,
makan sederhana, semuanya serba sederhana. Hal tersebut terdapat hubungan
dengan masalah gaji guru pada saat itu yang dikatakan sangat rendah. Apresiasi
terhadap peran guru dikaitkan dengan gaji memang cukup relevan. Sebab pada saat
itu, tugas guru tidaklah mudah seperti saat ini. namun gaji guru sangat kecil
dibanding dengan gaji profesi-profesi lain.
Pendidikan di Indonesia
belum mengalami pemerataan pendidikan, artinya masih banyak daerah – daerah
terpencil di Indonesia yang kekurangan guru. Padahal kita ketahui gurulah yang
akan mengubah paradigma siswa yang tidak paham menjadi paham, yang tidak tahu
menjadi tahu, yang tidak mengerti menjadi mengerti. Dengan kata lain tanpa
kehadiran guru, profesi – profesi lain tidak akan berkembang. Istilah kerennya,
“Teaching is the one profession that
creates all other professions! Teachers touch the future!”
Dengan kondisi yang
demikian memotivasi saya untuk mengabdikan diri sebagai guru karena pengabdian
guru didasari semangat pengabdian memanusiakan manusia yang merupakan pondasi
pendidikan kita. Kualitas guru adalah bagaimana guru mengabdi, bagaimana cara
guru mencintai profesinya. Ketika guru mencintai profesinya, maka pengabdiannya
akan seluruhnya diberikan pada siswa – siswanya, akan dilakukan yang terbaik
yang mampu dilakukan oleh guru tersebut. Guru hidup untuk memberi dan tidak
meminta apapun sebagai ganti dari apa yang telah diberikannya kepada kita,
kepada anak didiknya, mereka hanya ingin kita menerima, mengingat dan
memanfaatkan apa yang ia berikan kepada kita agar kita menjadi pribadi-pribadi
yang berguna bagi bangsa dan negara.
Ungkapan guru sebagai
pahlawan tanpa tanda jasa ini sudah sangat biasa didengungkan sejak dulu. Guru
selama ini adalah figur yang dianggap sebagai pencetak orang-orang hebat.
Seorang profesor jenius, seorang musisi hebat, seorang presiden dianggap lahir
oleh karena jasa guru. Sebab guru adalah seseorang yang mendidik orang-orang
hebat tersebut menjadi sukses. Guru, sebuah pengabdian mulia untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Sosok-sosok yang tak kenal lelah membantu memperjuangkan cita-cita
anak didiknya. Sosok-sosok yang mengarahkan kita pada jalan-jalan yang lebih
terang menuju masa depan kita. Tanpa seorang guru tidak akan ada yang namanya
presiden, tidak akan ada yang disebut professor, tidak akan ada yang berhasil
menduduki jabatan menteri. Bagaimanapun juga guru adalah pekerjaan yang sangat
mulia dan oleh karena itu sudah sepantasnya kita tidak melupakan jasa-jasa
mereka. Dalam hidup ini ada yang namanya mantan istri, mantan pacar, mantan
presiden, mantan menteri dan lain sebagainya tetapi tidak akan pernah ada yang
namanya mantan guru.
Ketika memutuskan untuk
menjadi seorang guru, pada mulanya banyak yang menentang, namun tak bisa
dipungkiri bahwa menjadi guru karena panggilan nurani jauh lebih baik daripada
sekedar menjadikan guru sebagai profesi. Saya mengabdikan diri berdasarkan
panggilan jiwa maupun hati nurani bukan karena tuntutan material belaka. Menjadi
guru berdasarkan tuntutan pekerjaan adalah suatu perbuatan yang mudah, namun
menjadi guru berdasarkan panggilan jiwa tidaklah mudah. Guru lebih banyak
dituntut sebagai suatu pengabdian kepada anak didik daripada karena tuntutan
pekerjaan dan materi.
Oleh karena itu,
wajarlah bila dikatakan guru adalah cerminan pribadi yang mulia karena figur
guru dengan segala kemuliaannya yang mengabdikan diri berdasarkan panggilan
jiwa, bukan karena pekerjaan sampingan. Guru tidak hanya sebagai suatu profesi,
tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan. Kepribadian
guru akan tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina anak didik.
Dengan keteladanannya, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan
profil dan idola. Seluruh kehidupannya adalah figur yang tak lapuk dimakan
usia. Itulah kesan terhadap guru sebagai sosok yang ideal.
Guru ideal adalah sosok
guru yang menyisihkan waktunya demi kepentingan anak didik, membimbing,
mendengarkan keluhan, menasihati, membantu kesulitan anak didik dalam segala
hal yang bias menghambat aktivitas belajarnya. Guru juga berbicara dan bersenda
gurau dengan anak–anak di sekolah. Jadi, bukan hanya duduk di kantor dengan sesama
guru, tidak membuat jarak dengan anak didik, dan juga bukan merendahkan harga
diri anak didik.
Menjadi guru Agama
Buddha di sebuah lembaga pendidikan formal seperti sekolah, mengharuskan saya
untuk bangun lebih pagi dari pegawai kantoran biasanya. Saya harus keluar dari
rumah sekitar pukul 06.30 pagi agar tidak terlambat tiba di sekolah. Saya tidak
pernah merasa lelah untuk mengabdi. Yang terpenting bagi saya bagaimana saya
bisa menularkan ilmu pengetahuan kepada siswa-siswa saya dan membuat siswanya
mencintai serta menghayati ajaran agama dengan baik seperti yang saya lakukan
selama ini.
“Engkau
patriot pahlawan bangsa, Tanpa tanda jasa.."
Kutipan diatas adalah
lyrik terakhir pada lagu 'Hymne Guru'. Sebuah lagu yang dipopulerkan oleh R
Sartono dan menjadi lagu Wajib Nasional. Dipersembahkan untuk para guru karena
dipandang sebagai sosok pahlawan yang tak pernah dihargai perjuangannya. Sosok guru adalah figur yang mengajar
tanpa kenal lelah, berjalan kaki, naik turun gunung, kadang naik sepeda, tanpa
minta dihargai dan tanpa berharap lebih. Semua dilakukan dengan hati yang tulus
dan ikhlas. Keinginan-nya hanya satu mencerdaskan setiap anak didik yang
diajarnya. Mengabdi untuk masyarakat, bangsa dan negara tanpa pamrih. Bukankah
keinginan mereka ini sungguh mulia dan hebat? Layaknya para superhero dalam The Avangers, para
pahlawan tanpa tanda jasa ini pun tersebar dimana-mana, tanpa terlihat oleh
masyarakat umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar