Rabu, 01 Juli 2015

A WEEK'S BACKPACKING IN THE CEYLON. (Part V)

Kota Kandy ini mirip sekali dengan Bandung. Dikelilingi pengunungan, udaranya sejuk, airnya bersih, dan arsitektur bangunannya masih seperti ketika zaman Belanda menjajah negara ini. Namun sebelum menelusuri kota Kandy ini, kami memilih untuk singgah ke salah satu tempat yang berada di dekat Na Uyana Monastery, yakni : The World's Tallest Samadhi Buddha Statue. Saya cukup takjub melihat pemandangan disini. Sebuah patung Buddha dalam posisi duduk bermeditasi dengan ukuran yang besar berada disini. Patung granit ini dipahat oleh pemahat dari India dan dimulai sejak tahun 2002 dan 2013 lalu telah selesai dan dibuka untuk umum. Setelah puas berjalan-jalan melihat patung Buddha, kami melanjutkan perjalanan menuju Kandy. Perjalanan yang dibutuhkan sekitar 2.5 jam dan kami sangat menikmatinya.

The world's tallest samadhi Buddha Statue.




Kami tiba di Kandy pada jam makan siang. Maka, kami memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu sebelum melakukan petualangan di Kota Kandy ini. Cukup banyak tempat yang bisa dikunjungi di kota Kandy, yaitu Botanical garden, Spice garden yang cukup banyak dan bisa dipilih, Lakeview, dan Universitas Kandy yang memiliki pemandangan indah. Ada juga Tooth Temple, tempat koleksi gigi-gigi Buddha disimpan. Di bulan Juni terdapat festival Perahera, para pemeluk agama Buddhist dari segala penjuru akan datang ke Wihara ini untuk berdoa bersama, dan jalan-jalan akan dipenuhi dengan hiasan-hiasan, pasukan gajah akan dihiasi pernak-pernik cantik.

Kandy adalah tempat persinggahan Buddha dalam perjalanan spiritualnya. Nilai religius tersebut menguatkan aura kedamaian di Kandy. Siapa pun yang menjejakkan kaki di Kandy, akan sepakat kota di balik perbukitan itu lebih dari sekadar tempat masyarakat Sri Lanka mengeruk perekonomian dari teh.

Kota Kandy terletak di ketinggian 465 meter di atas permukaan laut. Di pusat kota ini terdapat sebuah danau persegi memanjang , yang sebagian pinggiran danau dipagari oleh tembok pembatas terbuat dari batu-batu putih. Di bagian utara danauterdapat gedung kuno, Royal Palace dan Tooth Relic Temple, yang dikenal sebagai Dalada Maligawa, serta di taman ruang terbuka luas. Di sepanjang kota suci kecil ini, juga banyak dijumpai wihara-wihara Buddha baru.

Kota Kandy menjadi tujuan wisata, karena cuacanya sejuk dan relatif dingin dibandingkan dengan suasana iklim tropis di seluruh negeri Sri Lanka lainnya. Cuaca sedikit berbeda dengan di Indonesia, di sini musim kemarau dimulai dari Desember hingga April, kemudian dari Mei sampai Juli dan Desember hingga Januari wilayah tersebut mengalami musim hujan.

Saya dapat mengamati langsung perilaku umat Buddha yang datang dengan baju putih-putih, ada juga ibu-ibu yang mengenakan kain sari membeli bunga teratai untuk dipersembahkan kepada Sang Buddha. Gadis-gadis berkulit hitam manis mirip India, rata-rata berambut panjang ada yang rambutnya diikat dan adapula yang terurai sampai lutut.

Kami masuk dan berkeliling di Tooth Relic Temple. Saya sangat kagum dengan arsitekturnya dan keheningan yang ada di dalamnya. Setiap pengunjung harus menanggalkan alas kaki dan lagi-lagi disediakan tempat penitipan dengan harga 100 Rupee, usai menitipkan alas kaki kami melangkahkan kaki menuju ke dalam Wihara. Relik Gigi Buddha tersebut disimpan di aula suci dua tingkat yang ditutupi dengan langit-langit keemasan dan “dijaga” oleh satu set gading gajah yang besar. Juga terdapat museum dimana banyak rupang Buddha disimpan, kebanyakan dari mereka adalah hadiah dari berbagai negara. Juga dipajangkan lukisan-lukisan yang menggambarkan berbagai kejadian dalam sejarah dari Relik Gigi Buddha.

Ribuan umat dan pengunjung menjejali aula suci setiap harinya untuk memberikan penghormatan kepada Relik Gigi Buddha, yang diletakkan dalam satu peti yang terbuat dari emas dan permata. Replika dari Relik Gigi Buddha, dipajangkan sekali setahun pada waktu “Esala Perahera”. Ini adalah perayaan tahunan terbesar di Sri Lanka yang berlangsung selama sepuluh hari, dengan pawai  yang terdiri dari penari, pemain drum, dan gajah-gajah. Sekitar satu juta orang menghadiri festival ini setiap tahunnya. Karena alasan keamanan, Relik Gigi Buddha yang asli tidak pernah dibawa keluar untuk festival.

Saya mendapat kesempatan mempersembahkan sebuah Bowl (Patta) yang dibawa oleh Bhante Piyaratana dari Na Uyana Monastery. Saya merasa sangat beruntung karena diantara teman-teman yang lain, saya memiliki kesempatan tersebut. Sebenarnya ada 3 bowl yang akan dipersembahkan. Satu dipegang oleh Bhante Piyaratana, satu dipegang oleh Bhante Sirijayo dan satu lagi dipegang oleh Bhante Dhammananda. Kebetulan, seusai makan siang saya melihat Bhante Dhammananda kesulitan membawa dua buah bowl yang salah satunya adalah milik Bhante Piyaratana. Maka saya menawarkan bantuan untuk membawakannya. Dan ia mengizinkan saya untuk membantunya. Sesampainya di Wihara beliau malah menyuruh saya yang menyerahkan bowl tersebut didepan peti emas relik gigi Buddha. Saya sedikit kaget karena saya tidak tahu cara mempersembahkan bowl tersebut dan bowl itu bukan milik saya. Namun, beliau tetap bersikeras menyuruh saya menyerahkan bowl tersebut. Maka saya pun menurutinya. Saya berjalan mengikuti Bhante Piyaratana dan Bhante Sirijayo dari belakang dan memasuki sebuah jalur khusus yang memang dipersiapkan untuk orang-orang khususnya Bhikkhu yang ingin mempersembahkan puja kepada relik gigi Buddha. Saya merasa sangat beruntung berkesempatan bisa memberikan persembahan tempat di depan peti relik gigi tersebut dan terharu sekali sehingga membuat saya hampir meneteskan airmata. Ini adalah hal yang tak terlupakan dan saya mengucapkan terima kasih berulang-ulang kepada Bhante Dhammananda yang memberikan kesempatan luar biasa itu kepada saya.

Selesai melihat tempat persemayaman gigi Buddha, kita akan menuju aula dengan patung Buddha emasnya. Disitu terdapat relief sejarah perjalanan hidup Buddha, hingga akhirnya bagaimana gigi Buddha bisa berada di tempat ini. Uniknya di tempat ini akan ditampilkan patung Buddha dari berbagai negara yang disusun sedemikian rupa. Peraturan berfoto di vihara ini pun diatur dengan ketat, setiap pengunjung tidak diperkenankan untuk berfoto dengan posisi membelakangi altar tempat gigi Buddha berada, karena itu dianggap menghina. Jika ingin mengabadikan foto dengan wajah Anda terlihat bersama altar persemayaman gigi Buddha, Anda harus berdiri menyamping atau sejajar di samping altar tersebut.

1st floor di Sacred temple of tooth relic.

terowongan masuk.

Golden Buddha


Sacred Temple of Tooth Relic.




Foto cantik sambil bawa bowl dalam plastik.



Hello Vanila Ice Cream



Kandy adalah tempat yang luar biasa dan berkesan. Kerapihan dan keheningan disana membuat diri saya rasanya tidak ingin beranjak dari sana. Namun, perjalanan harus dilanjutkan karena Nuwara Eliya sedang menanti untuk dinikmati.

I'll back to Sri Lanka and Kandy is a must!



1 komentar:

Unknown mengatakan...

keren, kapan nih ke cambodia, tepat nya angkor wat temple?