Rabu, 04 Desember 2013

INCREDIBLE INDIA!!! - 02 NOV 2013

Saya tiba di Sravasti pukul 19.30 malam, kondisi sudah tidak memungkinkan untuk mengunjungi situs agama Buddha yang ada disana, terpaksa saya harus bersabar hingga esok hari... Pada masa kehidupan guru Buddha, Savatthi merupakan ibukota kerjaan kosala yang diperintah oleh raja Pasenadi Kosala..

Tadaaaaaaaa!!!!
Pagi ini sedikit lega karena bisa tidur hingga pukul 06.00 pagi.. ^_^b
Sekitar pukul 07.30 kami berangkat menuju Kediaman Anathapindika (Anathapindika Stupa), Anathapindika adalah orang yang cukup tersohor di dalam literatur Buddha karena beliau merupakan salah satu penyokong Buddha yang setia. Tepat di seberang Anathapindika Stupa, ada Angulimala Cave (Gua Angulimala), sayangnya Angulimala Cave ini sudah dipagari sehingga kami hanya bisa melakukan pradaksina dan melihat dari luar pagar saja.

Angulimala juga cukup populer dikalangan umat Buddha, terutama bagi saya. Kisahnya yang cukup mengerikan tetapi menginspirasi itu menjadi satu nilai plus di benak saya. Sedikit mengenai Angulimala, dia adalah seseorang yang sangat pintar dan setia di zaman Buddha. Namun, kepintaran dan kesetiaannya tidak disukai oleh teman-temannya sehingga ia di fitnah oleh teman-temannya. Teman-temannya memfitnah angulimala dengan mengatakan kepada guru Angulimala bahwa Angulimala telah berselingkuh dengan istri Sang Guru. Berita itu membuat guru dari Angulimala menjadi murka dan menyuruh Angulimala untuk menunjukkan bakti dan setianya kepada Sang Guru dengan mengumpulkan 1000 jari manusia. Karena sifatnya yang bakti dan setia, Angulimala punmenuruti permintaan gurunya tanpa mempertimbangkan apakah itu baik dan benar atau tidak. Singkat cerita, karena tidak ada satu orangpun yang mau memberikan jempol kepada Angulimala secara sukarela, maka mau tak mau Angulimala harus membunuh mereka dan mengambil jempolnya. Karena bangkai jempol sering hilang dimakan oleh burung atau binatang disekitar hutan tersebut, maka Angulimala pun mengumpulkannya dalam bentuk kalung yang dikalungkan di lehernya, maka ia dikenal dengan sebutan "Angulimala - Si Kalung Jari".

Setiap hari, ia membunuh orang yang dijumpainya tak peduli tua atau muda, laki-laki atau perempuan, ia membunuh dan mengambil jempol mereka dan akhirnya orang-orang di desanya banyak yang pindah dan mati. Jumlah jempol yang dimilikinya sudah mencapai 999, maka apabila ia mendapatkan 1 jempol lagi, maka lengkaplah 1000 jari untuk di persembahkan kepada gurunya sebagai tanda baktinya. Namun sayangnya sudah tidak ada lagi orang yang bisa ia bunuh di desanya. Maka ia berniat untuk membunuh ibunya sendiri dan mengambil jarinya untuk dipersembahkan. Saat sSang Buddha melihat dengan mata batinnya bahwa angulimala akan membunuh ibunya, maka dengan welas asihnya Buddha pergi menolong Angulimala agar ia tidak menderita dikehidupan mendatang. Saat Angulimala melihat ada Ibu dan Sang Buddha, Angulimala berpikir untuk membunuh Buddha saja, karena ia sendiri sebenarnya juga tak tega membunuh ibunya sendiri. Namun, Buddha berjalan menjauhi Angulimala, Angulimala terus mengejar Buddha, ia kelelahan berlari mengejar Buddha, padahal sebenarnya Buddha hanya berjalan dengan santai namun Angulimala harus mengejar Buddha denga berlari. Saat kelelahan, Angulimala berkata "Berhenti! Berhentilah Sebentar!",  Lalu Buddha menjawab, "Angulimala, saya sudah berhenti. Kamu lah yang belum berhenti.. Saya sudah berhenti melakukan perbuatan jahat, sesungguhnya kamulah yang belum berhenti.." 

Setelah Sang Buddha berkata demikian, Angulimala menjadi sadar terhadap apa yang telah ia lakukan. Sebenarnya Angulimala adalah orang yang bijaksana serta mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk. Tetapi sekarang ia menjadi orang yang jahat dan kejam karena pikirannya selalu diarahkan untuk membunuh. Untuk melaksanankan hal itu ia keluar masuk hutan yang lebat, makan dan tidurnya tidak teratur, ia tidak dapat menikmati kebahagiaan karena selalu menderita lahir dan batin, hidupnya jauh dari Dhamma. Pada saat ini ia dapat mendengar kata-kata Sang Buddha yang tepat mengena di hati sanubarinya. Seketika itu juga ia merasa damai dan bahagia. Wajahnya menjadi cerah bagaikan orang yang baru saja istirahat setelah melakukan perjalanan jauh dan selesai mandi di sebuah sungai yang jernih airnya. Itulah sedikit yang bisa saya ceritakan mengenai Angulimala, untuk lengkapnya silahkan cari buku refrensi yang memiliki kisah Angulimala secara lengkap.

Dari Angulimala Cave, kami menuju ke Vihara Jetavana. Lokasinya tak begitu jauh dari Angulimala Cave dan Anathapindika Stupa, 15 menit ditempuh dengan Bus. Sebelum masuk ke dalam Vihara Jetavana, kami mampir terlebih dahulu ke Vihara yang letaknya tepat diseberang Vihara Jetavana, yaitu "Ananda Bodhi Society of India. Nava Jetavan Maha Vihar and Srilankaramaya Shravasti", Fiuh... Cukup panjang yaa.. Hihihihihi... Di dalamnya terdapat ruang Dharmasala yang tidak terlalu luas tetapi cukup khidmat.. Dan.. dilengkapi dengan lukisan-lukisan riwayat hidup Buddha yang terlukis di seluruh dinding vihara. Wowwww! Amazing!

Then, setelah puas foto-foto dan bernamasakara di dalam Vihara tersebut, maka saya melangkahkan kaki untuk masuk ke Vihara Jetavana.. Yuhuuuu! Saya terkaget-kaget karena ternyata Vihara Jetavana ternyata sangat amat luassssssss, entah berapa hektar luasnya, saya tidak bisa menghitungnya dengan pandangan mata saya.. Namun, benar-benar membuat saya merinding dan sedikit terharu saat masuk ke Vihara Jetavana. Vihara Jetavana saat ini tak lagi tampak seperti bangunan vihara pada umumnya, bentuknya hanya taman yang dilengkapi reruntuhan batu yang masih tersisa. Yang luar biasa adalah Sang Buddha tinggal disini selama 24 vassa, vihara ini didanakan oleh Anathapindika. Jetavana dulunya hanya merupakan sebidang tanah yang didanakan oleh Anathapindika kepada Buddha untuk dijadikan sebagai vihara. Dimana saat itu taman itu adalah milik pangeran Jeta dan ia tidak berniat untuk menjualnya, kecuali tanah tersebut ditutupi dengan kepingan-kepingan uang emas. Anathapindika menyatakan keinginannya membeli taman itu seharga berapapun yang dikatakan oleh Pangeran Jeta, tetapi Pangeran Jeta tetap tidak menyetujuinya. Anathapindika lalu merundingkan kepada para pejabat istana tentang pernyataan Pangeran Jeta yang akan menjual taman itu apabila ditutupi dengan kepingan uang emas dan para pejabat istana menyetujui permintaan tersebut. Anathapindika lalu memerintahkan para pegawainya untuk membawa beberapa kereta berisi kepingan-kepingan uang emas, dan menutupi Hutan Jeta itu dengan kepingan uang emas yang dibawa. Ada sebagian kecil tanah hutan itu uang tidak tertutupi dengan kepingan uang emas dan Pangeran Jeta yang melihat hal itu mengatakan bahwa bagian tanah tersebut adalah persembahan darinya. Anathapindika menyetujui dan membangun pintu gerbang dan sebuah bangunan. Anathapindika lalu membangun Vihara Jetavana ini dengan indah, membangun ruangan-ruangan untuk belajar, ruangan persembahan dana, perapian, gudang, kamar mandi, koridor, sumur, kolam, kamar-kamar dengan penghangat ruangan, paviliun-paviliun. Milyuner ini menghabiskan lima puluh empat kati kepingan emas untuk menyelesaikan bangunan di Vihara Jetavana ini.

Disini terdapat pohon Bodhi yang ditanam langsung oleh Y.A Ananda dan Gandhakutti (tempat tinggal/kamar) Buddha. Kami mengadakan Chanting, meditasi dan pradaksina ditempat ini.  Di seberang Gandhakutti, terdapat sebuah sumur pompa air yang katanya merupakan salah satu tempat dimana Y.A Ananda sering mengambil air untuk Buddha dan menjadi salah satu sumber mata air di tempat itu... Saya Sungguh bahagia berada disana, namun tidak bisa selama itu berada disana. Kami harus segera kembali untuk makan siang dan melanjutkan perjalanan..

Kami kembali ke hotel dan setelah makan siang kami melanjutkan perjalanan menuju Lumbini, letak Lumbini adalah diluar negara India, tepatnya Nepal. Setelah 4 jam perjalanan, kami tiba di Kapilavastu yaitu dimana dulu merupakan ibukota kerajaan Sakya, tempat tinggal Pangeran Siddharta pada masa kecilnya. Sekitar pukul 16.00 kami tiba di Kapilavatthu. Kapilavatthu juga hanya tersisa reruntuhan saja dan sangatlah luas. Saya sangat senang karena mampu menghabiskan matahari tenggelam di Kapilavatthu dan menjadi kenangan tersendiri hingga saat ini. 

Lalu, kami melanjutkan perjalanan menuju Nepal, saat berada di perbatasan negara antara India dan Nepal, sebagai turis asing kami harus melapor di kantor imigrasi terlebih dahulu, sedangkan untuk masyarakat India cukup menunjukkan kartu identitasnya saja. Setelah selesai di kantor imigrasi, kami melanjutkan perjalanan menuju penginapan untuk beristirahat dan kami tiba di hotel pukul 20.30 malam. Sesampainya di hotel kami segera beristirahat dan menyiapkan tenaga untuk esok hari mengunjungi Lumbini! Senangnyaaa...

Sampai jumpa di kisah selanjutnya yang tak kalah menarik dan seru!

Regards,
Erica Yin
tempat penyimpanan harta di Anathapindika Stupa

Anathapindika Stupa

Anathapindika Stupa

Angulimala Cave

Tempat Tinggal Angulimala

 "Ananda Bodhi Society of India. Nava Jetavan Maha Vihar and Srilankaramaya Shravasti"

Pohon Bodhi yang di tanam oleh Y.A Ananda

Gandhakutti Sang Buddha

Pompa air sumur di Jetavana

Jetavana

Jetavana - Tempat Buddha membabarkan Dhamma

Kapilavatthu

Kapilavatthu

Tidak ada komentar: