Selasa, 18 November 2014

Sahabat Baik, Kamma Baik.

Sahabat Baik, Kamma Baik.
Oleh : Erica Winata Phenjaya

Namo Sanghyang Adibuddhaya,
Namo Buddhaya.
Senang sekali melihat kita semua dapat hadir disini untuk melakukan salah satu perbuatan baik yaitu membahas Dhamma pada waktu yang sesuai. Ya! Tentu kita semua adalah orang-orang terpilih pada minggu pagi yang berbahagia ini. Bagaimana tidak, ketika kita dihadapkan dengan begitu banyak pilihan saat kita bangun tidur tadi pagi, seperti kembali tidur lebih lama, jalan-jalan bersama para sahabat, ataupun melakukan kegiatan favorit kita, tetapi kita semua malah memilih untuk dating ke vihara dan membahas Dhamma. Bukankah ini sangat luar biasa?
Perkenalkan, nama saya Erica Winata Phenjaya. Pada minggu yang cerah dan bersama orang-orang luar biasa ini, saya akan membawakan topik yang berjudul, “Sahabat Baik, Kamma Baik”.  Apakah kita semua memiliki teman? Saya yakin kita semua memiliki teman, tetapi apakah teman yang sekarang berhubungan dengan kita adalah sahabat yang baik? Di dunia ada banyak sekali manusia, ada beberapa orang yang dekat dengan kita. Kita bergaul, menyukai mereka dan berbagi kebahagiaan dengan mereka. Namun, dalam menjalin persahabatan atau pergaulan di masyarakat kita juga membutuhkan ketelitian dan kewaspadaan dalam bergaul.  Kita hendaknya harus selalu bergaul dengan orang yang bijaksana dan menghindari orang yang tidak bijaksana, mengapa kita perlu melakukannya? Karena ada musuh diluar sana yang berpura- pura menjadi teman akan tetapi sebenarnya malah membahayakan kita ketika kesempatan itu muncul. Untuk itulah hari ini saya akan memberitahu kepada kita semua 3 hal. Yang pertama, Apa yang dapat di kategorikan sebagai sahabat baik dan sahabat tidak baik?. Yang kedua, Siapakah yang memulai terlebih dahulu untuk menjadi sahabat baik? Dan yang ketiga, Bagaimana caranya menjadi sahabat baik?
Seperti salah satu kutipan menarik dari Sutra Abhiniskramana yaitu jika kita menyentuh rumput yang merupakan bekas tergeletaknya ikan, maka tangan kita akan ikut berbau ikan, demikian pula jika kita berteman dengan teman yang tidak baik, maka kita akan ikut menjadi tidak baik. Tetapi apabila kita mencelupkan tangan kita kedalam kemenyan kayu garu maka sekejap tangan kita menjadi wangi, demikian pula jika kita berteman dengan sahabat yang baik, maka kita akan ikut menjadi baik. Sahabat adalah orang yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Para sahabat adalah orang yang membantu kita untuk maju dan harus kita bantu sebagai balasannya, oleh karena itu persahabatan adalah pilihan yang kita tentukan secara sadar. Kalau kita bersahabat dengan orang yang baik dan bijak, secara tidak sadar kita dapat mengikuti kebaikan dan kebijaksanaannya, itu berarti dia telah membantu kita menjadi lebih baik. Namun sebaliknya, jika kita bersahabat dengan orang yang tidak baik dan tidak bijaksana, kita juga bisa terpengaruh akan sikapnya yang buruk dan tidak bijaksana.
Dalam Ittivutakkha 68-69 di katakan bahwa, Orang buruk akan membimbing ke alam rendah dan orang baik akan membimbing ke alam bahagia. Sahabat yang baik dan bijaksana akan membawa kita pada hal-hal yang baik dan berguna yang akan menjadi sebab kebahagiaan baik di kehidupan saat ini atau kehidupan mendatang. Bergaul dengan orang yang tidak bijaksana akan membuat kita tersesat atau terjerumus pada hal-hal yang buruk dan tidak berguna yang akan menjadi sebab penderitaan baik di kehidupan saat ini atau kehidupan mendatang. Lantas bagaimana kita membedakan sahabat yang baik dan sahabat yang tidak baik?
Berdasarkan rujukan yang di dapat dari Sigalovada Sutta, sahabat yang baik adalah mereka yang melihat kita berbuat salah dan  akan langsung mengingatkan kita, baik kepada kita, senang membantu orang lain, tidak meninggalkan kita ketika sedang dibutuhkan, tidak membicarakan keburukan kita dibelakang, bersimpati, menjaga rahasia yang kita ceritakan kepadanya, memberitahu hal baik yang belum kita ketahui, dan menganjurkan kita untuk selalui berbuat baik.  Sahabat yang selalu mengingatkan kita ketika kita berbuat salah adalah sahabat yang akan menjauhkan kita dari penderitaan. Sahabat seperti ini pasti juga memiliki belas kasih dan pengertian. Mereka tidak akan menyesatkan kita dan akan mencoba menghentikan kita ketika melihat kita sedang dalam jalur yang salah.
Berbeda dengan sahabat yang tidak baik, Mereka adalah orang yang serakah, memberi sangat sedikit tetapi meminta banyak, memuji kita di depan tetapi menjelekan kita di belakang, menganjurkan kita untuk berbuat jahat, meninggalkan kita disaat kita mengalami kesulitan dan sahabat yang tidak baik hanya berteman demi keuntungannya sendiri saja bukan untuk kebaikan kita. Oleh karena itu, dia akan berharap menerima lebih banyak dari kita tetapi memberi lebih sedikit kepada kita. Dia juga adalah orang yang banyak bicara kosong dan hanya bertujuan memperoleh keuntungan atau bantuan kita, selalu membicarakan keinginannya untuk menolong, akan tetapi ketika kita meminta pertolongan, dia akan memberikan alasan tidak dapat membantu. Demikianlah ia yang disebut sahabat yang tidak baik.
Sebelum kita menuntut orang lain untuk menjadi sahabat yang baik, ada baiknya kita melihat kedalam diri kita, apakah kita sudah menjadi sahabat baik bagi sahabat-sahabat kita? Karena tentulah tidak akan ada akibat yang muncul tanpa sebab, demikian pula dengan persahabatan. Tidak akan ada sahabat baik apabila kita tidak berusaha menjadi sahabat yang baik pula. Hanya ketika diri kita sudah mampu menjadi sahabat yang baik bagi orang lain, maka kita akan lebih mudah untuk mendapatkan sahabat yang baik. Mulailah dari diri sendiri. Dengan menjadi sahabat baik bagi orang lain, kita telah membantu diri kita sendiri untuk mendapatkan sahabat yang baik.  Dengan menjadi sahabat baik, artinya kita telah menciptakan kamma baik bagi diri kita sendiri dan akan kita petik sendiri buah dari kamma baik yang kita tanam tersebut.
Bagaimana kita dapat mengetahui apakah seseorang dapat menjadi sahabat yang baik? Tidak ada jawaban yang sederhana untuk hal ini, akan tetapi ikuti nasehat Buddha yang tercantum dalam Udana seperti berikut ini, “Bergaullah dengan orang yang perilakunya diketahui. Bergaullah dengan orang bijaksana, tidak dengan si bodoh. Hanya dengan bergaul dengan orang yang kita kenali integritasnnya. Dengan pengendalian diri dan ketenangannya saat menghadapi masalah. Bila berbicara dengannya anda akan mengetahui kebijaksanaannya.” Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasih sayangnya ia akan memberanikan diri menegur apa adanya. Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa adanya dengan tujuan sahabatnya mau berubah lebih baik. Dengan menjalankan Pancasila Buddhis dengan baik, niscaya kita akan dapat menjadi sahabat yang baik bagi orang lain.
Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, keterbukaan dan kepercayaan. Belajar dari kisah persahabatan Sejati antara Y.M Sariputtra dan Y.M Monggalana yang sejak kehidupan lampau merupakan sepasang sahabat yang sama-sama berjanji untuk menjadi murid utama seorang Buddha.              Dua murid ini saling berjanji jika bertemu dengan guru dan ajaran yang luar biasa mereka akan saling memberi tahu. Akhirnya mereka berdua menjadi murid Utama Buddha. Memilih sahabat baik bukan berdasarkan suku, agama, ras dan bahasanya, tetapi berdasarkan ajaran Buddha yaitu moralitas, ketulusan dan kebijaksanaannya.


Terima Kasih! 

1 komentar:

Agung Purnomo, KunaM (ManuK) mengatakan...

terimakasih, sangat membantu