Rabu, 11 November 2015

Call Me Mommy, Sura!

Dikala waktu senggang, biasanya saya memanfaatkan waktu untuk browsing internet entah itu membaca berita online  atau menonton youtube. Saya senang mencari inspirasi dari media-media online  yang sedang up to date. Ketika sedang asyik mencari bahan tontonan via youtube, saya tertarik pada satu video yang bercerita tentang orangutan keeper  atau penjaga orangutan disebuah organisasi di Kalimantan, tempatnya di Samboja Lestari.
Video berdurasi 22 menit itu menceritakan kehidupan orangutan keeper yang bekerja di pusat rehabilitasi orangutan. Video ini membuka wawasan baru bagi saya yang baru saja pergi ke hutan demi bertemu hewan yang sudah sangat langka ini. Siapa sangka saya berjodoh mempelajari mengenai orangutan lebih dalam melalui video tersebut.
Menurut Wikipedia, Orangutan adalah  sejenis kera besar dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat, yang hidup di hutan tropika Indonesia dan Malaysia, khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Orangutan adalah spesies kera besar satu-satunya di Asia. Saat ini orangutan hanya hidup di Pulau Kalimantan dan Sumatera yang terbagi dalam dua spesies generik, Pongo pygmaeus dan Pongo abelii. 90% dari populasi orangutan ini hidup di Indonesia, sementara 10% sisanya dapat ditemukan di Sabah dan Sarawak, Malaysia. Di Sumatera, populasi terbesar ditemukan di ekosistem Leuser, sedangkan orangutan Borneo dapat ditemukan di Kalimantan Barat, Tengah dan Timur. Dalam video yang saya tonton itu, diceritakan kehidupan orangutan di Borneo.  Seorang wanita yang bekerja sebagai orangutan keeper ini  setiap harinya mengurusi puluhan orangutan yang direhabilitasi. Orangutan tersebut datang dari latar belakang yang berbeda-beda, ada yang direhabilitasi karena ditinggalkan oleh ibunya, ada yang ditarik dari sirkus atau kebun binatang, ada yang korban pemburuan hingga menderita trauma, dan masih banyak lagi.

Di Samboja Lestari, tempat orangutan ini direhabilitasi, Kegiatan utama tidak hanya berupa penyelamatan orangutan, translokasi orangutan dari daerah-daerah konflik ke daerah-daerah habitat yang aman dan dilindungi, tetapi juga perawatan dan pelayanan kesehatan, rehabilitasi, reintroduksi dan kegiatan restorasi hutan. Didalam video itu juga diceritakan mengenai  ‘Sekolah Hutan’, Selama rehabilitasi, orangutan diajarkan dan dibimbing untuk membangun sarang, memilih pakan alami yang tepat dan mengenali predator alami mereka. Proses ini dimulai di ‘Sekolah Bayi’ dan berlangsung melalui berbagai tingkat di ‘Sekolah Hutan’, di mana setiap hari dihabiskan di hutan untuk belajar keterampilan baru. Keterampilan yang diperoleh setiap individu akan dinilai sebelum mereka boleh naik ke tingkat selanjutnya. Orangutan kemudian masuk ke Karantina Kesehatan atau Sekolah Hutan 3, yang merupakan hutan singgah untuk menuju tahap akhir rehabilitasi. Tergantung pada usia dan keterampilan yang dimiliki masing-masing orangutan, rehabilitasi bisa memakan waktu hingga 7 tahun.
Saya melihat para orangutan keeper tidak hanya mengajari orangutan, tetapi juga memberi makan tambahan karena pada umumnya orangutan yang bersekolah di Sekolah Hutan belum mahir mencari makanan, sehingga gizi tidak tercukupi apabila tidak diberi makanan tambahan oleh para keeper. Makanan yang diberikan berupa susu formula sebelum berangkat sekolah, lalu suplemen untuk menjaga kesehatan orangutan yang berupa oats yang dicampur dengan tempe lalu dihancurkan lalu dimasukkan kedalam bambu dan diberikan kepada orangutan. Selesai bersekolah, orangutan diberikan buah-buahan seperti pepaya dan semangka juga! Para keeper tak hanya membawa bayi orangutan bersekolah dan memberi makan saja, tetapi juga menulis laporan tentang peningkatan orangutan yang bersekolah, semacam rapor sekolah. Hahahaha! Rapor inilah yang menentukan apakah orangutan bisa naik kelas/naik level atau tidak.  Sungguh luar biasa para keeper ini!

Setelah puas melihat video tersebut, saya melanjutkan sesi browsing informasi mengenai orangutan dan dimana saya bisa mendaftarkan diri menjadi relawan untuk membantu orangutan keeper. Saya tertarik untuk meluangkan liburan saya ditahun mendatang untuk merawat orangutan, saya rasa ini bukan ide yang buruk. Lalu, saya membuka sebuah website di Borneo dan membaca dengan seksama. Tidak tercantum cara mendaftar sebagai relawan, tetapi tercantum cara lain untuk mendukung kegiatan mereka melalui program adopsi orangutan. Wow, its sounds great!!! Saya mulai membaca satu persatu biodata orangutan yang boleh diadopsi. Ada berbagai usia dengan beragam latar belakang yang dicantumkan disana. Saya juga diberikan pilihan apakah hanya akan mengadopsi selama 1 bulan, 6 bulan atau 1 tahun. Setelah melirik-lirik semua orangutan yang ada di website tersebut, akhirnya saya menjatuhkan pilihan untuk mengadopsi bayi orangutan bernama Sura.

Pada usia 4 bulan, Sura kehilangan ibunya dan tiga jari ditangan kirinya. Dia dikonfirmasi berada di sekitar 4 bulan usia berdasarkan kondisi gigi nya. Tim Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) juga menemukan fakta menyakitkan memilukan: Tiga jari di tangan kirinya telah dipotong. Luka-luka yang terbuka dan tampak seolah-olah mereka berasal dari pisau atau parang pukulan. Jari-jari bengkak dan tidak lagi pendarahan. Sura kemudian dimasukkan ke dalam kelompok bayi karantina, menerima sekitar perawatan intensif jam dari tiga babysitter. Dia tidak menunjukkan perilaku liar apapun. Dia masih terlalu kecil dan terlalu lemah. Ia hanya akan memegang erat babysitter-nya. Seringkali ia melihat jari-potong, seakan mempertanyakan bagaimana hal ini terjadi. Rumah hutannya telah hancur dan ia kejam dan brutal dipisahkan dari kasih ibunya.



Setelah membaca kisah yang memilukan itu, saya menyatakan diri akan menjadi ibu asuh untuk Sura selama 1 tahun kedepan. Adapun biaya yang harus saya bayar adalah Rp.1.000.000,00 untuk satu tahun. Biaya tersebut telah termasuk biaya sekolah, vaksin, perawatan, kesehatan dan makanan untuk Sura selama setahun. Setelah mengirim donasi melalui bank transfer, lalu saya dikirimin via email oleh pihak BOSF beberapa foto Sura, cerita-cerita perkembangan Sura selama direhabilitasi dan sertifikat ucapan terima kasih. Setelah perawatan medis intensif dan perawatan, Sura akhirnya membuat pemulihan penuh. Luka di jari-jarinya kini sembuh, flu-nya hilang, bahkan meskipun kadang-kadang tenggorokannya terdengar sedikit tegang saat cuaca dingin atau lembab. Beberapa teman saya menertawakan saya ketika mereka tahu saya baru saja mengadopsi bayi orangutan. Saya sadar, ini bukanlah hal yang umum dan biasa. Melihat Sura telah sehat dan aktif seperti orangutan pada umumnya membawa begitu banyak sukacita untuk saya dan para babysitter/orangutan keeper karena semua kerja keras mereka telah terbayar. Sura sekarang sehat lagi dan mudah-mudahan ia akan tetap sehat dan bahagia saat ia mulai periode panjang rehabilitasi untuk mempersiapkan dia untuk hidup di alam liar!






Saya berharap Sura akan mulai mendapatkan kekuatan ditempat ia direhabilitasi. Kelimpahan cinta dan perawatan dari babysitter/orangutan keeper yang mungkin tidak dapat menggantikan ibunya hilang. Saya hanya berusaha memberinya begitu banyak cinta dan perawatan terbaik yang saya bisa melalui donasi saya. Suatu hari, saya akan melihat Sura sebagai orangutan  laki-laki dewasa yang siap untuk menjelajahi hutan nyata Kalimantan, tangguh dan berani, seperti namanya yang diberikan.





Officially Adopted Baby Orangutan.
Call Me Mommy, Sura!

Love you!!!

Tidak ada komentar: