Senin, 15 Desember 2014

MY LIFE, MY STORY..

21 years ago, a woman gave birth to her first daughter, named Erica Winata Phenjaya. The girl was born with difficulty, but she became a favorite for her big family at that time. She grew in wealth family. She was lucky to be born in a family that loved her so much even though they expect their first child and grandchild is a baby boy. Well, their first daughter and granddaughter is me.

Absolutely, They all loved me very much until finally my grandparents passed away. but I can still feel their love until my current age. I ever lived in wealth but we fall into poverty in the end. I almost dropped out of school when I was secondary. I can’t pay school fees and I need to find a way to earn money to be able back to school because I don’t want to be in the poverty. I hate poverty so much at that time. Poverty grabbed my happiness and my teenage years. I lost time to play with friends at my age. At that time I was 14 years old and I have to think about how do I get money to pay my school fees. I was very depressed at the time, I really felt depressed and wanted to cried. I was secondary at that time. It is sort of a joke to hear how so many people talk about living in poverty.  Many of those people have no real clue what it is like and how stressful it is until you have to do it year after year. I had no idea this would occur in my life. At first, I had strength to fight back, but now I am worn down. It feels like falling in the ocean and treading water for years with no real ladder to a ship to get out and get stable and warm. It is hellish stress and very humiliating.

I remember my childhood being basically happy until I was about 12.  I remember my classmates laughing at me for wearing the same pair of blue skirts every day for a week.  I asked my mother to buy me some new clothes or new uniform and she told me I should be grateful for what I had, that she had grown up during the Depression and she remembered kids who had holes in their shoes, etc.. 
By the time I was 15, we were better off financially, I decided to becoming a tutor and  get money for my very first time. The results of teaching, I pay for my own school.  I fought for my life, and my brother-sister. I became a tutor for elementary school children. So I can pay for school fees and daily needs.

As a teenagers, to the shopping mall, gathering in cafes, eating in expensive restaurants is the most favorite things to do. But  I don’t have time for things like that, and it’s seemed too far away from my life. In the morning, waking up early and breakfast with a simple menu. Went to school on foot to save my money. After school, I have to teach, that the reward only Rp 90,000 per child per month. The activity that became my daily routine. Really different from a normal teenagers life. I can’t expect my parents to feed me. I struggled, for my own future. I am having a difficult time in life, but  I can grow and develop, build strength and strong character. And then, I had a lot of students and became quite famous because of my technique of teaching. I have almost 25 students, I teach from afternoon until the evening. I get a lot of money at that time. And shortly afterwards, the tutoring fees become 150,000.

I forgot to tell you that I know Buddhism when I was 14 and interested to learn more bout’ Buddhism. I was confronted with the choice to be a Christian or a Buddhist. My whole family is Christian. I'd love to tell you more about how I could finally being a Buddhist, but not this time. Next time I'll tell the whole story! I became a Buddhist when I was 17, but since I was 15 years old I've loved Buddhism. And of course my parents disagreed with my choice, but I am still on my choice to choose my own religion.


Rabu, 10 Desember 2014

His Journey Keeps Inspiring!


Niko Eka Putra - My Journey Keeps Inspiring!

Sosok Niko Eka Putra yang lebih akrab di panggil Okin mulai aktif bergerak dibidang sosial sejak 3 tahun silam. Pria muda berusia 20 tahun ini saat ini berdomisili di Bandung untuk melanjutkan pendidikan S1 dibidang Teknik Fisika di Institut Teknologi Bandung.

Ya! Ia adalah pria muda biasa, benar-benar pria biasa yang memiliki hal luar biasa dan berbeda dari pria-pria biasa seusianya. Mengenai akademis, saya tentu tidak meragukan pria yang satu ini! Untuk menjadi pemuda yang produktif, ternyata tidak cukup hanya menjadi kutu buku yang hanya belajar terus di kelas. Selain itu, juga perlu membentuk kepribadian dengan belajar bersosialisasi dengan orang lain.

Ada yang membuat saya terkagum-kagum saat bertemu dengan Niko sekitar 4 tahun silam. Saya bertemu dengan Niko saat melakukan pengabdian sebagai seorang pengurus di salah satu vihara di Medan. Kami bertemu dan kami banyak berbincang-bincang seputar ajaran agama dan vihara. Luar biasanya, tak butuh banyak waktu untuk kami agar bisa menjalin kedekatan. Sekejap saja, kami dekat dan menjadi sahabat baik yang saling membantu, saling mendukung dan saling berbagi.

Hingga akhirnya jalinan persahabatan itu keluar dari lingkungan vihara dan berlanjut di lingkungan sosial. Saya senang mengajak teman-teman untuk turut serta dalam kegiatan-kegiatan baik yang saya selenggarakan. Saya mengajak Niko untuk bergabung bersama saya dalam misi-misi sosial yang saya selenggarakan.

Hari ini saya diminta untuk menuliskan sesuatu tentang dirinya. Niko meminta saya untuk menuliskan sebuah cerita tentangnya. Saya agak sedikit ragu tentang kemampuan saya mendeskripsikan seorang Niko Eka Putra yang saya kenal belum lama ini, belum lagi jarak yang memisahkan kami 3 tahun belakangan ini serta keterbatasan kami untuk bertemu dan bercerita.

Saya tidak tahu apa yang membuat saya betah berlama-lama mengobrol dengan 'anak kecil' yang satu ini, bahkan kami selalu kekurangan waktu bercerita ketika sudah bertemu. Kami menjadi sepasang saudara yang tidak diragukan lagi kesamaan dan kekompakannya.

Dimata saya, Niko adalah seorang pria muda yang energik, cerdas, ceria dan menginspirasi. Di usianya yang muda, ia tak menghabiskan waktu yang ia miliki seperti pria-pria seusianya. Bagi saya, Niko adalah Orang yang bersedia mengabdi secara ikhlas dan tanpa pamrih, tidak digaji atau diberikan imbalan, rendah hati, dan rela berkorban serta meringankan beban penderitaan makhluk lain, inilah yang saya sebut sebagai relawan. Ya! Niko adalah relawan! Ada banyak nilai positif yang bisa dia dapatkan dengan menjadi seorang relawan dan melayani sesama, karena bahagia bukan hanya tentang uang.

Dia bukanlah seorang dokter yang mampu menyembuhkan penderitaan jasmani dan fisik makhluk lain, tapi saya yakin dia telah meringankan bahkan menyembuhkan luka serta penderitaan batin yang dialami banyak makhluk disekitarnya. Niko juga telah membantu menjembatani berbagai perbedaan menuju “rasa percaya” dan “penghormatan” antar manusia yang mungkin belum pernah bertemu sebelumnya.

Membantu sesama manusia sungguh menyenangkan! Niko meluangkan waktu, tenaga, pikiran, bahkan uangnya untuk mendukung kegiatan-kegiatan sosial. Ia adalah pahlawan di masa kini, karena rela mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan orang banyak.

Menjadi seorang relawan sosial, mengabdi dan melayani sesama adalah perbuatan mulia, itulah yang Niko jalani setiap hari dan setiap saat. Ia memberikan penghiburan bagi anak-anak yang terlantar, memberikan pengetahuan dengan mengedukasi anak-anak yang membutuhkan, menggoreskan senyum dan membawa kebahagiaan bagi mereka yang kesulitan. Itulah yang ia lakukan, sebuah tindakan kecil yang nyata dan tindakan itu dapat membawa dampak perubahan yang baik untuk sekelilingnya. Luar biasa!

Wajah Niko membuktikan betapa bahagianya dengan apa yang ia jalani saat ini selain menjadi manusia pada umumnya yang harus melanjutkan pendidikan dan bekerja. Sinar kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya serta senyum lebar yang menjadi trademark seorang Niko Eka Putra menjelaskan dengan sangat jelas bahwa ia adalah pemuda yang bahagia!  Wajah itu diakibatkan dari rasa bahagia dan ketulusan yang dihasilkan dari perasaan positif saat membantu oranglain.

Dengan menjadi relawan, saya yakin Niko belajar, bahwa terkadang bahagia itu bukan hanya soal uang, tapi bagaimana rasanya bahagia membantu orang lain, melindungi binatang dari kepunahan, menolong orang lain yang kesusahan. Niko telah berkomitmen dalam diri sendiri untuk mengabdi dan berkontribusi dengan merelakan waktu, tenaga, pikiran, dan jasanya tanpa dibayar apa-apa. Semua itu bukan karena ia tidak berharga, tapi karena ia terlalu berharga untuk dibayar dengan sejumlah uang.

Selamat berkontribusi, Niko! Tetaplah menjaga ketulusan dan menjunjung tinggi nilai-nilai pengabdian! Janganlah lelah membantu dan melayani sesama! Berjanjilah pada semesta bahwa dirimu akan selalu mengabdi dan memberi tanpa pamrih.. Teruslah melayani dengan usaha terbaik yang bisa kamu lakukan juga memberikan hal terbaik yang bisa kamu berikan sebagai seorang relawan. Karena dengan melayani dan memberi dengan tanpa pamrih dan tuluslah hidup akan menjadi lebih menarik dan indah.

Berjanjilah pada setiap matahari yang akan terbit, berjanji pada diri sendiri bahwa kamu tidak akan membiarkan kebajikan yang ada di depan matamu dikalahkan begitu saja. Pada setiap mentari yang terbit berjanjilah untuk bangkit dan menebar cinta kasih di sepanjang jalan raya kehidupanmu..

Ingat, karena kamu terlalu berharga untuk dibayar dengan uang.









Selasa, 18 November 2014

Berlindung Pada Perlindungan Luar Biasa

Berlindung Pada Perlindungan Luar Biasa
Oleh : Erica Winata Phenjaya

            Ketika kita sedang mengendarai sepeda motor atau berjalan kaki, lalu tiba-tiba hujan deras disertai angin yang kencang datang, apa yang akan kita lakukan? Ya! Kita akan mencari tempat untuk berlindung agar terbebas dari ketakutan pohon tumbang akibat angin yang kencang ataupun terbebas dari hujan yang turun dengan deras. Lalu, tempat berlindung seperti apakah yang kita cari? Apakah kita akan berlindung dibawah gubuk yang sudah reot? Ataukah kita akan mencari bangunan yang kokoh yang masuk ke dalam bangunan itu untuk berlindung? Tentu, kita akan memilih untuk berlindung di dalam bangunan yang kokoh yang bisa melindungi kita dari hujan dan angina kencang diluar sana.
            Dalam ajaran Buddha, berlindung sering dikaitkan dengan Tisarana, ‘Ti’ artinya Tiga dan ‘Sarana’ artinya perlindungan. Perlindungan disini diartikan sebagai tempat seseorang melindungi dirinya dari bahaya, sama halnya ketika terjadi tsunami di Aceh, semua orang melihat tsunami yang dahsyat tersebut dan berlari mencari perlindungan yang bisa melindungi mereka dari terjangan tsunami. Sama halnya dengan Berlindung dalam persepsi ajaran Buddha. Tiga Perlindungan yang dimaksudkan disini adalah berlindung kepada Tiga Permata yaitu Buddha, Dhamma dan Sangha. Tiga permata ini dilihat sebagai sebuah tawaran yang menawarkan keamanan dan kebahagiaan bagi siapa saja yang datang mengambil perlindungan kepada tiga permata ini. Tiga perlindungan ini sudah sering kita baca dan kita ulang ketika kebaktian, tapi kerkadang kita tidak paham akan pengertian berlindung yang sesungguhnya. Akibat ketidak-pahaman kita inilah yang membuat kita memiliki keyakinan yang lemah kepada Buddha, Dhamma dan Sangha.
            Kita sebagai umat manusia, umat awam, kita takut mengalami penderitaan, baik itu penderitaan duniawi maupun penderitaan akan lahir dialam-alam rendah. Sebagai manusia biasa, sangatlah wajar bila kita takut mengalami sakit, tua, kita takut berpisah dengan kekasih kita, suami atau istri kita, anak  maupun orangtua kita. Kita juga takut dan khawatir akan berkumpul atau bertemu dengan musuh kita, orang yang kita tidak sukai. Kita semua memiliki ketakutan dan kekhawatiran yang besar dalam hidup ini dan kita yakin Tiratana (Buddha, Dhamma dan Sangha) bisa menyelamatkan kita dari ketakutan dan kekhawatiran itu. Karena adanya ketakutan dan kekhawatiran inilah yang akan membuat kita semakin berkeinginan untuk terbebas dari samsara.
            Ketika kita tahu akan ada musuh yang datang menyerang kita, kita tidak mungkin bisa diam santai dalam satu momen pun. Kita tentunya melakukan persiapan entah mencari seorang pemimpin yang memiliki kekuatan dan kekuasan yang lebih besar dan menjadikannya teman, atau membangun benteng pertahanan, atau sebelum musuh kita datang kita segera kabur ketempat yang jauh, dan sebagainya. Musuh yang disebut dengan ‘penderitaan alam rendah, ketakutan, kekhawatiran, kematian”, tersebut dalam waktu seratus tahun mendatang pasti datang, tidak kita ketahui Ketika musuh-musuh ini datang, kepada siapakah kita pergi berlindung?
            Sebagai seorang umat Buddha, tentulah lebih baik apabila kita tidak mencari perlindungan lain seperti mencari perlindungan pada keris, relik, patung-patung, pohon-pohon besar atau pergi ke tempat pemujaan lainnya. Dalam Dhammapada 188 dan 189 disebutkan bahwa, Gunung-gunung, pohon-pohon, hutan-hutan, dan tempat pemujaan lainnya, perlindungan semacam itu tidaklah aman, perlindungan seperti itu bukan yang tertinggi, dan perlindungan seperti itu seseorang tidak akan berbebas dari penderitaan. Lantas, siapa yang cukup berharga untuk bisa menjadi objek perlindungan? Seventy Verses on Taking Refuge / Tujuh Puluh Bait Mengambil Perlindungan menyatakan : “Buddha, Dhamma dan Sangha adalah perlindungan bagi semua yang mendambakan kebebasan”. Satu-satunya objek perlindungan yang sebenarnya adalah Tiratana, yaitu Buddha, Dhamma dan Sanggha. Tetapi jika kita tidak dapat memahami atau mempelajari kualitas ketiganya secara tepat, kita tidak akan mampu berlindung pada meeka dengan benar. Tiratana dikatakan sebagai objek perlindungan sejati yang bebas dari cacat dan memiliki kualitas bajik.
            Mengambil perlindungan kepada Buddha adalah hal yang luar biasa. Mengapa kita berlindung kepada para dewa saja? Banyak umat awam yang mencari kesejahteraan dengan mempercayakan diri pada dewa, dan sebagainya. Padahal dewa itu sendiri masih tidak cukup berharga untuk dijadikan tempat perlindungan karena para dewa pun masih terikat samsara dan penderitaan. Dewa masih memiliki ketakutan akan kematian, bahkan para dewa tidak tahu kapan mereka akan mati. Kebijaksanaan para dewa tidaklah sebesar kualitas kebijaksanaan seorang Buddha, jadi sesekali dewa-dewi dan makhluk-makhluk halus dapat membantu, tetapi diwaktu lain mereka juga dapat menyakiti kita.  Jika objek perlindungan tempat kita mencari pembebasan juga belum bebas dari semua penyebab ketakutan, maka dia tidak akan mempunyai kemampuan untuk membebaskan makhluk lain. Sama hal nya jika ada dua orang yang tidak bisa berenang dan tenggelam di dalam sungai, maka dua orang itu tidak mungkin bisa saling menyelamatkan satu sama lain.
Buddha dikatakan layak menjadi tempat perlindungan karena Buddha telah bebas dari ketakutan. Buddha tidak lagi takut dan khawatir dari penderitaan lahir, tua, sakit, mati, berkumpul dengan yang dibenci ataupun berpisah dengan orang yang dicintai. Buddha telah merdeka dari jajahan ketakutan dan Buddha punya cara untuk menyelamatkan kita dari ketakutan dan kekhawatiran, Buddha terampil dalam metode-metode menyelamatkan makhluk lain. Beliau berhasil membebaskan orang-orang seperti si kejam dan bengis yang dipenuhi kebencian, Angulimala atau si dungu Culapanthaka. Oleh sebab itulah, Buddha dikatakan layak menjadi pelindung kita.
Tidak hanya itu, kualitas-kualitas seorang Buddha menjadikannya layak untuk menjadi tempat bernaung kita. Buddha telah melenyapkan kesalahan dan menyempurnakan kebajikannya. Buddha juga memiliki cinta kasih dan kebijaksanaan yang luar biasa dan tanpa batas. Semua tindakan Buddha dilakukan untuk semua makhluk, bahkan makhluk yang tidak pernah menguntungkan beliau. Buddha tidak hanya memandang semua makhluk adalah sama dan dengan welas asih yang agung, tetapi Buddha juga bertindak untuk kepentingan semua makhluk. Jika kita mencari perlindungan kepada seseorang yang kurang dalam hal welas asih yang agung, dia mungkin tidak menolong kita. Tetapi, karena welas asihnya yang agung, Buddha pasti memberikan perlindungan bahkan kepada orang yang tidak memintanya. Welas asih seorang Buddha tak terbatas dan tidak naik turun. Artinya, welas asih Buddha tidak hanya timbul ketika melihat makhluk-makhluk yang menderita lalu kemudian lenyap ketika mereka tidak lagi terlihat. Welas asih Buddha merasakan pada setiap waktu bahwa setiap makhluk terbelenggu dalam penderitaan. Karenanya hal ini membangkitkan cinta kasih dan simpati yang snagat besar bagi mereka pada setiap waktu dan tanpa interupsi.  Itulah sebabnya Buddha layak dijadikan tempat berlindung kita.
            Dhamma adalah hal yang menghasilkan atribut-atribut seorang Buddha. Buddha tidak menciptakan Dhamma, tetapi Buddha menemukan Dhamma dan mengajarkannya pada kita agar kita terbebas dari ketakutan dan kekhawatiran. Tanpa Dhamma, tidak akan ada seorang Buddha, karena Dhamma-lah yang menghasilkan seorang Buddha. Dhamma tidak hanya menghasilkan Buddha saja, tetapi juga membangkitkan kualitas-kualitas di dalam batin kita, itulah sebabnya mengapa di dalam Manggala Sutta dikatakan bahwa mendengarkan Dhamma pada waktu yang sesuai dan membahas Dhamma pada waktu yang sesuai adalah berkah utama, karena tujuan Dhamma adalah untuk membawa pikiran seseorang agar dapat dikendalikan. Dhamma adalah ajaran yang ditemukan dan diajarkan Buddha untuk melenyapkan penderitaan yang dihadapi oleh semua makhluk yang menderita. Dhamma berisi cara dan metode yang dapat membantu kita keluar dari penderitaan, kekhawatiran dan ketakutan. Tanpa mempelajari Dhamma dengan benar, maka kita itu artinya kita tidak benar-benar mengetahui ajaran Buddha dan kita sama seperti kerbau yang dicucuk hidungnya dan mengikuti kemana tali itu menarik sang kerbau. Dhamma mengundang kita untuk bertanya, menginvestigasi dan bertanya, banyak bertanya bukan berarti meragukan Dhamma, justru dengan bertanya kita akan melenyapkan keraguan yang ada. Inilah yang menjadikan Dhamma sebagai perlindungan yang layak bagi umat Buddha.
            Dalam ajaran Buddha, Sangha diartikan sebagai siswa Buddha yang sedang berupaya atau berjuang untuk melenyapkan kekotoran batin dan meniru kualitas-kualitas seorang Buddha, inilah yang menjadi sebab mengapa kita dianjurkan untuk berlindung pada Sangha. Bukan berarti kita berlindung kepada sosok Bhikkhu tersebut, tetapi Sangha disini diartikan sebagai teman, best friend, atau sahabat baik kita yang membantu kita menemukan perlindungan dan merealisasikan perlindungan. Renungkanlah, walau keunggulan dari kualitas tubuh, ucapan, batin dan aktivitas seorang Sangha belum mencapai kualitas-kualitas Buddha yang sesungguhnya, mereka melatih diri untuk mencapai kualitas tersebut. Dengan berlindung pada Sangha kita akan merasa bahwa kita juga harus memiliki kualitas seperti ‘mereka’. Inilah mengapa umat Buddha dianjurkan untuk berlindung pada Sangha.
            Berlindung pada perlindungan luar biasa seperti Buddha, Dhamma dan Sangha adalah perlindungan terbaik. Kita seringkali focus pada perlindungan yang ada diluar diri kita dan melupakan focus pada Buddha, Dhamma dan Sangha sebagai sesuatu yang mampu kita capai dan kita lupa bertekad untuk mencapainya. Berlindung yang tepat adalah ketika kita mengambil perlindungan setelah mempelajari kualitas-kualitas Buddha, Dhamma dan Sangha. Tidak hanya mempelajari kualitasnya, kita juga harus mengambil perlindungan dengan menyatakan keyakinan kita untuk berlindung pada Tiratana dan meninggalkan keyakinan berlindung pada yang lain seperti pohon-pohon besar, dewa, hutan, dan sebagainya, Ketika kita dapat merealisasikan ini semua, maka kita disebut berlindung dengan benar dan tepat.
            Berlindung ibarat kita melihat bahaya / bencana besar dan kita bergegas mencari perlindungan / pertolongan. Tentu kita harus mencari pertolongan yang benar / perlindungan yang benar agar bisa sealamat. Dengan berlindung, kita akan mampu mengumpulkan kebajikan yang sangat luas dengan mudah karena Buddha merupakan ladang kebajikan yang luar biasa, apapun yang kita lakukan terhadap makhluk seperti itu pasti akan menjadi sebab bagi diri kita untuk mencapai pencerahan sempurna.  Kita akan memiliki kualitas-kualitas batin seperti Buddha, Dhamma dan Sangha jika kita berusaha untuk mencapainya. Tidak hanya itu, dengan berlindung dengan penuh hormat, rasa bakti, keyakinan, penuh pengertian benar dan pandangan benar, kita akan terlahir kembali menjadi Buddhis untuk menyempurnakan kebajikan-kebajikan kita. Dengan berlindung kepada Tiratana dengan tepat dan benar, akan membawa kita lahir di alam bahagia dan terbebas dari ketakutan serta kekhawatiran. Selain itu, kita akan mendapatkan kebebasan dan keberuntungan dalam semua kehidupan kita selanjutnya. Dan dalam kelahiran-kelahiran itu kita akan bertemu dengan objek perlindungan dan terus mempraktekan berlindung.
            Agar benar-benar sembuh secara total, seseorang yang dilanda penyakit serius membutuhkan bantuan dari tiga sumber, yaitu dokter, obat dan perawat. Demikian juga halnya, ketiga objek perlindungan dibutuhkan untuk mencapai pembebasan dari penderitaan samsara dan alam rendah, serta dari dua penyakit paling mengerikan yaitu  keberadaan ketakutan dan kekhawatiran dalam diri kita. Kita membutuhkan Buddha, Sang Penyembuh yang menunjukkan jalan menuju pembebasan. Kita membutuhkan Dhamma yang menjadi obat yang membebaskan. Kita juga membutuhkan Sangha, yang merupakan perawat yang membimbing kita dalam praktek Dhamma. Oleh karenanya, inilah ketiga objek yang harus menjadi tempat kita berlindung.
Semoga sharing Dhamma ini membawa manfaat bagi diri kita dan semua makhluk.
Terima kasih.

Sahabat Baik, Kamma Baik.

Sahabat Baik, Kamma Baik.
Oleh : Erica Winata Phenjaya

Namo Sanghyang Adibuddhaya,
Namo Buddhaya.
Senang sekali melihat kita semua dapat hadir disini untuk melakukan salah satu perbuatan baik yaitu membahas Dhamma pada waktu yang sesuai. Ya! Tentu kita semua adalah orang-orang terpilih pada minggu pagi yang berbahagia ini. Bagaimana tidak, ketika kita dihadapkan dengan begitu banyak pilihan saat kita bangun tidur tadi pagi, seperti kembali tidur lebih lama, jalan-jalan bersama para sahabat, ataupun melakukan kegiatan favorit kita, tetapi kita semua malah memilih untuk dating ke vihara dan membahas Dhamma. Bukankah ini sangat luar biasa?
Perkenalkan, nama saya Erica Winata Phenjaya. Pada minggu yang cerah dan bersama orang-orang luar biasa ini, saya akan membawakan topik yang berjudul, “Sahabat Baik, Kamma Baik”.  Apakah kita semua memiliki teman? Saya yakin kita semua memiliki teman, tetapi apakah teman yang sekarang berhubungan dengan kita adalah sahabat yang baik? Di dunia ada banyak sekali manusia, ada beberapa orang yang dekat dengan kita. Kita bergaul, menyukai mereka dan berbagi kebahagiaan dengan mereka. Namun, dalam menjalin persahabatan atau pergaulan di masyarakat kita juga membutuhkan ketelitian dan kewaspadaan dalam bergaul.  Kita hendaknya harus selalu bergaul dengan orang yang bijaksana dan menghindari orang yang tidak bijaksana, mengapa kita perlu melakukannya? Karena ada musuh diluar sana yang berpura- pura menjadi teman akan tetapi sebenarnya malah membahayakan kita ketika kesempatan itu muncul. Untuk itulah hari ini saya akan memberitahu kepada kita semua 3 hal. Yang pertama, Apa yang dapat di kategorikan sebagai sahabat baik dan sahabat tidak baik?. Yang kedua, Siapakah yang memulai terlebih dahulu untuk menjadi sahabat baik? Dan yang ketiga, Bagaimana caranya menjadi sahabat baik?
Seperti salah satu kutipan menarik dari Sutra Abhiniskramana yaitu jika kita menyentuh rumput yang merupakan bekas tergeletaknya ikan, maka tangan kita akan ikut berbau ikan, demikian pula jika kita berteman dengan teman yang tidak baik, maka kita akan ikut menjadi tidak baik. Tetapi apabila kita mencelupkan tangan kita kedalam kemenyan kayu garu maka sekejap tangan kita menjadi wangi, demikian pula jika kita berteman dengan sahabat yang baik, maka kita akan ikut menjadi baik. Sahabat adalah orang yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Para sahabat adalah orang yang membantu kita untuk maju dan harus kita bantu sebagai balasannya, oleh karena itu persahabatan adalah pilihan yang kita tentukan secara sadar. Kalau kita bersahabat dengan orang yang baik dan bijak, secara tidak sadar kita dapat mengikuti kebaikan dan kebijaksanaannya, itu berarti dia telah membantu kita menjadi lebih baik. Namun sebaliknya, jika kita bersahabat dengan orang yang tidak baik dan tidak bijaksana, kita juga bisa terpengaruh akan sikapnya yang buruk dan tidak bijaksana.
Dalam Ittivutakkha 68-69 di katakan bahwa, Orang buruk akan membimbing ke alam rendah dan orang baik akan membimbing ke alam bahagia. Sahabat yang baik dan bijaksana akan membawa kita pada hal-hal yang baik dan berguna yang akan menjadi sebab kebahagiaan baik di kehidupan saat ini atau kehidupan mendatang. Bergaul dengan orang yang tidak bijaksana akan membuat kita tersesat atau terjerumus pada hal-hal yang buruk dan tidak berguna yang akan menjadi sebab penderitaan baik di kehidupan saat ini atau kehidupan mendatang. Lantas bagaimana kita membedakan sahabat yang baik dan sahabat yang tidak baik?
Berdasarkan rujukan yang di dapat dari Sigalovada Sutta, sahabat yang baik adalah mereka yang melihat kita berbuat salah dan  akan langsung mengingatkan kita, baik kepada kita, senang membantu orang lain, tidak meninggalkan kita ketika sedang dibutuhkan, tidak membicarakan keburukan kita dibelakang, bersimpati, menjaga rahasia yang kita ceritakan kepadanya, memberitahu hal baik yang belum kita ketahui, dan menganjurkan kita untuk selalui berbuat baik.  Sahabat yang selalu mengingatkan kita ketika kita berbuat salah adalah sahabat yang akan menjauhkan kita dari penderitaan. Sahabat seperti ini pasti juga memiliki belas kasih dan pengertian. Mereka tidak akan menyesatkan kita dan akan mencoba menghentikan kita ketika melihat kita sedang dalam jalur yang salah.
Berbeda dengan sahabat yang tidak baik, Mereka adalah orang yang serakah, memberi sangat sedikit tetapi meminta banyak, memuji kita di depan tetapi menjelekan kita di belakang, menganjurkan kita untuk berbuat jahat, meninggalkan kita disaat kita mengalami kesulitan dan sahabat yang tidak baik hanya berteman demi keuntungannya sendiri saja bukan untuk kebaikan kita. Oleh karena itu, dia akan berharap menerima lebih banyak dari kita tetapi memberi lebih sedikit kepada kita. Dia juga adalah orang yang banyak bicara kosong dan hanya bertujuan memperoleh keuntungan atau bantuan kita, selalu membicarakan keinginannya untuk menolong, akan tetapi ketika kita meminta pertolongan, dia akan memberikan alasan tidak dapat membantu. Demikianlah ia yang disebut sahabat yang tidak baik.
Sebelum kita menuntut orang lain untuk menjadi sahabat yang baik, ada baiknya kita melihat kedalam diri kita, apakah kita sudah menjadi sahabat baik bagi sahabat-sahabat kita? Karena tentulah tidak akan ada akibat yang muncul tanpa sebab, demikian pula dengan persahabatan. Tidak akan ada sahabat baik apabila kita tidak berusaha menjadi sahabat yang baik pula. Hanya ketika diri kita sudah mampu menjadi sahabat yang baik bagi orang lain, maka kita akan lebih mudah untuk mendapatkan sahabat yang baik. Mulailah dari diri sendiri. Dengan menjadi sahabat baik bagi orang lain, kita telah membantu diri kita sendiri untuk mendapatkan sahabat yang baik.  Dengan menjadi sahabat baik, artinya kita telah menciptakan kamma baik bagi diri kita sendiri dan akan kita petik sendiri buah dari kamma baik yang kita tanam tersebut.
Bagaimana kita dapat mengetahui apakah seseorang dapat menjadi sahabat yang baik? Tidak ada jawaban yang sederhana untuk hal ini, akan tetapi ikuti nasehat Buddha yang tercantum dalam Udana seperti berikut ini, “Bergaullah dengan orang yang perilakunya diketahui. Bergaullah dengan orang bijaksana, tidak dengan si bodoh. Hanya dengan bergaul dengan orang yang kita kenali integritasnnya. Dengan pengendalian diri dan ketenangannya saat menghadapi masalah. Bila berbicara dengannya anda akan mengetahui kebijaksanaannya.” Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasih sayangnya ia akan memberanikan diri menegur apa adanya. Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa adanya dengan tujuan sahabatnya mau berubah lebih baik. Dengan menjalankan Pancasila Buddhis dengan baik, niscaya kita akan dapat menjadi sahabat yang baik bagi orang lain.
Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, keterbukaan dan kepercayaan. Belajar dari kisah persahabatan Sejati antara Y.M Sariputtra dan Y.M Monggalana yang sejak kehidupan lampau merupakan sepasang sahabat yang sama-sama berjanji untuk menjadi murid utama seorang Buddha.              Dua murid ini saling berjanji jika bertemu dengan guru dan ajaran yang luar biasa mereka akan saling memberi tahu. Akhirnya mereka berdua menjadi murid Utama Buddha. Memilih sahabat baik bukan berdasarkan suku, agama, ras dan bahasanya, tetapi berdasarkan ajaran Buddha yaitu moralitas, ketulusan dan kebijaksanaannya.


Terima Kasih! 

Jumat, 18 Juli 2014

DUA HAL YANG TIDAK BISA KITA TUNDA

18.July 2014

ADA 2 HAL YANG TIDAK BISA KITA TUNDA DI KEHIDUPAN INI :
1. BERBAKTI PADA ORANGTUA
2. MELAKUKAN KEBAIKAN KEPADA SESAMA DAN SEMUA MAKHLUK

Orangtua ibarat sepasang Buddha / Dewa yang berada di dekat kita. Terkadang kita terlalu sering menghormati yang di luar sana, namun kita lupa untuk menghormati mereka yang berada sangat dekat dengan kita. Orangtua diibaratkan sepasang Buddha hidup yang harus kita perlakukan setara dengan Buddha yang kita puja di Vihara.

Di hidup ini kita membutuhkan makanan, pendidikan, uang, pakaian, teman, pekerjaan dan kita memerlukan CINTA. Dimanakah cinta pertama kita? Cinta pertama yang kita temukan saat kita membuka mata di dunia ini adalah cinta dari kedua orangtua kita. Mereka mencintai kita walaupun mereka belum tahu apakah anak mereka laki-laki atau perempuan, mereka mencintai kita walaupun mereka belum tahu apakah anak mereka itu cantik, ganteng atau tidak, mereka mengorbankan tenaga dan pikirannya untuk kenyamanan hidup anak-anaknya, mencukupi segala kebutuhannya dan memberikan segala hal terbaik yang mereka punya. Apakah kita sanggup hidup tanpa cinta mereka?

Ketika kita mulai dewasa, kita semakin jauh dari orangtua, kita semakin membentangkan jarak diantara kita dan orangtua, orangtua terkadang tak lagi menjadi prioritas utama kita, namun ingatlah kita selalu menjadi prioritas utama mereka. Betapa besarnya cinta mereka kepada kita. Kita bersyukur memiliki mereka. Mereka yang tak pernah kehabisan stok cinta, pengorbanan dan kasih sayang untuk kita.

Sudahkah kita membalas jasa mereka? Bagaimana cara membalas jasa mereka? Apakah dengan mencari uang sebanyak-banyaknya? ataukah menjadi anak pintar? Bahkan, jika kita memikul mereka diatas pundak kita dan kita berjalan mengelilingi dunia ini, kita masih belum bisa membalas jasa mereka. Orangtua tak perlu uang mu, mereka butuh perhatianmu. Orangtua tak perlu hartamu, mereka butuh bakti mu.

Datanglah pada mereka hari ini, sekarang ini dan saat ini.. Peluklah mereka dengan segenap cinta yang kamu punya, mungkin cintamu tidak sebesar cinta yang mereka punya, tetapi lakukanlah dengan ketulusan yang engkau punya. Katakanlah dengan penuh kesadaran dan renungkan jasa kebajikan yang telah mereka lakukan untukmu, katakan "Aku mencintaimu, Ma.. Pa., Aku minta maaf atas segala kesalahan yang ku perbuat kepada mama dan papa, Ma.. Pa.. Maafkan segala kesalahanku, ketidak-patuhanku, ketidak-berbaktianku, Mohon maafkan aku.. Terima Kasih Mama, Papa atas cinta, kasih sayang dan pengorbanan yang begitu luar biasa yang engkau berikan padaku.." Bersujudlah.. Peluklah.. Tataplah mereka yang sudah mulai tua dan renta.. Jangan biarkan mereka semakin jauh dari hidup dan pikiran kita..

Mungkin mereka bukan orangtua terbaik, namun mereka telah melakukan hal terbaik yang mereka bisa.. Ingatkan dan Pahami mereka, bukan membentaknya, lindungi mereka di hari tua mereka, cintai mereka seperti mereka mencintaimu dengan seluruh jiwa dan raga mereka. Kita tidak bisa memilih dimana kita akan dilahirkan, memilih lahir dari rahim ibu siapa, ataupun memilih terlahir di keluarga yang seperti apa, namun percayalah.. mereka mencintaimu melebihi mencintai diri mereka sendiri.. Mereka orangtua hebat..

Laksanakan baktimu pada orangtua sesegera mungkin, saat mereka masih bisa menerima baktimu saat ini.. Jangan menundanya hingga mereka sudah tak bisa menerima baktimu.. Surga di telapak kaki ibumu, bahkan di telapak kaki seorang pelacur pun terdapat surga apabila ia dengan kesungguhan hati mencintai, merawat dan berkorban untuk anaknya.. Apapun pekerjaan orangtuamu, apapun yang mereka lakukan, apapun yang mereka kerjakan diluar sana, ingatlah bahwa mereka adalah orang pertama yang memberikan cinta dan hidupnya untuk kita..

Salam Bakti,
EriCa YiNz

Senin, 14 Juli 2014

TREKKING SIBAYAK MOUNTAIN!

12 July 2014 – 13 July 2014

Yeay! Hari ini saya dan ke-empat teman-teman saya akan mendaki Gunung Sibayak! Horay!
Ke-empat teman saya adalah Rudy, Rudy adalah salah satu teman yang usianya sudah 40-tahunan namun jiwa dan semangatnya masih 25-tahunan! Hahaha. Kedua adalah Vito! Vito sudah saya anggap seperti adik saya sendiri, usia kami terpaut 2 tahun dan saya lebih tua 2 tahun dari Vito. Vito adalah anak laki-laki yang sangat menyukai kegiatan alam dan petualangan. Lalu ada Gunawan dan Hendra, mereka adalah teman-teman saya dan Rudy.

Kami akan melakukan pendakian gunung Sibayak pukul 02.00 dini hari pada 12 Juli 2014 dan akan turun gunung keesokan harinya setelah sarapan bersama. Dalam rombongan yang berangkat mendaki, saya adalah satu-satunya wanita yang ikut mendaki bersama mereka, tentu ini bukan pendakian saya yang pertama, kali ini adalah pendakian ketiga saya di gunung sibayak. Saya menyiapkan semua keperluan mendaki seperti ransel, sandal gunung, jaket, kaos kaki, jas hujan, air minum, makanan ringan dan tak lupa kamera untuk mengabadikan momen-momen indah ini.

Saya tidak keberatan untuk mendaki, karena saya merasa ini adalah kegiatan yang menyenangkan dan mengasyikan. Sedangkan bagi Gunawan ini adalah pendakian perdananya, Ia masih belum terbiasa dengan track yang disediakan oleh gunung Sibayak ini. Diantara kami berlima, Vito adalah salah satu yang sudah belasan kali mendaki sibayak dan membawa rombongan yang ingin mendaki. Walau ini adalah pendakian saya yang ketiga, namun saya tetap merasa sedikit gugup dan tegang untuk menghadapi medan perang yang ada di kawasan gunung Sibayak.
Saya di jemput pukul 22.30 malam dan kami langsung menuju ke Brastagi Medan untuk melakukan pendakian. Sekitar pukul 00.30 dini hari, kami mengisi energy kami dengan makan semangkuk mie instan sambil tertawa dan ngobrol  bersama. Sekitar pukul 01.00 dini hari, kami langsung bergegas menuju Lau Si eEbuk-Debuk yang memiliki pemandian air panas belerang alami yang sudah tersohor kemana-mana. Kami berangkat menuju meeting point  sekitar 02.00 dini hari dan kami berfoto-foto sejenak di bawah papan petunjuk yang ada disana sebelum melakukan pendakian, tak lupa kami saling mengingatkan untuk berhati-hati dan bersikap sopan selama pendakian serta melakukan doa bersama.

Oke! Pendakian di mulai! Kami berlima berjalan menuju hutan dan sesekali tertawa selama pendakian. Angin di sana terlihat sedikit berbeda, sepertinya dingin sekali dan sesekali angin berhembus dengan kencangnya ditubuh kami. Suasana di hutan cukup gelap, namun senter yang kami bawa menerangi seluruh jalan yang kami lalui dan dapat kami lihat dengan jelas bahwa terjadi badai angin beberapa hari lalu yang menyebabkan banyaknya pepohonan yang tumbang di dalam hutan dan membuat kami sesekali harus merunduk, merangkak, melompat ataupun melangkahi pohon-pohon tumbang tersebut.  Hingga tiba di satu persimpangan yang ditutupi banyak pohon tumbang, kami harus berhenti dan menerka-nerka mana jalan yang benar untuk kami lalui, kami pun belok ke kanan, namun guide kami malam itu, yaitu Vito mengatakan bahwa itu adalah jalan yang salah. Maka Vito pun mencari jalan dengan memeriksa beberapa jalan yang ada di dalam hutan tersebut, karena memang banyak pohon tumbang yang menutupi jalan sehingga agak kesulitan untuk mencari jalan tersebut. 15 menit kemudian Vito kembali dan mengarahkan kami menuju jalan yang benar untuk bisa tiba di puncak gunung Sibayak.

Selama di hutan, beberapa kali kami tertawa dan saling mengejek supaya perjalanan bisa lebih mengasyikan dan tidak penuh ketakutan. Salah satu teman yang menjadi bahan tertawaan kami adalah Gunawan, berhubung ini adalah pendakian pertamanya, maka wajahnya diliputi sedikit ketegangan dan ia selalu berjalan paling akhir. Kami beberapa kali berhenti untuk menungguinya, ia tidak terbiasa dengan kegiatan alam seperti ini sehingga membuatnya melangkah agak lama, tidak secepat langkah kami. 30 menit kemudian kami tiba di Pos 1 dan berhenti untuk duduk sejenak di sana, saya mulai mengeluarkan beberapa cemilan untuk mengisi energy kami yang telah sedikit terkuras sedari tadi. Setelah berhenti sekitar 10 menit, kami kembali melanjutkan perjalanan dan kali ini jalan yang kami lewati lebih menguras tenaga dibanding yang sebelumnya. Namun kami tetap menikmati perjalanan tersebut hingga pada akhirnya kami tiba di Pos 2. Di Pos ke-2 kami semakin bersemangat karena akan segera tiba di puncak sekitar 1 ,5 jam lagi. Dari pos pertama menuju ke pos ke-2, memakan waktu hampir 1 jam, lagi-lagi Gunawan sering kali ketinggalan dari rombongan. Beberapa kali saya memanggil namanya di hutan untuk memastikan ia tidak tertinggal terlalu jauh, dan setelah ia mendekat kami kembali melanjutkan perjalanan menuju pos ke-3. Di pos ke-3 ini kami berhenti sangat lama, sekitar 20 menit. Kami membicarakan hal-hal lucu yang membuat kami tertawa terbahak-bahak. Setelah itu kami kembali melanjutkan perjalanan menuju batu cadas yang akhirnya akan membawa kami ke puncak gunung sibayak! Saya semakin bersemangat, namun tidak bagi Gunawan, langkah kaki nya semakin berat dan tertinggal semakin jauh. Saya menjeritkan namanya beberapa kali di dalam hutan dan suara saya cukup keras saat menjeritkan namanya. Hingga pada suatu ketika, saya berkata, “ih, kok bau minyak angin sih? Ko Rudy pake minyak, ya? Mirip om-om!” Kata ku sembari tertawa kecil. Rudy pun langsung menanggapinya dengan serius, “Diam-diam aja, yuk lanjut jalan”. Saya mengerti apa maksudnya, maksud Rudy adalah ada makhluk lain yang tidak terlihat di sekitar kami. Saya sedikit ke takutan dan kami membuka lagu-lagu Buddhis untuk menghilangkan ketakutan kami.

Sesampainya di batu cadas, kami mulai pendakian menuju puncak dan cuaca lebih dingin disana karena sudah tidak ada lagi pepohonan yang bisa melindungi kami dari angin gunung tersebut. Saya suka sekali bagian ini karena sangat-sangat mengasyikan dimana kami bisa memanjat batu-batu dan melihat kota Brastagi dari sini. Langkah Gunawan melambat dan Vito membantunya dengan membawakan tas ranselnya agar dapat berjalan lebih cepat, namun itu tak membantu sama-sekali, jalannya tetap saja lambat dan kami kedinginan menunggunya. Sekitar 1,5 jam di batu cadas, akhirnya kami tiba di puncak, terlihat matahari mulai terbit dan indah sekali. KAMI TIBA DI PUNCAK SIBAYAK! YESSS! WE DID IT!!!!

Kami akhirnya mulai duduk di puncak gunung untuk menikmati indahnya pemandangan pagi itu. Angin di puncak gunung semakin kencang saja dan membuat kami makin kedinginan. Kami mulai mencari tempat yang strategis untuk memasak dan membuka terpal yang di bawa oleh Vito. Kami duduk di bagian yang agak bawah dari puncak dan membuka terpal. Kami sedikit kesulitan untuk membuat terpal itu terikat dengan baik karena angin yang menghantam sangat kencang. Setelah perjuangan 20 menit akhirnya terpal itu terpasang dengan baik dan kami bisa berlindung di bawah terpal sembari memasak.

Apa yang kami bawa untuk sarapan disana? Kami membawa ayam goreng KFC! Lebih tepatnya Vito yang membawanya tanpa sepengetahuan saya! Wahhh, saya sangat senang! Walau sudah dingin, namun enak sekali rasanya makanan itu! Sambil menikmati ayam goreng, saya memasak air untuk menyeduh pop mie dan membuat teh. Setelah air mendidih, saya menuangkan air itu kedalam gelas-gelas pop mie teman-teman dan kami menikmati pop mie itu dengan gembira! Wuahhhhh!!! Enak banget!!!! Namun sayangnya, kami belum merasakan cukup atas apa yang kami makan, kami malah menggoreng nugget diatas gunung! Seru, kan? Saya yang menggoreng nugget-nugget itu dan kami memakannya bersama, tak lupa kami mengambil foto-foto yang indah setelah menikmati makanan tersebut. Kami berfoto-foto ria di puncak setelah selesai membereskan semua perlengkapan perang kami! Waktu menunjukkan pukul 08.30 dan sudah waktunya untuk turun gunung! Setelah kenyang, kami mulai bereskan seluruh barang-barang kami dan memungut semua sampah yang kami buang, kami sangat mencintai alam dan tidak ingin merusaknya dengan sampah-sampah yang dibuang sembarangan.

Sesaat setelah membereskan barang, teman kami Rudy, merasakan ada “panggilan alam” dari dalam perutnya. Ya!!! Dia ingin buang air besar! Bisa di bayangkan bagaimana rasanya sakit perut di puncak gunung yang tidak memiliki toilet? Rudy melakukan segala cara untuk menahan rasa ingin buang air besarnya itu. Kata orang, dengan mengaitkan kedua jempol, rasa ingin buang air besarnya bisa hilang, dan Rudy pun melakukannya. Benar! Rasa ingin buang air besar itu hilang! Namun, terkadang rasa itu bisa muncul kembali dan Rudy melakukan hal yang sama untuk menghilangkannya, kami tertawa terbahak-bahak melihat aksi tersebut.

Setelah berfoto-foto, kami memutuskan untuk turun gunung dengan jalur yang sama ketika kami naik. Ya! Kami kembali turun melalui batu cadas dan hutan! Saat menuruni batu cadas, saya merasa sangat ngeri sekali karena tidak ada pegangan dan saya langsung melihat ke bawah, belum lagi angin yang sangat kencang yang hampir membuat saya terjatuh. Fiuhhh….

Saat berada di batu cadas sana, Rudy kembali merasakan isi perutnya sudah mengetuk-ngetuk pintu anus untuk dikeluarkan, tanpa pikir panjang lagi, ia mengeluarkan rasa tak tertahankan itu di balik batu cadas yang besar. Kami tertawa setengah mati, karena angin masih sangat kencang disana, kami khawatir kotoran itu akan terbang di bawa angin! Hahahaha.. Ini adalah pengalaman Rudy buang besar beratapkan langit! Lucu sekali! Dari kejauhan Rudy berteriak bahwa kotorannya itu seperti kuah sate padang, tawa kami semakin kencang saja! Hahahaha.. Gunawan juga masih ketinggalan jauh di belakang, ia bergerak sangat pelan sekali. Kami terus turun hingga menuju hutan dan menunggunya disana. 30 menit kemudian barulah kelihatan batang hidung Gunawan, ia berkata bahwa celanannya bolong akibat menuruni batu cadas dengan cara ngesot. Kami lagi-lagi tertawa!

Gunawan selalu berada di bagian paling belakang dari barisan kami. Ia berjalan sangat lama dan kami lihat kakinya mulai gemetaran. Mata saya mulai mengantuk dan Vito yang terus-terusan buang angin membuat kami terus tertawa sepanjang penurunan gunung tersebut! Proses penurunan gunung kami lalui hampir 5 jam dan selama 5 jam itu kami terus tertawa dan terus meledeki Gunawan. Rudy dan Hendra sudah jauh di depan, mungkin sudah tiba di meeting point, sedangkan saya dan Vito masih di dalam hutan menunggu Gunawan yang ketinggalan jauh. Benar-benar melelahkan karena seharusnya kami bisa tiba bawah hanya dengan perjalanan 2 jam, namun menjadi 4,5 jam karena menunggu Gunawan.

Seru sekali perjalanan kali ini, walau melelahkan, namun seru tak terkira! Setelah turun gunung kami masih merendam kaki di pemandian air panas lalu makan mie goreng bersama, di perjalanan menuju Medan, kami berhenti untuk makan durian bersama! Inilah perjalanan kami mendaki Sibayak. Seru sekali!

Saya masih menunggu saat-saat lainnya untuk mendaki bersama! Love Nature and Love Adventure!!!


Proses Pendakian

We Laugh All Day!

Wait Gunawan

Brother - Sister

Meeting Point

Ayam Goreng!

Packing

Selfie!

Vito & Erica

Rudy - Erica - Vito

View jam 05.30 a.m

Pasang Terpal

Brother - Sister

Our Guide - Vito

Sunrise! AWESOME!!!!

Anak Alam




Nugget! 



Kamis, 12 Juni 2014

12. June. 2014

Hello, Everybody? What are you doing now? I know what are you doing now! Of course and absolutely yes you are seeing my blog!!! Hahahahaha..

Saya tahu pasti anda akan shock berat apabila mengetahui apa yang saya lakukan kemarin 11 June 2014! Hahahahha..
Saya mengunjungi Kolam Abadi dan Air Terjun Teroh-Teroh, LAGI!!!!
Belum genap 1 minggu saya mengunjungi kolam abadi, kali ini saya kembali lagi ke kolam abadi bersama beberapa rekan yang sama! Gila bukan? Sebenarnya, paha yang sakit dan bokong yang memar juga belum pulih betul, namun saya masih sangat tertarik untuk mengunjungi Kolam Abadi!

Rasanya saya tak bosan-bosan mengunjungi Kolam Abadi, terlebih kali ini saya mendapatkan view yang sangat luar biasa di kolam abadi! Airnya lebih jernih dan dingin! Akankah saya kembali, lagi?? ABSOLUTELY YESSSS!!!!!! Air yang jernih dan suasana hutan yang asri membuat saya selalu ingin kembali, terlebih jikalau saya sedang di landa kegalauan! Hahahaha..

Saya bebas menjerit disana tanpa harus takut di cap sebagai orang gila, karena luasnya hutan dan dinginnya air membuat saya selalu ingin menjerit, lagi dan lagi. Betapa indahnya alam ini.. Betapa damainya alam ini..
Kunjungan kali ini cukup memalukan, karena celana yang saya pakai robek cukup dahsyat dibagian bokong, untunglah ada teman-teman yang baik hati meminjamkan baju mereka untuk menutupi celana saya yang bolong itu. Hahaha..

Saya akan selalu membahagiakan diri saya dengan cara apapun, sekalipun saya harus menjerit, menangis, ataupun tertawa, selama diri saya bisa bahagia, saya akan melakukannya..

Friendship never die!

cutest girl ever >.<

hello underwater selfie!!! aw..aw..aw

Happy Family. Hahahaha

Freestyle! Happiest Girl!!!

AWESOME!!!

Sabtu, 07 Juni 2014

Kolam Abadi 5 June 2014

Hello, Hello, Hello!

Hari ini begitu gembira! Super!!!
Telah terjadi transformasi dalam diri saya yang benar-benar membuat saya merasa teramat sangat amat lega! *alay*

Sesuatu yang ingin saya bagikan hari ini kepada teman-teman adalah mengenai perjalanan kedua saya ke Kolam Abadi dan Air Terjun Teroh-Teroh yang saya lakukan kemarin bersama beberapa sahabat terkasih. Kami bukan pengangguran, kami hanya para penjelajah yang gila, berjalan-jalan ria di jam kerja! Tolong tidak dicontoh ya! Hihihihihi..

5 Juni 2014 09.30
Jreng.. Jreng.. Perjalanan dimulai, mobil avanza berwarna silver dari kota Medan menuju kota Binjai, perjalanan ini ditempuh selama 45 menit. Di dalam mobil terdapat dua orang pria dan dua orang wanita yang kelihatan sudah sangat tidak sabar untuk tiba di kolam abadi. Bagi saya, ini bukan perjalanan yang pertama, namun saya masih sangat excited untuk melakukan petualangan ini. Dari kota Binjai, kami masih harus menempuh perjalanan sekitar 1 jam menuju perkampungan rumah Galuh. Kolam Abadi ini terletak di Desa Namu Ukur, kita harus menempuh 1 jam perjalanan lagi dari Kota Binjai untuk tiba disana. Jalan yang kami tempuh cukup bagus dan mulus, tidak nampak jalan rusak di sepanjang perjalanan menuju Rumah Galuh. Kami sudah menyiapkan nasi bungkus yang kami beli di kota Binjai untuk di nikmati di kolam abadi.

Sekitar pukul 11.45 kami tiba di salah satu pos yang bernama PETAR, disinilah kami memulai perjalanan menuju kolam abadi. Kami di pandu oleh 2 orang rangers setempat, dilengkapi dengan pelampung keselamatan dan tak lupa membawa kamera anti air karena kami tak sabar untuk ber-narsis ria di dalam air. Setelah berganti pakaian, memakai pelampung dan membayar biaya retribusi sebesar Rp.35.000,- per orang, maka kami melangkahkan kaki menuju kolam abadi. Untuk bisa sampai di kolam abadi, kami harus berjalan sekitar 20 menit di jalan yang tracknya  naik dan turun, sesekali mendaki dan sesekali menuruni bukit, memasuki hutan dan menginjak tanah lunak yang basah oleh para pejalan kaki yang hendak kembali ke pos setelah menikmati indahnya kolam abadi dan air terjun teroh-teroh. Namun medan perang ini tak menyurutkan semangatku untuk menikmati indahnya kolam abadi dan air terjun teroh-teroh.

20 menit berjalan kaki, saya mendengar suara gemuruh air dari kejauhan, saya yakin itu suara alam! Saya semakin cepat melangkah karena sudah tidak sabar ingin 'mencicipi' air kolam abadi yang segar dan jernih itu. Saya semakin dekat dengan sumber suara itu dan......

TADAAAAAAAAA!!!!
Kolam abadi sudah di depan mata. Saya menuruni anak tangga yang terbuat dari batu alam untuk bisa tiba di dalam kolam abadi, arusnya lumayan deras dan sesekali membuat saya kehilangan keseimbangan. Tetapi, saya rasanya ingin menjerit kegirangan melihat air yang ada di dalam kolam abadi tersebut. Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, sebelum memulai petualangan selanjutnya, maka kami memutuskan untuk makan di pinggir kolam, nasi yang kami beli masih terasa hangat. Semakin nikmat rasanya saat ditemani oleh suara alam dan angin sepoi-sepoi yang ada di kolam abadi. Wah... senangnya...

Setelah selesai makan, kami mulai bersiap-siap diri untuk meluncur ke bagian yang lebih dalam dari kolam abadi. Dan tak lupa kami membereskan sisa-sisa sampah dari makanan yang kami bawa karena tentu kami sangat menyayangi alam yang indah ini dengan tidak membuang sampah sembarangan dan menjaga kebersihannya. Petualangan dimulai! Saya sangat senang saat separuh tubuh saya masuk kedalam air yang segar tersebut. Tak hanya itu, karena arus yang cukup kuat, maka saya menjerit cukup keras. Jeritan itu membuktikan saya takut hanyut dibawa arus, walau sebenarnya kolam abadi tidak terlalu lebar, namun mengingat ada beberapa titik yang kondisinya cukup dangkal dan berbatu, maka saya sangat takut tubuh saya terhantam di bebatuan yang permukaannya cukup kasar dan bisa membuat tubuh menjadi memar. Untuk sampai di air terjun teroh-teroh, kami harus melakukan semi body rafting  selama 30 menit. Kami akan di giring oleh arus kolam abadi untuk menuju teroh-teroh. Di giring oleh arus itu rasanya mebuat saya yang notabene tidak mahir berenang menjadi sedikit agak panik. Di antara semua peserta, saya adalah pesert yang paling panik dan ribut! Bagaimana tidak, dari awal turun ke dalam air, saya sudah menghadiahi alam dengan jeritan-jeritan maha dahsyat yang saya miliki. Bahkan beberapa rangers setempat mengatakan mendengar jeritan maha dahsyat saya dari kolam abadi hingga teroh-teroh, padahal jarak untuk sampai ke teroh-teroh cukup jauh.. Sekitar 1 KM hingga 2 KM.

Bukan hanya arus yang membuat saya panik, tetapi bebatuan yang berada di dasar kolam juga membuat saya panik. Beberapa kali tubuh saya terbawa arus hingga menghantam bebatuan dan tergores bebatuan alam. Jeritan saya adalah hasil dari rasa kaget, panik bercampur nyeri yang saya rasakan di area pinggang dan bokong. Ada baiknya apabila memakai celana panjang dan agak tebal agar kaki kita tidak tergores bebatuan yang ada di kolam abadi.

Setelah tiba di air terjun teroh-teroh, saya melihat banyak orang yang melompat ke dalam air dan berenang di area air terjun tersebut. Saya hendak turun ke dalam, namun saya takut untuk melompat. Saya berkali-kali mencoba, namun berkali-kali pula gagal untuk melompat dan mundur. Karena saya tidak mahir berenang, saya tentu takut tenggelam apabila melompat dari ketinggian 1,5 meter tersebut, apalagi dasar air terjun cukup dalam, yakni 2,5 meter lebih. Itu membuat saya makin takut dan gemetaran untuk melompat. Namun banyak sekali pengunjung yang melompat berkali-kali karena mereka merasa sangat seru dan mengasyikan. Teman-teman silih berganti menyemangati, bahkan ada 5-6 orang menjaga di bawah supaya saya tidak takut untuk melompat, kamera sudah stand by, namun hati belum sanggup mengalahkan ketakutannya untuk melompat dan berteriak. Hampir 1 jam lamanya saya berdiri untuk melompat tapi nggak jadi-jadi  karena kaki saya lemas saat melihat ke bawah, walaupun di bawah sana teman-teman menanti untuk memberi pertolongan apabila saya tidak sangggup bertahan.

Puncaknya adalah ketika saya berdiri di sana dan suara teman-teman semakin keras menyemangati, namun kekuatan saya belum terkumpul sepenuhnya. Mungkin karena sudah terlalu lama menunggu, maka salah seorang teman mendorong saya hingga saya benar-benar terjun bebas ke dalam air. Bahkan saya belum sempat mengangkat kaki untuk melompat, saya sudah tiba di bawah sana dengan perasaan kaget namun senang bukan main. Begitu sadar saya di dorong, saya langsung menjerit, "Siapa yang dorong gue???! sialan! kaget nih!" Spontan semua teman-teman tertawa melihat adegan itu. Namun, syukur saya menjadi sedikit lebih berani bahkan saya ingin lagi berada di atas dan kembali melompat. Maka saya naik kembali keatas dan bersiap-siap untuk melompat, ketakutan masih meliputi diri saya, namun berkat pengalaman di dorong ke dalam air, maka ketakutan itu sudah sedikit berkurang. Entah mengapa, kaki saya tidak bisa diangkat, maka saya menjatuhkan diri saya ke dalam air tanpa melompat. Seharusnya, kaki saya terlebih dulu masuk ke dalam air, namun karena terjun tanpa lompatan, tubuh bagian depan dan wajah saya lebih dulu mengenai air. Walau begitu, saya merasa sangat lega dan senang.. Hihihihihi..

Setelah puas bermain di air terjun teroh-teroh dan kolam abadi, foto-foto pun sudah diabadikan, maka kami kembali menuju pos untuk menyelesaikan petualangan ini. Dengan kondisi tubuh yang masih basah, kami harus mendaki bukit dan menuruni bukit serta masu ke dalam hutan untuk bisa kembali ke pos awal. Jalan yang berlumpur dan licin menjadi sahabat kami selama berada disana, kami berjalan sekitar 20 menit untuk tiba kembali di pos awal dan bergegas mandi untuk kembali ke Medan.

Saya sungguh bahagia atas perjalanan singkat ini, saya benar-benar meletakan segala beban dan membiarkan diri saya untuk mencari kebahagiaan yang hilang beberapa hari ini. Tidak hanya itu, rangers yang ramah, sahabat yang baik dan alam yang indah membuat saya lebih bersyukur bahwa di dunia ini saya tidak sendiri.. Hidup saya begitu indah, begitu sayang untuk dilewatkan untuk bersedih dan bermuram durja..

Apakah saya kapok  untuk kembali kesana? TENTU TIDAK!!! Saya akan kembali untuk trip ke-3, ke-4 dan seterusnya!





Happiness @Kolam Abadi

Panic Expression

selfie! We are awesome! 

underwater selfie

Where's my foot? *panic*

AWESOME!!!!

Happy Girl

Cute Girl

our track