Rabu, 18 Maret 2015

The Avangers! GURU--->> Para Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Yang Tersebar Dimana-Mana!

Dunia pendidikan saat ini sudah jauh berbeda dengan zaman dahulu, zaman dulu banyak orang yang tidak  mau jadi guru, karena guru zaman dulu adalah pengabdian yang sebenarnya. Banyak guru yang hidupnya serba tidak berkecukupan tapi mereka tetap bertahan dengan profesinya sebagai guru, karena tugas guru dianggap sebagai tugas mulia yang tidak bisa diukur dengan uang. Apresiasi terhadap peran guru masih sangat rendah pada zaman dahulu. Profil guru melulu dikenal sebagai sosok yang serba sederhana. Pakaian sederhana, rumah sederhana, makan sederhana, semuanya serba sederhana. Hal tersebut terdapat hubungan dengan masalah gaji guru pada saat itu yang dikatakan sangat rendah. Apresiasi terhadap peran guru dikaitkan dengan gaji memang cukup relevan. Sebab pada saat itu, tugas guru tidaklah mudah seperti saat ini. namun gaji guru sangat kecil dibanding dengan gaji profesi-profesi lain.

Pendidikan di Indonesia belum mengalami pemerataan pendidikan, artinya masih banyak daerah – daerah terpencil di Indonesia yang kekurangan guru. Padahal kita ketahui gurulah yang akan mengubah paradigma siswa yang tidak paham menjadi paham, yang tidak tahu menjadi tahu, yang tidak mengerti menjadi mengerti. Dengan kata lain tanpa kehadiran guru, profesi – profesi lain tidak akan berkembang. Istilah kerennya, “Teaching is the one profession that creates all other professions! Teachers touch the future!”

Dengan kondisi yang demikian memotivasi saya untuk mengabdikan diri sebagai guru karena pengabdian guru didasari semangat pengabdian memanusiakan manusia yang merupakan pondasi pendidikan kita. Kualitas guru adalah bagaimana guru mengabdi, bagaimana cara guru mencintai profesinya. Ketika guru mencintai profesinya, maka pengabdiannya akan seluruhnya diberikan pada siswa – siswanya, akan dilakukan yang terbaik yang mampu dilakukan oleh guru tersebut. Guru hidup untuk memberi dan tidak meminta apapun sebagai ganti dari apa yang telah diberikannya kepada kita, kepada anak didiknya, mereka hanya ingin kita menerima, mengingat dan memanfaatkan apa yang ia berikan kepada kita agar kita menjadi pribadi-pribadi yang berguna bagi bangsa dan negara.

Ungkapan guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa ini sudah sangat biasa didengungkan sejak dulu. Guru selama ini adalah figur yang dianggap sebagai pencetak orang-orang hebat. Seorang profesor jenius, seorang musisi hebat, seorang presiden dianggap lahir oleh karena jasa guru. Sebab guru adalah seseorang yang mendidik orang-orang hebat tersebut menjadi sukses. Guru, sebuah pengabdian mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sosok-sosok yang tak kenal lelah membantu memperjuangkan cita-cita anak didiknya. Sosok-sosok yang mengarahkan kita pada jalan-jalan yang lebih terang menuju masa depan kita. Tanpa seorang guru tidak akan ada yang namanya presiden, tidak akan ada yang disebut professor, tidak akan ada yang berhasil menduduki jabatan menteri. Bagaimanapun juga guru adalah pekerjaan yang sangat mulia dan oleh karena itu sudah sepantasnya kita tidak melupakan jasa-jasa mereka. Dalam hidup ini ada yang namanya mantan istri, mantan pacar, mantan presiden, mantan menteri dan lain sebagainya tetapi tidak akan pernah ada yang namanya mantan guru.

Ketika memutuskan untuk menjadi seorang guru, pada mulanya banyak yang menentang, namun tak bisa dipungkiri bahwa menjadi guru karena panggilan nurani jauh lebih baik daripada sekedar menjadikan guru sebagai profesi. Saya mengabdikan diri berdasarkan panggilan jiwa maupun hati nurani bukan karena tuntutan material belaka. Menjadi guru berdasarkan tuntutan pekerjaan adalah suatu perbuatan yang mudah, namun menjadi guru berdasarkan panggilan jiwa tidaklah mudah. Guru lebih banyak dituntut sebagai suatu pengabdian kepada anak didik daripada karena tuntutan pekerjaan dan materi.

Oleh karena itu, wajarlah bila dikatakan guru adalah cerminan pribadi yang mulia karena figur guru dengan segala kemuliaannya yang mengabdikan diri berdasarkan panggilan jiwa, bukan karena pekerjaan sampingan. Guru tidak hanya sebagai suatu profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan. Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina anak didik. Dengan keteladanannya, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola. Seluruh kehidupannya adalah figur yang tak lapuk dimakan usia. Itulah kesan terhadap guru sebagai sosok yang ideal.

Guru ideal adalah sosok guru yang menyisihkan waktunya demi kepentingan anak didik, membimbing, mendengarkan keluhan, menasihati, membantu kesulitan anak didik dalam segala hal yang bias menghambat aktivitas belajarnya. Guru juga berbicara dan bersenda gurau dengan anak–anak di sekolah. Jadi, bukan hanya duduk di kantor dengan sesama guru, tidak membuat jarak dengan anak didik, dan juga bukan merendahkan harga diri anak didik.

Menjadi guru Agama Buddha di sebuah lembaga pendidikan formal seperti sekolah, mengharuskan saya untuk bangun lebih pagi dari pegawai kantoran biasanya. Saya harus keluar dari rumah sekitar pukul 06.30 pagi agar tidak terlambat tiba di sekolah. Saya tidak pernah merasa lelah untuk mengabdi. Yang terpenting bagi saya bagaimana saya bisa menularkan ilmu pengetahuan kepada siswa-siswa saya dan membuat siswanya mencintai serta menghayati ajaran agama dengan baik seperti yang saya lakukan selama ini.

“Engkau patriot pahlawan bangsa, Tanpa tanda jasa.."

Kutipan diatas adalah lyrik terakhir pada lagu 'Hymne Guru'. Sebuah lagu yang dipopulerkan oleh R Sartono dan menjadi lagu Wajib Nasional. Dipersembahkan untuk para guru karena dipandang sebagai sosok pahlawan yang tak pernah dihargai perjuangannya. Sosok guru adalah figur yang mengajar tanpa kenal lelah, berjalan kaki, naik turun gunung, kadang naik sepeda, tanpa minta dihargai dan tanpa berharap lebih. Semua dilakukan dengan hati yang tulus dan ikhlas. Keinginan-nya hanya satu mencerdaskan setiap anak didik yang diajarnya. Mengabdi untuk masyarakat, bangsa dan negara tanpa pamrih. Bukankah keinginan mereka ini sungguh mulia dan hebat? Layaknya  para superhero dalam The Avangers, para pahlawan tanpa tanda jasa ini pun tersebar dimana-mana, tanpa terlihat oleh masyarakat umum. 








Tidak ada komentar: