Minggu, 28 Juni 2015

A WEEK'S BACKPACKING IN THE CEYLON (Part IV)

Jika Indonesia memiliki Kota Jakarta sebagai ibukota sekaligus kota yang maju dengan sejuta aktivitas yang padat, maka Sri Lanka juga memiliki Colombo. Kota yang ramai di Colombo adalah yang terbesar di Sri Lanka. Ini adalah tentang satu jam perjalanan dari Bandarnaike bandara internasional. Sama seperti kota-kota metropolitan lain Colombo adalah pusat aktivitas.

Pada hari ini saya berkesempatan melakukan tur sendiri ke Colombo yang letaknya 3,5 jam dari Na Uyana Monastery. Usai sarapan, saya dan ketiga teman bergegas memulai perjalanan kami menunu Colombo dengan menggunakan mobil sewaan yang telah dipesankan oleh Bhante Piyaratana. Tidak semua peserta dari rombongan kami mengikuti acara keliling ini karena 14 orang lainnya memilih berdiam di Na Uyana Monastery dan mengikuti retret. Sedangkan kami, memilih keluar dari Wihara dan berjalan-jalan ke Colombo, Galle dan Bentota. Tak ada tour guide, kami berempat pergi sendiri dengan seorang supir yang pada awalnya kami kira bisa berbahasa Inggris. Ternyata oh ternyata, supir ini tak pandai berbahasa Inggris sama sekali dan kami tak pandai juga berkomunikasi menggunakan bahasa ibu mereka yakni Sinhala. Hingga akhirnya ketika kami berada di Colombo dan ingin menuju ke Galle Fort dan Bentota, kami nyasar-nyasar tak jelas berjam-jam karena maksud yang kami utarakan kepada sang supir sama sekali tak dipahami olehnya.
Srilanka's Dessert.

Deliciousss.

Para petualang ke Colombo!

Sri Lanka's Food.

Caramel pudding yang super enak!

Hello Colombo!


Perjalanan ke Galle memakan waktu 2 jam dari Colombo, namun.. perjalanan kami ke Galle memakan waktu 5 jam dan kami tiba pada tengah malam dimana Galle sudah dalam kondisi sepi dan pintu-pintu rumah penginapan sudah tertutup rapat. Haish! Kami sempat berpikir bahwa kami pasti tidak akan mandi lagi dan tidur didalam mobil malam itu, tapi ternyata kami masih bernasib baik karena tak lama kemudian setelah iseng mengetuk salah satu pintu rumah penginapan, pemilik penginapan membukakan pintu untuk kami dan kami dipersilahkan menginap. Kamarnya cukup luas, 2 buah tempat tidur ukuran besar dan toilet didalamnya hanya dibandrol harga LKR 6000 (setara Rp.600.000). Murah bukan?

Pemilik penginapan mengatakan bahwa matahari akan terbit pukul 5.30 pagi, dan kami bisa menyaksikannya melalui lantai ketiga dari rumah penginapan tersebut. Senang bukan main, kami bergegas bersih-bersih dan merencanakan acara foto-foto sunrise dari rooftop penginapan kami keesokan harinya. Pukul 05.20 kami berempat sudah nangkring di lantai 3 penginapan tersebut, kamera sudah distel sedemikian rupa agar momen jeprat-jepret sunrise ini tak terlewatkan. Tapi apa daya, matahari terbit yang ditunggu tak kunjung muncul. Yang muncul adalah rintik-rintik hujan. Alamakkk, tak bakal ada sunrise deh! Dengan perasaan sedikit kecewa maka kami kembali ke kamar dan saya putuskan untuk tidur, berhubung sudah 3 malam saya hanya mendapatkan jatah tidur 3-4 jam sehari. Sedangkan ketiga teman saya lainnya memutuskan membuat teh hangat sambil memandang hujan rintik yang makin lama nampaknya makin deras yang sepertinya akan merusak agenda jalan-jalan kami hari itu. Huh, menyebalkan!

Jam 7.00 pagi hujan tak kunjung reda malah semakin deras. Kami putuskan untuk check out dari penginapan dan berkeliling Galle Fort dengan mobil sewaan kami. Daripada tidur dan duduk bengong memandang hujan, lebih baik menerobos hujan. Hahaha. Nekad!

Setelah pamit dengan pemilik penginapan, kami menelusuri Galle Fort dengan mobil. Walau saya sedikit kecewa, tetapi tak jadi masalah. Setidaknya pernah ke Galle Fort dan melihat kota Galle yang kecil itu. Galle tidak hanya terkenal dengan pantai tetapi juga untuk sebuah benteng kuno. Jatuh Hati Dengan Keindahan Galle, Sri Lanka. Galle yg merupakan salah satu kota tujuan wisatawan yg berada di ujung barat daya Sri Lanka yg jaraknya mencapai 119 km dari Kolombo. Kota ini menawarkan keindahan banyak pantai yg tersebar di wilayah barat dan timur. Untuk wilayah pantai timur Galle terdapat banyak pohon tangalla (kelapa) dan sebuah benteng besar Portugis yg berdiri sejak abad ke-16. Setelah puas berkeliling Galle selama 30 menit dan hujan terlihat semakin deras, maka kami memutuskan untuk pergi ke Bentota.  Keindahan pantai yang satu ini, lebih menarik untuk dihabiskan oleh mereka yang menginginkan liburan mewah. Selain keindahan pasir putih dan laut biru yang mahal, pantai ini juga dikelilingi oleh beberapa resor mewah yang siap memanjakan para pelancong dengan pilihan pelayanan istimewa. Beberapa pilihan olahraga air seperti snorkeling, menyelam, dan olahraga lain, juga bisa kita pilih ketika mengunjungi pantai ini.

Di Bentota, kami meminta supir memberhentikan kendaraan di sebuah resort mewah untuk melakukan sarapan pagi. Setelah tiga hari memakan makanan tradisional Sri Lanka, ini saatnya balas dendam. Sarapan pagi kami pagi ini cukup mahal untul backpacker seperti kami, LKR 1500 (Setara dengan Rp. 150.000). Mahal, namun hidangan yang disajikan juga tidak mengecewakan. Hidangan yang disajikan mulai dari Sri Lanka's Food, Western Food, Dessert dan masih banyak lagi. Perut saya hampir meledak pagi itu karena makan terlalu banyak. Hahaha.

Usai sarapan pagi, kami berjalan kaki sekitar 10 menit menuju Bentota Beach. Nampak beberapa turis sedang berjemur, ada yang berjalan-jalan menikmati indahnya Bentota Beach yang berpasir coklat muda dengan airnya yang biru tersebut. Indah, namun kami tak bisa berlama-lama disana. Kami ingin menelusuri beberapa tempat di Colombo sebelum kembali pulang ke Na Uyana Monastery.

Galle

Mencusuar di Galle.

Walau gerimis, tetap foto-foto di Galle.


Sarapan di Bentota. LKR 1500.

Our Breakfast at Bentota.




Forezen yoghurt.

Selfie!

Wajah bahagia setelah makan enak. Hahaha.

Bentota Beach.


Bentota.


Setelah puas berfoto-foto ria, now.. kami bergerak menuju Colombo! Hooray!
Penduduk Srilanka mayoritas Buddhist, dengan beberapa kota yang didominasi muslim. Dimana-mana terdapat patung Buddha, di tempat ibadah, tempat wisata, bahkan di sepanjang jalan mata memandang.  Bajaj atau Trishaw adalah kendaraan yang paling efektif untuk mengelilingi kota Colombo yang lalu lintasnya cukup padat. Ada 3 jenis taxi yang ditawarkan di Srilanka, bajaj yang menggunakan argo/meter, budget taksi dengan mobil kecil, dan taksi sedan yang argonya cukup mahal. Bus juga cukup mudah digunakan untuk berkeliling. Namun pada jam sibuk, bus sangat penuh sesak dengan orang yang berpeluh dan bisa menjadi tidak nyaman berada di dalamnya.

Sesampainya di Colombo, kami mengunjungi Kelaniya Raja Maha Viharaya. Kelani Temple terletak sekitar 6 kilometer jauhnya dari Colombo dan dapat dikunjungi melalu  Colombo - Kandy Route. Sesuai besar dan labirinnya, Kelaniya Raja Maha Viharaya memiliki masa lalu yang dramatis. Candi asli dihancurkan oleh penjajah India, dipulihkan dan hancur lagi oleh Portugis pada abad ke-16. Belanda dikembalikan lagi pada abad ke-18 untuk mencari simpati dari penduduk lokal.

Pada tahun kedelapan setelah mencapai pencerahan, Sang Buddha mengunjungi kerajaan di Kelaniya atas undangan Raja Maniakkhika. Raja telah memohon undangan ini pada kunjungan kedua Buddha ke negara yang menetap pertempuran Culodara dan Mahodara.

Menurut sejarah Buddha mengunjungi Kelaniya dengan 500 bhikkhu dan berkhotbah Dharma untuk Raja dan rakyatnya ditempat di mana Wihara berdiri saat ini. Dari Kelaniya Buddha melanjutkan ke Dewa Sumana Saman di gunung dari Samanthakuta sekarang dikenal sebagai Sri Pada. Sayangnya kami tidak sempat mengunjungi Sri Pada karena keterbatasan waktu yang kami hadapi.

'Aluth Vihara Ge' atau bagian New Temple House dari Kelani Vihara adalah 150 kaki panjang dan 90 kaki lebar. Ia berdiri di alas batu 3 kaki tingginya. Atap dibangun dalam gaya arsitektur Kandyan dengan desain dari segi delapan. The 'Oth Pilima Ge', bagian tertua dari candi rumah patung Buddha besar berbaring dan dua patung Buddha duduk. The 'Ran Pilima Ge' rumah patung Buddha yang lain duduk atau disebut juga Golden Buddha Image House

Kelaniya Temple tidak ada lukisan kuno atau abad pertengahan. Mural adalah dari abad ke-18 dan awal abad ke-20. Terdapat lukisan-lukisan era Kandyan masih dalam kondisi yang bertempat di dua kamar. Lukisan ini menggambarkan Cerita Jataka yang telah dibuat untuk menginspirasi kebaikan kasih sayang. Diseluruh dinding Kelaniya Temple dihiasi dengan lukisan-lukisan cerita Buddha yang indah dan memukau. Rasanya tak ingin beranjak pergi dari Kelaniya!

Colombo

Demo at Colombo.

My best sis Elina at Kelaniya Temple.

Kelaniya Temple.

Kelaniya temple.

KELANIYA TEMPLE.

Inside Kelaniya Temple.

Kelaniya Temple.

Elephant at Kelaniya.


Kelaniya temple.



Sleeping Buddha inside Kelaniya Temple.

Golden Sitting Buddha.
Lukisan di Kelaniya Temple. Semua dinding terlukis dengan indah.



Kelaniya Temple.

Dari Kelaniya, saya tertarik untuk mengunjungi Wihara lainnya di Colombo.
Seema Malaka adalah sebuah Wihara Buddha, situs yang indah & tak terduga. Di tengah keramaian & hiruk pikuk kota, wihara yang tenang membuat kita terkejut. Tidak mau kalah, kita mengambil ke jembatan seperti jalan menuju ke wihara di pinggir danau untuk menikmati angin sepoi-sepoinya. Saya memilih bertelanjang kaki dan berjalan kaki sekitar 300 meter dari parkiran. Semua mata tertuju pada saya. Seorang turis wanita muda dengan kamera bergantung dileher dan wajah yang berseri-seri berjalan tanpa alas kaki di trotoar Colombo.

Danau ini dikelilingi oleh pohon-pohon tua yang baik, memberikan sambutan pada angin sepanjang hari. Seema Malaka Temple adalah aula pertemuan untuk bhikkhu di Wihara Buddha Gangaramaya Vihara, salah satu wihara paling terkenal di Sri Lanka dan letaknya tidak jauh dari Seema Malaka. Alasan ketenaran Seema Malaka adalah tiga kali lipat - arsitektur modern, pentingnya agama dan nilai budaya. Arsitektur Wihara ini adalah harmoni yang sempurna dari Sri Lanka, Thailand, India, dan arsitektur Cina.

Wihara ini dibangun pada rawa reklamasi dekat Danau Beira. Wihara yang indah didirikan oleh YM Hikkaduwe Sri Sumanagala Nayaka Thera sekitar 120 tahun yang lalu. Pintu masuk candi diapit oleh dua patung emas Buddha. Sungguh indah! Kita bisa melihat keindahan dan keramaian kota Colombo dari sini! Sungguh tenang, indah dan luar biasa!
Jembatan di Colombo

Seema Malaka Temple.

Seema Malaka from front side.

Buddha Statues at Seema Malaka Temple
Seema Malaka


Lord Buddha, I feel safe in your arms..

Perfect Combination between Buddha's and City's Life.

Seema Malaka Temple

Seema Malaka.

Seema Malaka from Left Side.

Selfie~~~











Matahari mulai terbenam dan itu artinya kami harus segera kembali ke Na Uyana Monastery. Perjalanan akan ditempuh 3.5 jam dari Colombo. Namun kesan mendalam telah tertoreh dalam hati. Keindahan wihara-wihara di Colombo membuat saya terbius dan mendecak kagum. Sungguh! Luar Biasa indah!