Kamis, 25 Juni 2015

A WEEK'S BACKPACKING IN THE CEYLON (Part III)

Saat  saya membayangkan akan melakukan perjalanan ke Sri Lanka, dalam benak yang terbayang adalah negara yang sangat ramai dan tidak teratur seperti kota-kota di India. Namun bayangnya itu langsung memudar dengan cepat tatkala saya menjejakkan kaki di negara Sri Lanka yang merupakan tetangga India tersebut. Ternyata Sri Lanka memiliki kota-kota yang sangat bersih, bahkan kebersihannya hampir seperti di Singapura, di pasar-pasar tradisional juga bersih tidak tercium bau busuk yang menyengat berasal dari tumpukan sampah seperti di Indonesia. Di Sri Lanka hampir seluruh bangunannya didominasi bangunan kuno era kolonial. Pemerintah dan penduduk setempat melestarikan dan memanfaatkan bangunan-bangunan kuno tersebut sebagai kantor, pertokoan, maupun tempat tinggal. Keren!
Seperti biasa, selesai berpindapatta dan makan pagi, rombongan kami ditemani oleh Bhante Piyaratana pergi mengunjungi situs-situs Buddhis. Hari ini kami akan berkunjung ke Polonnaruwa dan Sigiriya. Setiap hari ketika kami memulai perjalanan, kami selalu melantunkan Paritta suci didalam mobil. Polonnaruwa adalah kota tua kuno kedua di Sri Lanka. Kota Kuno Polonnaruwa telah dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia, maka tidak heran jika tiket masuk kedalam Polonnaruwa cukup mahal, yaitu US $ 25 (atau setara dengan Rp. 300.000) dan biaya ini belum termasuk biaya guide untuk menemani serta menceritakan setiap sisi dari Polonnaruwa. Bekas kota kerajaan ini menyuguhkan banyak taman bersejarah. Saya terbius keindahannya. Tapi Polonnaruwa tak cuma melayani pencinta masa silam. Sekitar 20 kilometer dari sini, kita bisa menemukan keajaiban yang masih bergulir hingga kini: ajang reuni gajah. Tiap akhir tahun, sekitar 200 gajah liar dari penjuru Sri Lanka bersua dan berkerumun di Taman Nasional Minneriya. “Gajah bagaikan ikon fauna Sri Lanka, perburuan liar masih terjadi, tapi ada banyak taman nasional untuk menjaga gajah. Sri Lanka bakal menjadi tempat tujuan sempurna bagi para pecandu sejarah. Reruntuhan bangunan kuil, istana, dan ukiran patung atau lukisan tembok kuno menjadi saksi yang mengisahkan zaman keemasan abad silam. Polonaruwa adalah tujuan pertama kami. Distrik yang terletak 216 km dari ibu kota negara Colombo ini di abad pertengahan menjadi pusat pemerintahan kerajaan kedua setelah Anuradhapura.
Kelompok pertama dari reruntuhan kami temui setelah memasuki tanah Kota Kuno Polonnaruwa adalah Royal Palace Group. Kelompok bangunan tanggal dari periode Raja Parakramabahu I (1153-1186). The King’s Royal Palace adalah struktur besar, berukuran 31 m dengan 13 m, setelah termasuk 50 kamar didukung oleh 30 kolom. Bahkan saat ini cukup sebuah bangunan yang mengesankan, tapi gambar itu menjadi tujuh lantai tinggi dengan 3 m dinding tebal. Saat ini hanya beberapa dinding yang tersisa, dengan lubang untuk menahan balok lantai dua lantai yang lebih tinggi. Lalu kami beranjak menuju The king’s Audience Hall yang merupakan salah satu struktur terbaik diawetkan di Royal Palace Group, dengan batu yang indah diukir gajah di dinding. Kemudian dalam salah satu sudut istana adalah king's swimming pool, dengan corot mulut buaya yang digunakan untuk memimpin air tawar ke dalam kolam. Hari ini air dalam kolam tidak yang menggoda untuk berenang walaupun cuaca sangat panas. The Sacred Quadrangle adalah kelompok padat reruntuhan indah dan mengesankan  yang dibangkitkan platform yang dibatasi oleh dinding. Ini adalah koleksi yang paling terkonsentrasi bangunan disepanjang  Kota Kuno, dan saya akan mengatakan bahwa ini suatu keharusan pada setiap daftar pengunjung Polonnaruwa! Di tengah-tengah segi empat adalah The Vatadage, rumah peninggalan melingkar khas untuk sejenisnya. Teras terluar sangat mengesankan 18 m dengan diameter, dan memiliki empat pintu masuk semua diapit oleh batu penjaga sangat bagus dalam kondisi yang indah. Empat pintu masuk semua mengarah pada dagoba sentral dengan empat Buddha. Rankot Vihara adalah dagoba besar dalam kondisi besar, mengesankan tingginya 54 meter! Ini adalah dagoba terbesar di Polonnaruwa. Di antara reruntuhan dan kuil-kuil, kami juga menemukan jejak hutan yang mencoba untuk mengambil alih kota kuno ini. Sungguh mengesankan berkeliaran di sekitar bangunan dalam kondisi baik seperti itu, menakjubkan ketika saya berpikir tentang keras para arkeolog ketika pertama memasuki Kota Kuno yang ditutupi dengan pohon-pohon seperti ini.
Lalu kami beranjak menuju Gal Vihara yang merupakan kelompok empat Buddha yang indah dalam kondisi sempurna, dipotong dari satu lempengan panjang granit. Terik sinar Matahari makin menyengat ketika kami beranjak ke Gal Vihare. Makanya, kami sempat kaget ketika tahu bahwa untuk bisa masuk ke bagian utama kuil kami harus melepas alas kaki. Itu berarti harus berjalan bertelanjang kaki di atas pasir panas yang siang itu terasa bak penggorengan! Lagi-lagi keengganan ini dikalahkan oleh rasa penasaran terhadap patung Budha “tidur” berukuran panjang 14 meter yang diukir langsung dari sebongkah batu granit raksasa. Polonnaruwa adalah salah satu situs patung Buddha paling mempesona. Gal Viharaya adalah vihara batu besar yang didirikan oleh Parakramabahu Agung pada abad ke-12. Pusat keindahan vihara ini terletak pada 4 patung Buddha besar yang dipahat di wajah menggunakan batuan granit. Di antara 4 patung Buddha besar ini terdapat patung Buddha berbaringsepanjang 14 meter dan patung Buddha berdiri yang tingginya 7 meter dan dikatakan sebagai yang terbaik dari serial ini, dengan posisi yang tidak biasa pada lengan dan ekspresi wajah sedih. Panjang Buddha tidur adalah 14 m, membayangkan Buddha memasuki Maha Parinibbana. Kami benar-benar menikmati hari kami di Kota Kuno Polonnaruwa! What a lovely and peaceful place!

Entrance Tickets to Polonnaruwa

The king’s Audience Hall

Tempat Pemandian - King's Swimming Pool.

Royal Place

The Vatadage

Polonnaruwa 


Polonnaruwa 

Polonnaruwa 

Rankot Vihara 


The Sacred Quadrangle


Rankot Vihara 


Audience's Hall - Polonnaruwa 

Audience's Hall - Polonnaruwa 

King's Swimming Pool



The Vatadage

The Sacred Quadrangle

Polonnaruwa 

The Vatadage

The Vatadage

Rankot Vihara 

Polonnaruwa 

Gal Viharaya - Sitting Buddha

Gal Viharaya - Sitting Buddha

Gal Viharaya - Standing Buddhha

Sleep Peacefully...

Gal Viharaya - Sleeping Buddha



Selanjutnya, Sigiriya. Nama Sigiriya diambil dari kata singha (singa) dan giri (gunung cadas), jadi artinya singa gunung. Kerajaan yang dibangun di atas gunung batu granit setinggi 180 meter ini merupakan peninggalan Raja Kasyapa (477 – 495 AD). Sigiriya adalah salah satu monumen bersejarah yang paling berharga dari Sri Lanka. Disebut oleh penduduk setempat sebagai Kedelapan Keajaiban Dunia karena istana dan benteng kompleks kuno ini memiliki arti penting bagi arkeologi dan menarik ribuan wisatawan setiap tahun. Demi merebut tahta kerajaan, Kasyapa membunuh ayahnya, Raja Dhatusena, dengan menguburnya hidup-hidup di dalam dinding. Saudara tirinya, Moggallan yang mestinya duduk menggantikan raja melarikan diri ke India, untuk kembali lagi demi menuntut balas. Ketakutan dengan ancaman sang kakak, Kasyapa memindahkan istananya ke atas puncak gunung batu. Untuk alasan keamanan, Kasyapa menempatkan beberapa penjaga di hampir setiap kelokan jalan setapak menuju puncak. Mungkin karena karma, kisah raja paranoid ini harus berakhir tragis. Mengira bahwa ia ditinggalkan oleh para prajuritnya di medan perang, Kasyapa mencabut pedang dan mengakhiri hidup. Padahal, para prajuritnya sedang mengambil jalan memutar untuk menghindari rawa!
Mungkin ini adalah alasan mengapa Sigiriya menjadi tujuan wisata yang paling banyak dikunjungi dari Sri Lanka walau harga masuknya tidaklah murah, yakni US $30. Untuk bisa tiba diatas puncak, anda harus memanjat sekitar 1500 anak tangga tanpa pengaman dan alat bantu apapun. Perjuangan panjang yang melelahkan! Istana ini terletak di jantung pulau antara kota Dambulla dan Habarane di dataran tinggi berbatu besar 370 meter di atas permukaan laut. Sigiriya dikelilingi oleh taman yang  sangat luas dan merupakan salah satu taman tertua di dunia. Taman tersebut dibagi menjadi tiga bagian; The Water Gardens, The Boulder Gardens, dan The Terraced Gardens. Untuk naik ke bagian atas Sigiriya, kita akan melewati batu berbentuk singa dengan mulutnya sebagai pintu gerbang, sayangnya singa ini sudah runtuh dan tinggal puing-puing dan bagian kakinya saja. Lalu kita akan naik tangga spiral, lalu melewati Mirror Wall, yang merupakan dinding bagian bukit yang dipoles sehingga konon saat Raja melewati dinding bukit tersebut, ia bisa melihat dirinya sendiri, dan kemudian sampai di bagian dinding penuh dengan frescoesFrescoes ini cukup istimewa karena memiliki gaya lukis yang unik dan asing, sangat besar dan luas, serta sampai sekarang belum diketahui pasti identitas para karakter yang terdapat di frescoes tersebut. Ketika kita sampai di tempat teratas Sigiriya, kita bisa melihat sisa-sisa kejayaan kerajaan Raja Kasyapa. Pun tentunya kita bisa melihat keindahan alam sekitar di tempat yang sangat tinggi ini. Toh konon, Raja Kasyapa memilih tempat ini karena ia juga percaya bahwa tempat yang tinggi berarti dekat dengan surga dimana para dewa berada.
Memasuki kompleks Sigiriya ini kita membutuhkan kebulatan tekad, niat yang nekad, dan kaki yang kuat. Selain karena taman di sekitarnya begitu luas, kita juga harus mendaki dan melalui tangga-tangga spiralnya yang aduhai. Disarankan untuk membawa makanan dan minuman sendiri untuk menemani perjuangan kita menuju ke puncak Sigiriya. Saya sungguh sangat berharap, bisa mengunjungi Sigiriya menggunakan helicopter atau cable car.

Polonnaruwa sungguh memukau dan menakjubkan, sedangkan kalau berdiri di Sigiriya, kamu akan seperti sedang melayang di langit! Benar-benar wisata petualangan yang melelahkan, tetapi sangat mengesankan!

Sigiriya


Kingdom of The Lion


View from Sigiriya



Entrace Ticket to Sigiriya

Best Postcard - Venerable Piyaratana.


Tidak ada komentar: