Kamis, 02 Juli 2015

Once Upon A Time in Surabaya.

Aha! Jawa timur dan jawa tengah menjadi tujuan perjalanan saya kali ini. Dan perjalanan selama seminggu ini saya lakukan sendirian yang katanya terlalu ekstrim untuk seorang wanita. Berkeliling tempat yang baru sendirian, tanpa mengajak siapa-siapa, bertemu dengan orang baru dan menjalin hubungan baru dengan hal-hal yang tak pernah diduga sebelumnya.

Destinasi pertama saya adalah Surabaya. Sebenarnya sudah lama saya ingin mengunjungi Surabaya, namun karena harga tiket pesawat yang selalu mahal menjadi alasan bagi saya untuk selalu menunda perjalanan ini. Dan kali ini saya mendapatkan tiket murah dengan maskapai Garuda Indonesia dengan harga dibawah satu juta rupiah. Luar biasa, bukan?

Surabaya yang menobatkan diri sebagai Kota Perdagangan dan Jasa, tetap arif untuk tidak meninggalkan hal mempercantik penampilannya. Setiap sudut yang ada di wilayah ini disentuh dengan keindahan untuk menebar aroma memikat bagi siapa saja yang datang. Diantaranya dengan menghadirkan taman-taman kota yang tampil semakin cantik. Mampu menjadi tujuan alternatif bagi warga kota untuk sekedar jalan-jalan, atau bahkan berinteraksi dengan sesama warga kota yang lain.Taman-taman kota Surabaya kian dipercantik. Kondisi ruang terbuka hijau makin bisa dirasakan manfaatnya oleh warga kota. Taman-taman itu menyuguhkan keindahan sekaligus kenyaman buat rekreasi keluarga warga kota. Nyaris tak ada taman kota yang dibiarkan terbengkalai. Bahkan, sebagian besar taman itu dilengkapi bermacam fasilitas untuk kenyamanan wisata keluarga, seperti jogging track, taman bermain anak, air mancur, dan lampu-lampu hias.Bahkan taman kota ini tidak saja nyaman bagi yang normal secara fisik, tapi juga bagi mereka para penyandang cacat. Tidak saja orang dewasa tapi juga anak-anak. Termasuk tidak hanya di siang hari, tapi juga malam hari tetap bisa dirasakan kenyamanan dan keelokannya. Cengkerama dan rekreasi keluarga warga kota makin memiliki banyak alternatif. Bahkan, sederet taman itu bakal dilengkapi fasilitas Hot Spot Wi-Fi untuk rekreasi dunia maya.

Di hari pertama menginjakkan kota Surabaya, saya berkunjung ke Monumen Kapal Selam yang terletak di jantung kota Surabaya. monumen ini sebenarnya adalah sebuah kapal selam KRI Pasopati 410, salah satu armada Angkatan Laut Indonesia yang dibuat oleh Uni Soviet pada tahun 1952. Kapal selam ini pernah terlibat dalam Pertempuran Aru Samudera untuk membebaskan Papua Barat dari pendudukan Belanda. Kapal Selam ini ini memiliki panjang 76,6 meter dan lebar 6,30 meter dan dilengkapi dengan gas uap torpedo berjumlah 12 buah.

Kapal selam ini kemudian dibawa ke daratan dan digunakan sebagai monumen untuk memperingati keberanian pahlawan-pahlawan Indonesia. Monumen ini terletak di Jalan Pemuda, tepat di samping Plaza Surabaya. Di tempat ini juga memiliki pemutar film, yang menampilkan proses perang yang terjadi di Samudra Aru.

Lalu, saya menikmati makan siang di warung makan Bu Kris yang terkenal. Sepiring nasi empal, bakso penyet dan es dawet menyempurnakan hari saya. Di surabaya, saya memiliki dua orang teman baru yang baru saya kenal dari applikasi untuk para backpacker seperti saya yakni Couchsurfing. Saya bertemu dengan mereka dan mereka membawa saya berkeliling Surabaya sembari bertukar cerita. Sungguh adalah sebuah satu kebahagiaan bisa mengenal orang-orang baru dan mendengarkan cerita-cerita baru. Luar biasa!

Sore hari saya berkunjung ke Kenjeran. Budha Empat Wajah atau Four Faces Buddha adalah patung Budha yang terletak di salah satu sudut Pantai Ria Kenjeran yang terkenal, sebuah daerah pantai di kota Surabaya yang juga terkenal untuk produk perikanan dan tempat berkumpulnya pemudi pemuda Surabaya.

Klenteng Sanggar Agung atau Klenteng Hong San Tan candi klenteng untuk jemaat Tri Dharma, yaitu Buddha, Tao dan Kong Hu Cu. Klenteng ini terletak di Jalan Sukolilo no 100, Pantai Kenjeran. Seperti klenteng lain yang biasa kita temukan, Klenteng Sanggar Agung memiliki design dan atmosfir khas dan memiliki bentuk bangunan yang unik dan menakjubkan. Bagian dalam klenteng merupakan bagian yang indah, dimana terdapat patung Bodhisatta Dewi Kwan Im  dan empat pelindungnya. Ada juga 2 patung naga di setiap sisi patung dewi Kwan Im dengan panjang masing-masing 6 M. Sedangkan patung Kwan Im sendiri memiliki tinggi sekitar 20 m dan tampak indah layaknya sebuah karya seni. Patung Kwan Im dibangun setelah kurang dari 2 tahun dari kelenteng dibangun. Dan salah satu aktivitas yang tidak boleh dilewatkan adalah menikmati seporsi lontong kupang dengan air kelapa muda. It's a must!

Lalu saya juga mengunjungi Tugu Pahlawan.  Tugu pahlawan ini dibangun untuk menghormati parjurit Surabaya yang tewas selama pertempuran besar melawan tentara sekutu yang dilumpuhkan oleh NICA, dan yang ingin menduduki Surabaya pada 10 November 1945. Tugu pahlawan ini terletak di depan kantor gubenur. Tugu pahlawan dibangun dalam bentuk "paku terbalik dengan ketinggian 40,45 meter dengan diameter 3,10 meter dan di bagian bawah diameter 1,30 meter. Di bawah monumen dihiasi dengan ukiran "Trisula" bergambar,' "Cakra", '"Stamba" dan' "Padma" sebagai simbol api perjuangan. Di dalam tugu ini, terdapat Museum 10 November. Museum Sepuluh Nopember dibangun untuk memperjelas keberadaan Tugu Pahlawan tersebut dan sebagai penyimpang bukti-bukti sejarah di 10 November 1945.

Tak hanya itu, saya juga mengunjungi Masjid Cheng Hoo, Masjid Cheng Ho, terletak di Jalan Gading Surabaya. Masjid ini memiliki arsitektur oriental dengan permainan dan sentuhan seni tingkat tinggi di sana sininya, dimana melambangkan akulturasi budaya Cina, Jawa dan Islam. Akulturasi tersebut dituangkan dalam warna campuran antara hijau, beralih ke kuning dan merah.

Bangunan ini merupakan arsitektur khas Cina dengan penggabungan dari "Joglo" Jawa. Hal ini pula menunjukkan adanya percampuran budaya Cina dan Jawayang telah terjalin sejak dahulu kala. Nama Masjid Cheng Ho diambil dari nama Laksamana Cheng Ho, yaitu seorang Laksamana dari Cina dan menjadi muslim selama masuk ke Majapahit.

Masjid Cheng Ho menjadi tempat terakhir saya di Surabaya sebelum akhirnya mengunjungi Probolinggo. Sebelum meninggalkan Surabaya, saya mampir untuk makan siang di warung Bu Rudy yang terkenal dengan nasi udang keringnya. Dan memang harus saya akui bahwa nasi udang kering tersebut super enakkk! Ada banyak menu yg di tawarkan di warung makan Bu Rudy dan harga yang ditawarkan juga tidak terlalu mahal.




Bu Kris. 

Monumen Kapal Selam



Periskop - Alat untuk melihat keluar kapal

pemandangan diluar melalui periskop.


Kenjeran Beach

Four Faces Buddha

Kelenteng Sanggar Agung

Lontong Kupang

Tahu Tek! Uenakkk!

Soto surabaya

House of Sampoerna

House of Sampoerna.

Bambu runcing. Senjata Perang Indonesia zaman dulu.

Monumen Tugu Pahlawan

Tugu Pahlawan

Masjid Cheng Ho

es blewah Bu Rudy

Nasi Bakar Rendang

Nasi Udang Kering Bu Rudy

Nasi Campur Bu Rudy

Nasi Bakar Rendang Bu Rudy

Surabaya memang TOP MARKOTOP!

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Salut deh buat erica hehe... mgkin buat kendala disini teman2 yg sulit berbagi waktu dan dana sehingga sangat sulit untuk mengaplikasikan, ada waktu terbentur dana dan ada nya dana terbentur waktu